Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Realistis Cegah Depresi Politik

Putri Rosmalia Octaviyani
09/7/2018 08:35
Realistis Cegah Depresi Politik
Bakal calon legislatif DPRD Kota Tasikmalaya 2019 mengikuti tes kejiwaan di Tasikmalaya, Jawa Barat, Minggu (8/7/2018)(MI/Kristiadi)

DI tahun politik, depresi rentan dialami calon kepala daerah atau calon anggota anggota legislatif (caleg) yang menuai kekalahan. Sikap realistis dan bijaksana menjadi kunci ketahanan mental agar tidak mudah depresi ketika tengah terpuruk.

Dokter spesialis kesehatan jiwa, Elisa Tandiono, mengatakan dalam ilmu kedokteran jiwa ada yang disebut dengan ketahanan mental. Ketahanan mental secara umum merupakan kemampuan untuk pulih secara sempurna dari stres dan trauma, termasuk rasa kecewa akan kekalahan. Salah satu syarat agar memiliki ketahanan mental ialah mampu membuat rencana yang realistis dan mengambil langkah bijak untuk mencapai tujuannya.

“Pada saat pilkada, misalnya, kelihatan banyak kandidat yang mengikuti pilkada dengan harapan yang terlalu besar dan tidak realistis dengan kemampuan yang sesungguhnya,” ujar Elisa di Jakarta, kemarin.

Orang yang tidak memiliki ketahanan mental juga akan cenderung bereaksi dengan cara menyalahkan pihak lain. Emosi negatif akan dengan mudah muncul dan memicu depresi yang dapat berakibat fatal bila tidak segera tertangani dan mendapat pendampingan yang tepat.

Lebih lanjut, kata Elisa, ketahanan mental merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Selain faktor genetik, juga ada faktor lain yang mendukung, seperti keluarga, komunitas, hingga kebijakan sosial. “Untungnya di Indonesia rasa kekerabatan dan sosial cukup tinggi dan dapat menjadi hal yang mendukung secara positif,” tukasnya.

Penanganan yang tepat dan cepat sangat dibutuhkan untuk orang yang tidak memiliki ketahanan mental. Paling utama melalui konsultasi dan arahan psikiater atau dokter ahli kesehatan jiwa. Namun, saat ini jumlah psikiater di Indonesia masih kurang. Untuk itu, dibutuhkan peran masyarakat serta tenaga kesehatan di setiap daerah untuk sadar akan gejala depresi yang dikhawatirkan meningkat di tahun politik.

Tes kejiwaan
Sekitar satu bulan yang lalu, seorang bakal caleg di Kota Tangerang, Bram (bukan nama sebenarnya), datang ke Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang untuk mengikuti tes kesehatan. Ini merupakan pengalaman pertama bagi Bram.

RSU Kabupaten Tangerang merupakan salah satu rumah sakit yang direkomendasikan KPU Tangerang untuk menggelar tes kesehatan caleg.

Dalam benak Bram, ia hanya akan menjalani tes kesehatan biasa seperti tes urine, pengambilan sample darah, dan sebagainya. Tidak ada persiapan khusus karena tidak tahu apa yang harus dipersiapkan.

Seusai menjalani seluruh tahapan tes kesehatan, petugas rumah sakit menyuruh Bram masuk ke sebuah ruangan untuk menjalani tes selanjutnya, yakni tes kesehatan rohani. Ternyata, tes kesehatan rohani itu sepaket dengan tes kesehatan jasmani yang baru saja ia jalani dengan biaya Rp275 ribu.

Bakal caleg Partai Hanura untuk DPRD Provinsi Bangka Belitung, Hariyadi, mengaku soal tes kejiwaan mudah, tapi menjebak. Ia menyatakan tidak mengalami kesulitan mengikuti tes psikolog dan kejiwaan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Babel. “Tidak sulit, 557 soal tanya jawabnya mudah, tapi kita dituntut untuk lebih teliti dan cermat, karena banyak soalnya menjebak.” (Nic/RF/AD/P-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya