Anggota DPR dari Fraksi Partai NasDem
Taufiqulhadi mengatakan keputusan Presiden menentukan proses
pemilihan Kapolri diberikan waktu. Sebab Presiden akan lebih menekankan
pada stabilitas, terkhusus stabilitas di legislatif yang sudah kondusif
dari sebelumnya.
"Supaya keputusan Presiden Jokowi itu tetap
nantinya tidak merubah kondusifitas politik di DPR. Sebab tantangan Pak
Jokowi bukan mnlantik atau tidak Pak BG, terpenting membangun tatanan
sistem presidensil multi partai yang lebih stabil lagi," tegasnya.
Ia
mengatakan, keputusan terkait pimpinan tertinggi di Kepolisian itu
nantinya bisa menjawab kehendak rakyat juga tidak mengganggu stabilitas
politik nasional. "Nah makanya kita sabar untuk Pak Jokowi menentukan
keputsan paling tepat itu. Makanya NasDem mendukung apapun keputusan
terbaik Pak Jokowi terkait Kapolri. Sebab hal itu merupakan langkah
menuju terbentuknya sistem presidensil yang sepatutnya" paparnya.
Pengamat
Komunikasi Politik UI, Effendi Gazali menegaskan bahwa Presiden Jokowi
harua mengamil langkah cepat. "Sebab memutuskan soal Kepala Kepolisian
ini harus dilakukan guna meredam situasi saat ini yang bisa menyebar ke
ranah lain. Juga itu untuk memberikan kepastian terkait pimpinan
kepolisian," katanya.
Kemudian, keputusan Presiden itu bisa
menjaga persfektif tegas yang selama ini disematkan kepadanya. Disisi
lain, kondisinya berbeda dengan era Cicak versus Buaya saat Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono. "Sebab perbedaanya adalah saat ini satu
persatu Pimpinan KPK ditetapkan menjadi tersangka. Hal ini yang akan
mampu merembet pada masalah lain terutama eksistensi KPK. Maka wajar
jika keputusan Presiden Jokowi harus segera dikeluarkan, sebab bisa
menyelesaikan kisruh ini tidak berlarut," cetusnya.
Hadir juga
pada kesempatan itu, mantan politisi Golkar, Andi Sinulingha. Ia
mengatakan Presiden Jokowi masih banyak waktu untuk menyelesaikan kisruh
terkait Kapolri. "Masalah ini belum memakan waktu satu bulan, tapi
banyak pengamat mengatakan Pak Jokowi tidak tegas," katanya selaku
panelis di Acara itu.
Sebab menurutnya, Presiden Jokowi masih
jauh bisa tegas dibanding dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono jika
mampu memutuskan masalah ini kurang dari 2,5 bulan. "Jika kita melihat
kebelakang era Cicak versus Buaya yang mengorbankan Pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi yaitu Bibit Slamat Rianto dan Chandra Hamzah, Pak
Presiden era itu Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) membutuhkan 2,5
bulan. Maka miris ketika Pak Jokowi saat ini disebut lamban dan tidak
tegas," pungkasnya. (Cah/P-5)