Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
SATU demi satu persoalan infrastruktur di perbatasan Nusa Tenggara Timur diretas Kabinet Kerja. Beranda negara yang berbatasan dengan Timor Leste bukan lagi area antah berantah. Di perbatasan Kabupaten Belu dan Kabupaten Malaka atau dikenal sebagai sabuk merah perbatasan di sektor timur, lintasan sepanjang 162,13 kilometer telah telah tuntas dikerjakan. “Terbagi dalam enam titik lintasan, semua jalan itu telah merangkum wilayah di sepanjang tapal batas negara di dua kabupaten,” ujar Kepala Badan Perbatasan Provinsi Nusa Tenggara Timur Paul Manehat di Kupang, awal pekan ini.
Keenam titik itu ialah Motaain-Silawan-Salore-Haliwen sejauh 16,86 km, Haliwen-Sadi-Asumanu-Haekesak-Turiskain sejauh 34,50 km, dan Turiskain-Fulur-Nualain-Henes 27,97 km. Lintasan selanjutnya ialah Nualain-Dafala sejauh 33,60 km, Dafala-Laktutus sejauh 13,50 km, dan titik lintasan Laktutus-Motamasin (Motamauk) sejauh 35,70 km. “Semuanya sudah tuntas dikerjakan menggunakan dana APBN,” kata Paul. Lintasan di wilayah tengah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan wilayah barat di Kabupaten Kupang sedang dikerjakan. Pembangunan di sektor tengah di wilayah Timor Tengah Utara (TTU) yang berbatasan dengan kantong (enclave) Oecusse dimulai dari titik Amol menuju Oehose ke Manufono dan barakhir di Wini, dekat dengan Oecuse Timor Leste.
Di sektor barat di wilayah perbatasan Kabupaten Kupang, yang juga bersebelahan dengan Oecusse, pembangunan dimulai dari titik dekat negara bekas provinsi ke-27 itu, yaitu Oepoli menuju Kefa ke arah Tubona-Saenam-Haumeniana dan berakhir di Fainake.
Sementara itu, jalur lain yang menghubungkan Oepoli di Kabupaten Kupang dan Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara yang sama-sama berbatasan dengan Oecusse itu sudah hampir rampung. “Percepatan pembangunan lintasan sabuk merah perbatasan itu terus didorong untuk kepentingan percepatan pemanfaatan akses itu,” tandas Paul.
Namun, ia menambahkan, masih banyak pekerjaan di depan mata. Di wilayah sabuk merah perbatasan, kondisinya masih memprihatinkan. Sejumlah ruas jalan yang rusak parah itu menghubungkan wilayah Noelolo di Kabupaten Timor Tengah Utara ke Saenam di Kabupaten Timor Tengah Selatan yang memanjang melintasi batas negara di wilayah Oecusse, sejauh 30,38 km. “Kerusakan ini sangat mengganggu aktivitas warga perbatasan untuk meningkatkan kehidupannya menjadi warga yang sejahtera seperti masyarakat lainnya. Kondisinya sangat rusak parah, permukaan jalan berupa tanah sehingga jika hujan, jalur itu tak bisa dilalui,” tandasnya.
Pemprov NTT
Percepatan pembangunan yang digagas pemerintah pusat juga didukung Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang dinakhodai Gubernur Frans Lebu Raya dan wakilnya, Benny Litelnoni. Enam tekad dan delapan agenda telah mereka tetapkan. Keenam tekad itu ialah pengembangan jagung, ternak, cendana, perikanan dan kelautan, pariwisata, serta pembangunan koperasi. Kedelapan agenda ialah peningkatan kualitas pendidikan, kepemudaan dan keolahragaan, pembangunan kesehatan, pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan pengembangan pariwisata, pembenahan sistem hukum dan birokrasi, percepatan pembangunan infrastruktur berbasis tata ruang dan lingkungan hidup. Yang lain ialah pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, pembangunan perikanan dan kelautan, dan percepatan penanggulangan kemiskinan, penanggulangan bencana dan pembangunan daerah perbatasan. “Dengan kerja keras, Pemprov NTT berhasil meraih urutan 12 dari 34 provinsi dalam roadmap reformasi birokrasi 2013-2017,” ujar Lebu Raya. (Ant/N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved