Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Politisasi Rumah Ibadah Bisa Memecah Belah

Akmal Fauzi
03/5/2018 07:30
Politisasi Rumah Ibadah Bisa Memecah Belah
Imam Besar Al-Azhar Ahmad Muhammad Ath-Thayeb (kiri) berbincang dengan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj di Gedung PBNU, Jakarta, kemarin. Pertemuan tersebut untuk berdiskusi memperkuat Islam wasathiyah (moderat) di Indonesia(MI/SUSANTO)

KONDISI perpolitikan di Tanah Air yang terus memanas menjadi sorotan Grand Syaikh Al-Azhar Mesir Ahmad Muhammad Ath-Thayeb. Menurutnya, umat Islam Indonesia berpotensi terpecah belah karena perbedaan kepentingan politik.

Hal itu disampaikan Imam Besar Ath-Thayeb dalam pertemuan yang berlangsung 1 jam lebih dengan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, kemarin.

Ath-Thayeb menilai potensi perpecahan umat Islam cukup besar karena perbedaan politik. Hal itu, kata dia, harus dihindari, apalagi menjadikan tempat ibadah seperti masjid untuk menyampaikan pesan politik.

"Itu harus dihilangkan agar umat Islam di Indonesia tidak terpecah belah apalagi karena kepentingan politik," jelasnya.

Sebelumnya, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Amanat Nasional Amien Rais mengatakan acara-acara pengajian harus menyisipkan pesan politik karena sudah memasuki tahun politik. Itu dikatakan Amien saat memberikan ceramah di acara Tasyakuran Satu Tahun Ustazah Peduli Negeri di Balai Agung, Balai Kota Jakarta, Selasa (24/4).

Imam Besar Ath-Thayeb mengajak masyarakat menghormati perbedaan. "Saya datang memperkuat Islam wasathiyah di Indonesia. Islam yang tidak radikal, tidak ekstremis, apalagi teroris. Walaupun berbeda mazhab, mari kita bersatu, jangan fanatik, yang fanatik itu hanya umat yang awam," tutur Ath-Thayeb.

Ia meminta seluruh umat Islam khususnya di Indonesia tidak bersikap ekstrem, seperti menilai kepercayaan serta pemikiran lain tidak tepat, karena dapat memicu perpe-cahan. Ia mencontohkan sejumlah penganut aliran salafi, sufi, takfiri, dan modernis yang saling bermusuhan dan menganggap kelompok lain kafir.

"Tidak boleh mengafirkan orang yang salatnya sama dengan kita yang menghadap kiblat," tandasnya.

Ia juga sempat menyinggung adanya pertanyaan soal sikapnya mengenai seruan konsep khilafah yang diserukan sekelompok orang di Indonesia. Ia menegaskan, jika mayoritas muslim di Indonesia menolaknya, konsep itu harus ditolak.

Di tempat yang sama, KH Said Aqil Siroj mengapresisasi ulama Mesir itu. "Grand Syekh Al-Azhar memiliki konsep moderatisasi sama dengan PBNU. Islam moderat, Islam bukan ahli kekerasan. Kami punya pengalaman Pancasila yang me-manage keberagaman suku dan agama," kata Said Aqil.

Ath-Thayeb berkunjung ke Indonesia untuk menghadiri beberapa kegiatan. Pertama, Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia tentang Islam Wasathiyah di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (1/5).

Kemarin, Ath-Thayeb mengunjungi Ponpes Gontor Putri di Mantingan, Ngawi, Jawa Timur, dan memberikan kuliah umum di Universitas Muhammad Surakarta di Sukoharjo, Jawa Tengah, serta menemui Ketua Umum PBNU.

Di sisi lain, saat mendampingi Ath-Thayeb di kampus UMS, Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin mengatakan Ath-Thayeb sudah beberapa kali mengunjungi Indonesia.

"Pada kunjungan kali ini beliau sekaligus ingin menebarkan nilai-nilai Islam wasathiyah atau Islam moderat yang selama ini beliau gaungkan," kata Menag.

Secara terpisah, Guru Besar UIN Raden Intan Lampung, Syarifudin Basyar, menilai Islam moderat bisa menjadi pilar perekat kehidupan berbangsa dan bernegara. "Islam wasathiyah sesuai dengan falsafah negara kita, Pancasila," kata Syarifudin ketika dihubungi, tadi malam.

Syarifuddin tidak mengkhawatir-kan masuknya paham-paham dari luar (transnasional), seperti paham ekstrem, karena akan sulit berkembang di Indonesia.

"Itu akan terseleksi secara alamiah karena Islam di Indonesia ini sudah menjadi kultur sosial. Tidak perlu dikhawatirkan," tandasnya.(Nic/FR/X-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya