Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Dalam 6 Bulan, Elektabilitas Jokowi Naik 9,6%

Astri Novaria
24/4/2018 08:05
Dalam 6 Bulan, Elektabilitas Jokowi Naik 9,6%
Presiden Joko Widodo swafoto (selfie) dengan pengunjung usai peresmian pembukaan "Muslim Fashion Festival" (Muffest) Indonesia Tahun 2018, di Jakarta Convention Center.(BIRO PERS ISTANA/SETPRES)

ELEKTABILITAS Joko Widodo makin meningkat. Tren positif itu diharapkan terus terjaga hingga Pilpres 2019. Jika melihat aspek kepuasan publik dan kinerja pemerintah, peluang Jokowi untuk kembali terpilih menjadi presiden terbuka lebar.

Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mengatakan partainya puas dengan hasil survei yang dilakukan Kompas. Elektabilitas Jokowi naik menjadi 55,9%. Angka itu meningkat jika dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya yang masih di angka 46,3%.

Sebaliknya, elektabilitas Prabowo Subianto mencapai 14,1% atau turun dari hasil survei enam bulan lalu yang sebesar 18,2%.

Ace mengatakan hasil survei itu menggembirakan karena selama ini elektabilitas Jokowi selalu dipersepsikan masih kurang dari 50%.

"Tingkat elektabilitas ini seiring dengan tingkat kepuasan publik yang mencapai angka 72,3%. Artinya, antara kepuasan dan keinginan untuk memilih Jokowi konsisten," ujarnya.

Ace yang juga Wakil Ketua Komisi VIII DPR itu menilai dengan hasil survei tersebut peluang Jokowi sangat terbuka lebar walaupun dengan hasil itu belum sepenuhnya aman karena angka psikologis yang aman di angka 60%.

"Waktu masih tersisa satu tahun menuju Pilpres 2019. Mo-dal kuat sudah dimiliki Jokowi sebagai capres petahana yang dinilai sukses di mata rakyat," imbuh Ace.

Dia menilai sebenarnya elektabilitas Jokowi bisa mencapai 60% jika berhadapan dengan Prabowo karena dalam simulasi banyaknya kandidat capres, elektabilitasnya sudah mencapai 55,9%.

Sekjen PPP Arsul Sani menambahkan elektabilitas Jokowi tidak harus berkisar di angka 60%. "Banyak orang bilang bahwa angka 60% itu sebagai patokan aman seorang petahana akan terpilih kembali. Bagi saya, itu bukan jaminan. Masih ada faktor-faktor lain yang akan turut menentukan keamanan bagi seorang petahana untuk terpilih kembali," kata Arsul.

Menurutnya, capaian persentase survei pada dasarnya hanya memotretkeadaan atau gambaran elektabilitas di sekitar waktu survei tersebut dilakukan. Itu sebabnya masih butuh faktor konsistensi capaian persentase dalam rentang waktu yang lama sampai dengan menjelang pilpres.

Santai

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon santai mendengar elektabilitas Prabowo yang anjlok. Menurut Fadli, survei dianggap tidak bisa menjadi patokan untuk memenangi Pilpres 2019. "Survei itu belum tentu merefleksikan apa yang sesungguhnya. Hanya menjadi salah satu indikator," kata Fadli.

Ia menyebut metode variabel pertanyaan pada survei menentukan jawaban masyarakat sehingga hasilnya bisa ditebak.

Wakil Ketua DPR itu pun menganggap hasil survei tersebut biasa sebab pemenang kontestasi pemilihan presiden baru dapat dipastikan tahun depan.

"Nanti pada waktunya tentu akan ada kontestasi yang sesungguhnya dan rakyat yang menentukan, dan itu masih tahun depan," ujarnya. (P-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya