Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Hentikan Kekerasan atas Nama Agama

Nur Aivanni
04/5/2018 07:15
Hentikan Kekerasan atas Nama Agama
(Rektor UIN Syarif Hidayatullah Periode 2006-2015 Komaruddin Hidayat -- MI/SAFIR MAKKI)

KETIKA menutup pertemuan Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia tentang Islam Wasathiyah, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyeru kepada hadirin untuk bersama-sama mengupayakan dengan sungguh-sungguh perdamaian di negara-negara Islam.

"Sejumlah negara Islam kini tengah mengalami konflik atau peperangan baik karena persoalan politik, ekonomi, dan lainnya. Kita sayangkan, bukan hanya menyesal. Bagaimana kita memperbaiki kondisi yang telah berlangsung selama ini?" kata Kalla di Istana Wakil Presiden, Jakarta, kemarin.

Wapres menjabarkan kembali dua hal yang menjadi pemicu konflik di negara-negara Islam. Pertama, intervensi dari negara besar yang semakin memperluas konflik atau bahkan menimbulkan konflik baru di beberapa negara Islam. Kedua, munculnya paham radikal.

"Paham radikal itu merebak hampir di semua negara. Banyak terjadi aksi bunuh diri untuk mematikan orang lain, banyak perang atas nama jihad atau apa pun. Jadi, perlu pemikiran bagaimana agama ini diajarkan dengan baik. Pertemuan ini bukan saja memikirkan, melainkan juga bagaimana menghentikan ajaran yang menyebabkan masalah di negara Islam," ujar Kalla.

Menurutnya, Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia memiliki tanggung jawab memperbaiki dan menciptakan Islam yang damai.

"Indonesia bertanggung jawab untuk memperbaiki atau menciptakan Islam yang damai sehingga itu perlu Islam wasathiyah (moderat)," lanjut Kalla.

Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban Din Syamsuddin menambahkan, nilai-nilai Islam wasathiyah yang dihasilkan dalam KTT akan disebarluaskan (lihat grafik).

"Kami menyepakati poros dunia untuk Islam wasathiyah. Semua peserta menjadi bagian dari jejaring pengarusutamaan Islam wasathiyah untuk kaum muslim. Kami juga ingin memberikan sumbangan bagi krisis peradaban dunia," ungkap Din.

Model Indonesia

Sekjen Muhammadiyah Abdul Mu'ti menegaskan bahwa mengarusutamakan wasathiyah (moderasi) Islam memerlukan sederetan program aksi seperti pendidikan, media massa, dan kegiatan keagamaan.

"Harus ada kerja sama lebih luas dan intens dari elemen masyarakat sipil. Kita pun perlu gerakan budaya untuk mendorong toleransi, keterbukaan, dan penegakan hukum untuk meminimalkan kekerasan yang memecah belah bangsa," kata Mu'ti.

Ia melihat moderasi Islam bisa mempererat persatuan anak bangsa. "Membangun persatuan bukan perkara mudah karena masih ada kelompok ekstrem. Juga ada persaingan politik tidak sehat yang berorientasi kekuasaan dengan menggunakan agama sebagai kendaraan."

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2006-2015, Komaruddin Hidayat, pesimistis dunia Islam mampu menuntaskan persoalan mereka. Pasalnya persoalan yang terjadi bukan karena masalah agama, melainkan juga hegemoni politik, ekonomi, dan turut campurnya kekuatan luar.

"Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar bisa berkontribusi dan memberi inspirasi. Kita negara yang berhasil melawan ekstremisme dan terorisme. Indonesia bisa menjadi model karena tidak terlibat konflik di Timur Tengah. Namun, jika kita diharapkan turut menyelesaikan masalah Islam di Timur Tengah, tidak mudah. Indonesia bisa menjadi lokomotif Islam wasathiyah," tandas Komar. (Alw/Bay/DD/Ant/X-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya