Mandat Berbeda bagi Kampus Daerah dan Kota

Ghani Nurcahyadi
16/8/2017 07:56
Mandat Berbeda bagi Kampus Daerah dan Kota
(Dok. Universitas Trilogi)

SEBAGAI salah satu negara berkembang, Indonesia berada pada posisi yang baik karena terus dilirik negara lain untuk berinvestasi. Kesempatan emas tersebut harus dimanfaatkan untuk percepatan pembangunan. Di sisi lain, sejumlah hambatan di birokrasi perlu dihilangkan untuk menjaga sisi kompetitif.

Sayangnya, menurut Rektor Universitas Trilogi Asep Saefuddin, program Revolusi Mental yang didengungkan Presiden Joko Widodo untuk memenangi kompetisi global dan sejatinya dimulai dari pendidikan belum memperlihatkan hasil signifikan. Implementasinya masih terjebak pada pola lama.

"Selain infrastruktur, pemerintah dapat memanfaatkan kampus-kampus di daerah untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia daerah tersebut. Kampus-kampus itu dapat diberi mandat untuk penguatan ekonomi berbasis sumber daya alam (SDA) lokal," tutur Asep yang juga Wakil Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) dalam menjawab pertanyaan tertulis Media Indonesia, Senin (14/8).

Penguatan kampus di daerah dengan basis SDA lokal dapat membuahkan banyak manfaat. Sebut saja, peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) setempat, penyerapan tenaga kerja untuk industrialisasi berbasis SDA lokal, penanggulangan masalah urbanisasi, peningkatan pendapatan regional, dan kenaikan indeks pembangunan manusia setempat.

Upaya lain yang bisa dilakukan ialah menajamkan program beasiswa yang berkaitan dengan penguatan SDA lokal. Salah satu beasiswa yang dicanangkan pemerintah ialah beasiswa Bidikmisi. Beasiswa ini harus bisa menyisir sasaran di daerah 3T (terluar, terdepan, terbelakang) dan disesuaikan dengan perencanaan pembangunan wilayah. "Pekerjaan rumah bangsa ini sangat besar. Untuk itu ada baiknya seluruh komponen bangsa bersatu. Bila secara internal bersatu, Indonesia akan kuat. Kita harus mengisi potensi bonus demografi yang dimiliki pada saat negara-negara lain dalam posisi kekurangan penduduk usia produktif," ujar Asep.

Agar program Bidikmisi dan kartu Indonesia pintar (KIP) yang menjadi program andalan pemerintah di bidang pendidikan berjalan efektif, Asep mengusulkan pembuatan peta kemiskinan daerah dan keluarga miskin secara spesifik agar program tepat sasaran. Kemudian perlu kolaborasi lintas kementerian untuk menetapkan prioritas daerah yang akan dibantu dan melibatkan perusahaan untuk menyalurkan CSR untuk program Bidikmisi dan KIP.

Pemerintah juga perlu memperketat penerima program Bidikmisi dan KIP kepada yang paling berhak dari sejumlah kriteria yang disusun. Perlu juga dilakukan matrikulasi agar pengguna beasiswa Bidikmisi dan KIP tidak gagal serta perjanjian untuk mengembangkan daerah asal. Selain itu, pelatihan bagi usaha rintisan (start-up) lokal terkait jejaring, komunikasi, dan kepemimpinan, harus dikerjakan untuk bersaing di era globalisasi.

Technopreneurship
Bila kampus di daerah 3T diamanahkan membangun kompetensi berbasis SDA lokal, kampus di perkotaan perlu membangun jiwa entrepreneurship mahasiswa. Semangat itulah yang diterjemahkan Universitas Trilogi.

"Trilogi mengedepankan konsep technopreneurship untuk mendidik mahasiswa agar mampu menghadapi tantangan masa depan. Mereka sejak awal dilatih untuk mengkaji sinyal lemah yang sulit dideteksi dalam persaingan bisnis. Dengan demikian, di mana pun bekerja atau berwiraswasta nanti, mereka peka terhadap perubahan. Kemampuan ini diperlukan di dunia yang berubah cepat," tutur Asep.

Sejumlah program studi (prodi) memberikan peluang bagi mahasiswa bersaing di dunia yang serbacepat. Di antaranya, akuntansi-manajemen karena ada kebutuhan mahasiswa berpikir holistis, desain komunikasi visual-desain produk untuk mengisi industri kreatif yang semakin berkembang, bioindustri untuk menghadapi kemandirian pangan-energi, telematika untuk menghadapi era ekonomi disruptif, dan pendidikan untuk guru yang bertugas melakukan revolusi mental.

Alumni perguruan tinggi yang sudah berpengalaman di dunia industri juga diharapkan memberikan masukan untuk perbaikan kurikulum menghadapi persaingan global yang makin masif. Universitas Trilogi kini memiliki jaringan alumni STEKPI-Trilogi yang memudahkan untuk melakukan jejaring.

"Kami mengadakan pertemuan rutin untuk kepentingan jejaring, narasumber perbaikan kurikulum, materi kuliah dari unsur praktisi, penempatan praktek lapangan, dan riset," tandas Asep. (Gnr/S4-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya