Headline
PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.
PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.
Pendidikan kedokteran Indonesia harus beradaptasi dengan dinamika zaman.
POPULARITAS artis di dunia hiburan tidak serta-merta mendongkrak tingkat keterpilihannya dalam Pemilihan anggota Legislatif 2019. Jika artis tidak melakukan kerja-kerja politik, popularitas dia tidak akan ada artinya.
Menurutnya, artis tidak memiliki pengalaman politik ataupun jaringan di daerah pemilihan. Karena itu, artis yang diusung jadi caleg oleh parpol biasanya ditempatkan di daerah pemilihan (dapil), yang partai tidak memiliki kursi pada pemilu sebelumnya atau dapil yang bukan basis partai.
“Mereka iya populer, tapi mereka harus berhadapan dengan kondisi politik yang panas, tokoh-tokoh lokal, mantan bupati atau petahana. Mereka memang dikenal, tapi tokoh-tokoh lain di dapil tersebut juga dikenal,” ujar peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes.
Arya menilai fenomena artis di Pileg 2019 lantaran tingkat kompetisi partai yang semakin kuat. Hal itu ditandai dengan kehadiran 16 parpol peserta Pemilu 2019, naiknya ambang batas parlemen, terdapat perubahan konversi suara dan penambahan dapil.
Berkaca dari Pileg 2014, artis yang mencalonkan diri tidak semuanya berhasil masuk ke parlemen. Jika artis hanya bermodal popularitas, itu tidak bisa menyaingi tokoh lokal yang memiliki pengalaman politik dan jaringan di daerahnya. Karena itu, penting bagi parpol untuk memberikan pembekalan kepada artis untuk bisa bersaing.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati melihat ada dua sisi saling membutuhkan antara parpol dan artis dalam pencalegan. Dari sisi parpol, mereka menggunakan artis sebagai vote getter.
“Mereka dioptimalkan menjadi ladang suara potensial karena memiliki popularitas, sudah dikenal publik,” katanya.
Dari sisi artis, artis pun melihat pencalegan sebagai kelanjutan kariernya. Jika dunia hiburan bukan lagi tempat mereka bersaing, politik kemudian yang menjadi ladang pencarian mereka. “Biasanya ini artis yang sudah tidak bersinar lagi di dunia hiburan. Jadi, aji mumpung. Keduanya saling membutuhkan satu sama lain.’’
Menurut Wasisto, penting bagi artis yang menjadi caleg untuk memiliki program andalan yang akan diperjuangkan nantinya. Artis pun harus mau terjun ke lapangan. Sebagai seorang wakil rakyat, mereka harus mampu menyerap aspirasi masyarakat. Karena itu, penting juga bagi artis untuk mengubah mindset mereka.
Bukan pengaderan
Pengamat komunikasi politik Universitas Indonesia Lely Arrianie mengatakan, saat ini parpol di Indonesia belum memiliki model kader dalam rekrutmen sehingga pola rekrutmen yang dijalankan oleh partai bukan berbasis pengaderan mutlak.
Parlimentary threshold 4% atau sekitar 22 kursi minimal menjadi tekanan tersendiri bagi setiap partai peserta pemilu. Di sisi lain banyak caleg khususnya dari artis dan atlet mencari kepastian agar dirinya dapat menjadi caleg dari suatu partai.
Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan mengatakan dipilihnya artis merupakan bentuk fasilitasi parpol terhadap hak politik mereka sebagai warga negara. Pasalnya, di luar aktivitas mereka sebagai figur publik, para artis secara konstitusional merupakan warga negara yang juga berhak menyalurkan aspirasi mereka dalam bentuk politik, baik untuk memilih maupun dipilih. (Dro/*/Opn/P-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved