Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
DIREKTUR Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Sumarna Surapranata resmi pensiun dini pada 8 Agustus 2017. Pranata, demikian sapaan akrabnya, lahir dari keluarga guru, Mulai kakek dari ibunya ialah guru di zaman penjajahan Belanda. Ayahnya juga guru di awal-awal kemerdekaan. Demikian juga dengan paman dan bibinya yang merupakan pasangan guru, bahkan istrinya juga guru Bahasa Arab dan Bahasa Inggris di SMA. Pranata memulai pengabdiannya di dunia pendidikan sebagai seorang guru. Sebagai guru, ia pernah berkarier sebagai guru SMP dan SMA di Lembang dan Bandung pada 1981-1985. Di Kemendikbud, Pranata telah mengabdi selama 33 tahun, yaitu sejak 1985. Atas pengabdiannya Pranata telah
memperoleh Satya Lencana pengadian 10, 20, dan 30 tahun dari pemerintah.
Semestinya Pranata bertugas hingga 2019. Namun, ia mengajukan pensiun dini dalam usianya yang ke-58 pada 1 Agustus 2017. Terhitung 8 Agustus 2017 melalui Keputusan Presiden Nomor 99/ TPA Tahun 2017 tentang pemberhentian dengan hormat dan ucapan terima kasih serta penghargaan atas pengabdian dan jasajasanya, pensiunnya telah ditandatangani Presiden. “Dalam usia 58 tahun saya kira cukup untuk saya pensiun dan saya memilih pensiun atas kehendak sendiri tanpa paksaan siapa pun,” kata Pranata kepada wartawan di lingkungan Forum Wartawan Pendidikan (Fortadik) di Kemendikbud, Jakarta, Senin (11/8). Pernyataan pria berkumis tersebut menepis tudingan adanya dugaan tekanan pihak tertentu, khususnya salah satu organisasi guru yang mendesak ia mundur atas terobosan yang dilakukannya dalam memajukan pendidikan guru.
Pranata yang meraih doktor bidang pendidikan pada psikometri dari University of New South Wales, Sydney, Australia, pada 2000 mengaku, kendati pensiun dini, dirinya akan tetap berupaya mengabdikan ilmu dan pengalamannya bagi negeri ini di bidang pendidikan, khususnya dalam peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan. “Insya Allah saya akan mengabdikan pengalaman dan kemampuan yang saya miliki berkiprah di bidang pendidikan, guru, dan tenaga kependidikan,” ujarnya.
Kontribusi
Kiprahnya dalam dunia pendidikan tampak bersesuaian dengan gelar doktor yang ia raih juga magister dalam bidang psikometri dari Fakultas Pasca Sarjana Psikologi UGM pada 1992. Gelar sarjana ia raih Jurusan Fisika FMIPA dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung, 1984. Selain itu, sebelumnya ia pernah menjabat Direktur Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, dan Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar(P2TK Dikdas) Ditjen Pendidikan Dasar Kemdikbud. Kiprah lainnya ia juga aktif dan terlibat dalam menghasilkan Undang- Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) serta Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2017 tentang Guru.
Sebab itu, ketika menjabat Dirjen GTK Kemendikud selama dua tahun, 2015-2017, telah banyak yang ia benahi, termasuk terobosan dengan jargon guru mulia karena karya. Program peningkatan keprofesionalan guru yang dinilai fenomenal digagas ialah guru pembelajar yang salah satunya dilakukan melalui sistem daring. Dengan program ini, sekarang para guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah telah masif menggunakan peningkatan keprofesionalan berkelanjutan secara daring. Pranata juga membuat terobosan yang dinilai positif dan konstruktif dengan merangkul berbagai organisasi guru dan kepala sekolah dari berbagai kalangan seperti Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Federasi Guru Independen Indonesia (FGII), Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI), Ikatan Guru Indonesia (IGI), Federasi Serikat Guru Indonesia (FGSI), Persatuan Guru NU (Pergunu), Himpunan Pendidik Anak Usia Dini (Himpaudi), Ikatan Guru TK Indonesia (IGTKI), Forum Guru Muhamadiyah (FGM), Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI), dan Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia (APSI). Selama dua tahun terakhir, kendati mendapat pertentangan dari sebagian kalangan, dalam peringatan Hari Guru setiap 25 November, acara tersebut menjadi lebih semarak dalam keberagaman dan kebinekaan.
Seluruh organisasi guru dapat hadir dalam kebersamaan, tidak ada yang merasa yang lain lebih besar atau yang lain lebih kecil. Semuanya luruh dalam kebinekaan melambangkan guru-guru Indonesia bersatu dalam keberagaman. Karena itu, dalam dua kali perayaan Hari Guru tersebut dihadiri Presiden Republik Indonesia. Pranata dinilai telah merajut kebersamaan organisasi-organisasi guru, kepala sekolah, dan pengawas dalam kebersamaan menjadikan guru dan tenaga kependidikan, atau GTK, mulia karena karya. Dengan begitu, dewasa ini telah menjadi sebuah kebutuhan bahwa kalangan guru bebas memilih untuk masuk organisasi yang sesuai dengan profesi mereka. Misalnya, guru matematika berwadah dalam organisasi guru matematika, guru fisika berwadah di organisasi fisika, sesama profesi guru yang berprinsip untuk guru, dari guru, dan oleh guru.
Program terobosan yang dilakukan lainnya ialah penyediaan guru garis depan (GGD), yakni pengiriman calon guru lulusan terbaik untuk mengabdi di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan, atau disingkat 3T, sebagai agen perubahan. Juga ada uji kompetensi guru (UKG) yang dinilai dapat memetakan kompetensi guru seluruh Indonesia sehingga lebih mudah untuk pembinaan sebagai baseline untuk peningkatan keprofesian berkelanjutan para guru. Sekarang ini peta kemampuan (semacam rapor) guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah tersedia dan terdata di Direktorat Jenderal GTK Kemendikbud. Terobosan lain ialah program keahlian ganda. Penyediaan guru untuk mengatasi kekurangan guru-guru produktif di SMK itu merupakan ide cemerlang lainnya yang kini terus dikembangkan guna memenuhi kebutuhan guru SMK produktif sekaligus untuk memenuhi target Kemendikbud mencetak guru produktif dan mendukung program pemerintahan Presiden Jokowi dalam menggenjot memajukan pendidikan vokasi di Tanah Air.
Apresiasi terhadap guru juga dilakukan dengan menjalin kerja sama dengan lembaga nonprofit seperti mengirimkan guru ke Australia, Prancis, Selandia Baru, Finlandia, dan Jerman. Mereka diberangkatkan untuk mengikuti program internship serta meningkatkan kualitas mutu guru itu sendiri. “Terbang bersama Garuda Airline yang beliau cetuskan dengan memberikan Garuda millage kepada guru sehingga dapat menikmati perjalanan dengan pesawat Garuda secara gratis,” ungkap Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Ditjen GTK, Poppy Dewi Puspitawati. “Pak Pranata selama ini dikenal selalu ceria ketika bertemu dengan guru, kepala sekolah, pengawas, laboran, pustakawan, maupun tenaga administrasi. Pranata selalu menginspirasi dan memotivasi mereka,” tambah Direktur Pembinaan Guru Menengah Ditjen GTK Kemendikbud Anas M Adam. Direktur Pembinaan Tendik Dikdasmen, Garti Sri Utami mengatakan “Pak Pranata telah melakukan terobosan system Kpenegawasan dengan menggunakan online system untuk daerah-daerah yang jumlah binaan satuan pendidikan/sekolah dan gurunya di luar standar”.
Garti juga menyampaikan bahwa terobosan lainnya adalah adanya program Kemitraan/Pertukaran antara Kepala Sekolah daerah terpencil dengan Kepala Sekolah perkotaan. Abdullah, Direktur Pembinaan PTK PAUDDikmas mengapresisasi terobosan Pak Pranata yang meberikan penghargaan, penghormatan, dan peningkatan kompetensi serta kualifikasi PTK PAUDDikmas. Selain itu program Kemitraan dengan Mitra PAUD-Dikmas sangat harmonis dilakukan, lajutnya. Sedangkan Sekreatris Ditjen GTK, Nurzaman menyampaikan “Regulasi yang memuliakan Guru secara proporsional/ signifikan telah dihasilkan selama kurun waktu 2015 – 2017, sehingga guru-guru Indonesia semakin Mulia Karena Karya” tegasnya.(H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved