Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat angka pengangguran di Tanah Air turun 140 ribu dari 7,01 juta orang pada Februari 2017 menjadi 6,87 juta orang pada Februari tahun ini.
Selain itu, tingkat pengangguran terbuka (TPT), atau indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar, pun menyusut.
"Jumlah TPT turun dari 5,33% menjadi 5,13% pada Februari 2018," ungkap Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, kemarin.
Meningkatnya serapan angkatan kerja juga tidak terlepas dari membaiknya kinerja industri pengolahan di Tanah Air sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang lebih besar.
Hal itu terlihat dari persentase penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan utama dengan industri pengolahan mampu berkontribusi dengan menyerap hingga 14,11%, atau naik dari periode sama tahun sebelumnya yang hanya 13,72%.
Capaian itu pun berhasil membuat industri pengolahan bercokol di peringkat ketiga atau di bawah sektor perdagangan dan pertanian yang masing-masing mencatatkan 30,45% dan 18,53%.
Secara rinci, BPS mencatat, per Februari 2018, penduduk usia kerja di Indonesia mencapai 193,55 juta orang, dengan jumlah angkatan kerja 133,94 juta orang.
Jika dibandingkan dengan Februari 2017, penduduk usia kerja dan angkatan kerja mengalami pertumbuhan 1,55% dan 1,82% dari 190,59 juta orang dan 131,55 juta orang.
Dari total angkatan kerja pada tahun ini, 127,07 juta di antaranya memiliki pekerjaan dan sisanya, yaitu 6,87 juta jiwa, belum bekerja.
Statistik tersebut juga menunjukkan perbaikan jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Kala itu, jumlah penduduk bekerja hanya 124,54 juta jiwa dan angka pengangguran mencapai 7,01 juta jiwa.
Pengangguran SMK
BPS menyebutkan, berdasarkan tingkat pendidikan, tingkat pengangguran terbuka untuk sekolah menengah kejuruan (SMK) tercatat paling tinggi, yaitu mencapai 8,92%, diikuti pendidikan diploma 1/2/3 sebesar 7,92% dan SMA sebesar 7,19%.
Suhariyanto mengungkapkan tingginya TPT dari penduduk berpendidikan SMK disebabkan ketidaksesuaian antara kurikulum yang diajarkan di sekolah-sekolah dan kebutuhan dunia kerja sehingga para lulusan SMK tidak memiliki kemampuan yang benar-benar dibutuhkan industri.
Itu diperparah dengan masih minimnya pendidikan vokasi dan balai-balai latihan kerja yang dapat memberikan berbagai pelatihan langsung.
Penyerapan tenaga kerja per Februari 2018 jadinya dikatakan masih didominasi penduduk bekerja berpendidikan rendah, yakni sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) yang mencapai 75,99 juta orang atau 59,80% dari total penduduk bekerja.
"Mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja," ujar Suhariyanto.
Jumlah itu diikuti penduduk bekerja dengan pendidikan SMA sebanyak 35,87 juta orang atau 28,23%,
"Jika dibandingkan dengan kondisi setahun lalu, peningkatan tingkat pengangguran terbuka tidak hanya terjadi pada tingkat pendidikan diploma, tetapi juga universitas dan SMA," tambahnya.
Ia mengatakan pemerintah memiliki tugas berat, yaitu menyelaraskan ketersediaan tenaga kerja dengan kebutuhan dunia kerja.
"Walaupun kita tidak bisa menghapus angka pengangguran sampai 0%, di negara maju pun pengangguran ada, kita tetap bisa menguranginya jika ini diselaraskan," tegas Suhariyanto. (Ant/X-11)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved