Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
TIDAK ada alunan musik di kafe itu. Yang ada, hiruk pikuk suara pedagang dan pembeli yang sedang tawar menawar barang. Sang pemilik, Bayu, menyebut tempat usahanya itu kedai kopi. Namun, penataan yang unik membuatnya mirip sebuah kafe. Berada di tengah Pasar Tradisional Cihapit, Kota Bandung, kedai kopi ini tidak pernah sepi. Dengan penataan ruang yang klasik, ornamen kedai ini sangat indah untuk diabadikan dengan jepretan foto maupun sorotan kamera. Karena keunikannya, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil pernah mengunjunginya. Suguhan kopi tradisional khas Jawa Barat dipilih Kang Emil. “Saya berjualan di sini hampir tiga tahun dan saya menggunakan kopi lokal sli Jawa Barat dari Ciwidey,” kata Bayu, pekan lalu.
Dia mengakui kedai kopi yang berukuran 1,5 x 3 meter ini memiliki konsep layaknya kafe. Bayu menambahkan ornamen klasik seperti hiasan dinding, lukisan, dan jam dinding kuno. Pengunjung juga bisa langsung melihat sang pemilik kedai saat menyajikan kopi untuk pembeli. Bayu menuturkan alasan mendirikan kedai kopi di tengah pasar tradisional Cihapit semata- karena harga sewa yang murah. “Saya ingin memberikan kepada pelanggan suasana kehidupan pasar yang ramah dan sederhana. Pasar Cihapit dipilih karena letaknya yang strategis,” lanjutnya.
Kopi yang disuguhkan di kedai ini ialah kopi tubruk. Namun, Bayu juga menyediakan piranti untuk menghasilkan kopi espreso. “Kita sediakan kopi tubruk dan espreso juga. Tapi kebanyakan pengunjung lebih suka kopi tubruk,” lanjutnya. Menurut Bayu, kopi itu cuma sarana. “Yang penting sebenarnya ngobrol-nya itu.” Untuk ngobrol sambil minum kopi, Bayu tidak menarik bayaran selangit. Tiga minuman khas buatannya, yakni kopi tubruk, teh tubruk, dan cinnamon tea dibanderol Rp5.000-Rp17 ribu. (BY/Ant/N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved