Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Fredrich Atur Skenario Kecelakaan Novanto

Putri Anisa Yuliani
20/4/2018 11:30
Fredrich Atur Skenario Kecelakaan Novanto
Terdakwa kasus merintangi penyidikan kasus korupsi KTP elektronik Fredrich Yunadi (ketiga dari kanan) mendengarkan keterangan saksi yang juga terdakwa dalam kasus yang sama, Bimanesh Sutarjo (tengah), saat persidangan lanjutan di Pengadilan Tipikor Jakarta(ANTARA/GALIH PRADIPTA)

DALAM sidang lanjutan kasus merintangi pemeriksaan KPK dengan terdakwa mantan kuasa hukum Setya Novanto, Fredrich Yunadi, di Pengadilan Negeri Tipikor Jakarta, kemarin, saksi dokter RS Medika Permata Hijau, Bimanesh Sutarjo, mengatakan Fredrich menyebut masuknya Novanto melalui IGD dengan skenario kecelakaan.

Info itu diberikan Fredrich melalui telepon pada Kamis, 16 November 2017 pukul 17.00. "Dia cuma bilang, 'Dok, skenario nanti kecelakaan'. Setelah itu telepon langsung ditutup," kata Bimanesh yang hadir sebagai saksi dari jaksa penuntut umum KPK.

Dokter yang merawat Novanto pascakecelakaan itu pun mengaku bingung dengan informasi tersebut. Disebabkan dirinya mengingat pada pukul 11.00 sebelumnya di hari yang sama Fredrich mengatakan mantan Ketua DPR itu akan masuk karena keluhan pusing dan sering sempoyongan pascadirawat di RS Premier Jatinegara.

Bimanesh pun meminta Novanto dibawa ke RS, tetapi melalui IGD. Ia meyakini akan bisa menjadi dokter yang merawat Novanto karena riwayat penyakit Novanto yakni ginjal dan hipertensi sesuai dengan bidang keahliannya.

"Pukul 11.00 dia bilang 'Dok, klien saya Setya Novanto bisa dirawat enggak? Keluhannya sering pusing dan sempoyongan habis dirawat dari RS sebelumnya'. Lalu saya arahkan untuk datang saja ke RS, tetapi lewat IGD dulu nanti akan dirujuk untuk konsultasi ke saya," kata Bimanesh.

Belum usai rasa terkejut Bimanesh dengan permintaan dari Fredrich, Bimanesh kembali dikejutkan dengan telepon dari pelaksana tugas manajer pelayanan medik pada saat itu, Alia Shahab.

"Dokter Alia minta saya datang ke RS karena dia bilang dokter Michael, dokter IGD enggak mau terima pasien. Lho, apa hubungannya dengan saya, saya pikir waktu itu. Kan harus dokter IGD yang periksa dulu," kata Bimanesh.

Sesampainya di IGD, Bimanesh kembali bingung sebab tidak ada tiga orang yang seharusnya ada di RS dan ruang IGD, yakni dokter Alia, dokter Michael, dan pasien itu sendiri. "Saya pikir ini ada yang enggak beres, pasien belum datang, dokter IGD yang menolak enggak ada, dokter Alia pun tidak ada."

Pernah minta

Fredrich pun disebut bukan cuma sekali meminta kliennya dirawat di rumah sakit tempat Bimanesh berpraktik. "Sekitar 1,5 tahun lalu pernah beliau hubungi saya untuk minta supaya kliennya yang sedang sakit agar bisa dirawat di RS Polri. Saya bilang 'Enggak bisa Pak. Saya sudah pensiun. Silakan ke RS lain'," ujarnya.

Fredrich membantah seluruh kesaksian Bimanesh. "Tidak benar saya menghubungi pukul 11 untuk minta agar Pak Setya Novanto dirawat. Yang benar ialah saya minta tanggapan atas observasi yang dia lakukan pada resume medis terakhir Pak Novanto yang sebelumnya dirawat di RS Premier Jatinegara."

Fredrich juga membantah skenario kecelakaan yang ia beri tahukan kepada Bimanesh. Bantahan lain ialah soal pertemuan dengan dokter Michael, perawat Nana, Dina, Suaidi, dan Apri yang pada saat kejadian kecelakaan sedang bertugas di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Medika Permata Hijau untuk meminta diagnosis kecelakaan terhadap Setnov. (P-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya