Pengiriman Perawat ke Jepang Bertambah

Denny Parsaulian S
16/8/2017 08:00
Pengiriman Perawat ke Jepang Bertambah
(DOK. KEMENKES)

KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) siap mengirimkan 525 perawat ke Jepang pada 2018. Pada Agustus ini, ratusan perawat yang mendaftar tengah mengikuti serangkaian tes agar bisa lolos guna menjadi peserta yang terkirim.

“Saat ini peserta tengah menjalani sejumlah tes yang dilakukan Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Pendaftarnya membeludak. Saking banyaknya, saat jumlah pendaftar mencapai sekitar 800-an, pihak Jepang minta pendaftaran disetop karena mereka akan kewalahan melakukan wawancara dalam seleksi,” sebut Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Oos Fatimah Rosyati, di Jakarta, kemarin.

Untuk informasi dan pendaftaran dapat dilihat di www.bnp2tki.go.id atau di www.bppsdmk.depkes.go.id.

Rangkaian tes yang dijalani peserta, menurut Oos, beragam. Mulai tes tertulis tentang keperawatan, psikotes, wawancara, aptitude test dan Japanese quiz and matching, serta medical check up. Pihak penguji, lanjut dia, dari dua pihak, yaitu Kemenkes, BNP2TKI, serta pihak Jepang sendiri selaku pengguna tenaga mereka.

Untuk penempatan 2018, pendaftaran sudah dibuka pada 1 Maret-30 Mei 2017. Pada Juli yang lalu, tes tertulis dan psikotes sudah dilaksanakan di delapan lokasi, yaitu di Poltekkes Kemenkes Bandung, Jakarta, Medan, Jambi, Semarang, Surabaya, Mataram, dan Poltekkes Kemenkes Makassar. Interview dan aptittude test akan dilaksanakan pada pekan ketiga Agustus oleh Japan International Corporation of Welfare Services (Jicwels) yang datang langsung dari Jepang.

Menurut Oos, Jepang membutuhkan banyak perawat medis (kangoshi) yang bekerja di rumah sakit (RS) dan perawat lansia/caregiver (kaigofukusishi) yang bekerja di panti lansia.

Mereka yang lulus seleksi dilatih bahasa Jepang di Indonesia selama enam bulan dan kemudian diberangkatkan ke Jepang. Di sana, mereka dilatih lagi bahasa dan budaya Jepang selama enam bulan lagi di lembaga pelatihan Association for Overseas Technical Cooperation and Sustainable Partnership (AOTS) yang terdapat di Tokyo, Nagoya, dan Osaka. Selanjutnya mereka akan ditempatkan di berbagai RS dan panti lansia di berbagai daerah yang tersebar di Jepang.

Sejak 2008
Pengiriman perawat medis dan caregiver ke ‘Negeri Sakura’ itu sejatinya sudah dilakukan sejak 2008. Hingga saat ini ada sekitar 1.795 perawat Indonesia yang sudah dikirim ke sana, dengan rincian 593 perawat medis dan 1.198 perawat lansia/caregiver.

Pendayagunaan perawat Indonesia ke Jepang terus bertambah setiap tahun. “Sejak 2008, penempatan perawat Indonesia ke Jepang sudah meningkat empat kali lipat. Saat ini, rata-rata 500 perawat ditempatkan di Jepang setiap tahun. Untuk tahun depan, Jicwels meminta pengiriman 525 perawat dari Indonesia,” imbuh Oos.

Pada saat ini, Jepang ialah satu-satunya negara yang telah menjalin kerja sama resmi dengan Kemenkes untuk pengiriman jasa tenaga kesehatan. Oos mengatakan ada beragam keuntungan yang bisa diperoleh sesudah terjalinnya kerja sama antarpemerintah (G to G), di antaranya aman, terjamin, biaya seleksi ditanggung negara penerima. Ke depan, Kemenkes akan memperluas kerja sama serupa dengan negara lain.

Gaji tinggi
Menjadi perawat di Jepang ternyata memiliki pendapatan yang lumayan besar. Dari kunjungannya ke Jepang pada Juli lalu, Menkes Nila Moeloek menyebutkan rata-rata gaji per bulan mencapai 100 ribu yen-200 ribu yen atau setara dengan Rp12 juta-Rp24 juta per bulan. Selain gaji tersebut, para perawat mendapatkan tunjangan, bonus, uang lembur.

“Itu baru start awal. Artinya mereka masih belum mendapatkan sertifikat kelulusan nasional Jepang. Kalau mereka lulus di sana, gaji bulanan bisa naik dua sampai tiga kali lipat,” ujar Nila.

Karena itu, tambah dia, tidak perlu heran jika per bulan rata-rata perawat bisa mengirim uang ke Indonesia (remitansi) Rp6 juta-Rp12 juta.

Saat ini terdapat 296 perawat yang sedang mengikuti pelatihan di AOTS Nagoya dan Osaka, serta 29 perawat yang sedang mengikuti pelatihan di AOTS Tokyo Kenshu Center.

Menkes mendorong para perawat tersebut untuk tetap semangat dalam belajar serta berjuang keras mendapatkan sertifikat kelulusan nasional Jepang.

Dengan sertifikat tersebut, peluang akan terbuka seluas-luasnya untuk peningkatan keahlian dan kesejahteraan. Persyaratan ujian nasional Jepang berlaku bagi semua perawat yang bekerja di Jepang, baik bagi perawat Jepang sendiri maupun perawat dari luar negeri seperti Indonesia, Filipina, dan Vietnam. Selain itu, standar gajinya juga sama. (H-2)

[email protected]



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya