Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

[WAWANCARA] Presiden Joko Widodo: Kerja Kita Tingkatkan Daya Saing Bangsa

Rudy Polycarpus
16/8/2018 09:57
[WAWANCARA] Presiden Joko Widodo: Kerja Kita Tingkatkan Daya Saing Bangsa
(ANTARA/ABRIAWAN ABHE)

USIA kemerdekaan Republik Indonesia memasuki tahun ke-73, bersamaan dengan empat tahun pertama pemerintahan Kabinet Kerja yang dipimpin Presiden Joko Widodo. Bersama Jusuf Kalla, Jokowi bekerja merealisasikan sejumlah rencana. Pembangunan infrastruktur secara masif di penjuru Tanah Air tercinta ini langsung ditunaikan menuju perbaikan nasib bangsa Indonesia. Tak cukup sampai di situ, pembangunan sumber daya manusia secara meluas pun mulai dicanangkan. Banyak rencana ditunaikan, beragam pula peluang terbentang. Namun, di tengah perjalanan, tantangan yang muncul seperti tak pernah habis menghadang. Bagaimana pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla menyikapi kondisi ini agar bangsa kita tetap berdaya di antara negara-negara di dunia. Berikut petikan wawancara wartawan Media Indonesia dengan Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan.

Laporan Global Competitiveness Index 2017-2018 menempatkan Indonesia di peringkat 36 dari 137 negara di dunia. Apakah posisi itu cukup untuk bersaing dengan negara lain di dunia?
Momentum ini harus diikuti dengan terobosan, langkah-langkah yang inovatif untuk menarik investasi lebih banyak lagi ke negara kita.

Ini pertama kalinya dalam 20 tahun Indonesia kembali meraih rating investment grade atau layak investasi yang baik dari lembaga pemeringkat internasional. Tidak mudah mempertahankan pertumbuhan ekonomi dalam situasi ekonomi global yang penuh dengan ketidakpastian. Saya juga lihat agresifnya negara lain dalam menarik investor.

Saat saya berkunjung ke India, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka, mereka juga melakukan langkah-langkah yang sama. Sangat progresif, sangat atraktif, terutama dalam mempromosikan berbagai kemudahan investasi di negara mereka, menawarkan skema insentif yang menggiurkan yang diberikan kepada investor.

Artinya, jika kita tidak melakukan perbaikan pelayanan perizinan, memangkas regulasi, kita akan semakin ditinggal. Saya melihat beberapa kementerian sudah memangkas regulasi yang menghambat dan saya minta langkah ini diteruskan dan dilanjutkan sampai ke daerah.

Sebagian kalangan menilai pengembangan sumber daya manusia untuk menciptakan SDM yang berdaya saing saat ini belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Apa kendala pemerintah?
Di era persaingan global yang semakin sengit sekarang ini, kemampuan SDM harus kita tingkatkan karena di sinilah kunci dalam memenangi kompetisi itu. Termasuk kemampuan tenaga kerja Indonesia agar langsung bisa bekerja setelah lulus. Perlu diingat, dalam menghadapi persaingan global dan kompetisi dunia, secara kuantitas potensi kekuatan kita sebenarnya cukup besar. Sekitar 60% dari penduduk Indonesia ialah anak muda. Jumlah itu akan meningkat hingga mencapai 195 juta penduduk usia produktif di 2040. Tapi kondisi yang ada, 50% lulusan SD, 20% lulusan SMP, dan 17% lulusan SMA/SMK. Kualitas SDM kita harus ditingkatkan sehingga bonus demografi yang ada tidak sia-sia.

Kondisi neraca kita sekarang ini timpang. Bagaimana solusinya?
Saat ini kita sebagai negara perlu menerima dolar. Kita sudah hitung, dengan asumsi crude oil US$70 per barel dan dengan asumsi peningkatan penyerapan biodiesel akan mengangkat harga minyak sawit, harga CPO menjadi US$100 per ton. Lompatannya besar sekali kalau kita bisa mengimplementasikan itu. Negara bisa menghemat hampir US$6 miliar.

Jadi, sekali lagi saya minta kesungguhan dalam implementasi biodiesel B20.

Bagaimana kemandirian di bidang energi yang dicanangkan pemerintah?
Negara kita tidak hanya memiliki migas dan batu bara sebagai sumber energi. Kita juga memiliki sumber energi baru terbarukan. Pemerintah berkomitmen terus mengembangkan pembangkit listrik tenaga bayu seperti di Sidrap, Sulawesi Selatan.

Di usia ke-73 ini, apa pesan dan harapan kepada semua elemen bangsa menghadapi tantangan di masa depan agar lebih berdaya juang dan berdaya saing?
Aset terbesar bangsa ini ialah persatuan dan kerukunan. Persaudaraan ialah aset terbesar bangsa kita. Akan menjadi sebuah kekuatan, akan menjadi sebuah potensi apabila kita bersatu. Sukunya saja 714 suku. Ini selalu saya ulang-ulang supaya kita semuanya sadar dan tahu bahwa bangsa ini adalah bangsa yang besar, 714 suku. Bandingkan lagi dengan negara di dekat kita. Saya tanya ke Dubes Singapura. Di Singapura ada berapa suku? Ada empat suku. Saya tanya ke Presiden Afghanistan, Ashraf Gani. Mereka hanya memiliki tujuh suku.

Ini yang harus kita sadari bersama-sama bahwa kita memang diberi anugerah oleh Allah berbeda-beda, bermacam-macam, beraneka ragam, majemuk, selain kita dianugerahi oleh Allah sumber daya alam yang melimpah.(X-13)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya