2016 Tol Palembang-Tanjung Api Api Dibangun

(DW/OL-4)
16/8/2017 06:01
2016 Tol Palembang-Tanjung Api Api Dibangun
(MI/Dwi Apriani)

ANALISIS dampak lingkungan (amdal) yang belum usai membuat pembangunan Tol Palembang-Tanjung Api Api ditunda. Sebelumnya pembangunan direncanakan dibangun pada Juni lalu. Kendala amdal membuat proyek baru akan dilakukan 2018. Pimpinan Proyek Jalan Tol Palembang-Tanjung Api Api (TAA) Hasan Turcahyo mengatakan, “Harusnya pembangunan Tol TAA tersebut dilakukan pada Juni 2017. Tapi karena Amdal dan finishing desain baru dilakukan sehingga harus menjadwal ulang pembangunannya lagi. Kini sedang dilakukan proses pembuatan detail engineering design (DED) sembari pembebasan lahan diselesaikan.”

Tol Palembang-TAA ini merupakan ruas baru sehingga perlu ada penyusunan studi kelayakan dan amdal. Makanya, lanjut Hasan, tahapan-tahapan persiapan ini butuh waktu dan pembangunan tol yang seharusnya tahun ini ditunda tahun depan. Menurut dia, pembangunan Tol Palembang-TAA ini diproyeksi sepanjang 90 kilometer, tapi setelah dilakukan penyesuaian ternyata menyempit menjadi 70 kilometer. Dana untuk pembangunan tersebut sekitar Rp14 triliun. “Pembangunan tol ini berdasarkan penugasan karena masuk proyek strategis nasional yang tertulis dalam Peraturan Presiden No 117 tahun 2015 tentang Perubahan Peraturan Presiden No 100 Tahun 2014 tentang PT Hutama Karya,” tegasnya.

Diungkapkan Hasan, pembangunan tol ini dalam rangka percepatan pengembangan kawasan di Pulau Sumatra. Apalagi, jika dilihat, Sumsel memilik potensi untuk berkembang, tapi belum memiliki akses jalan yang baik. Diakui Hasan, pembebasan lahan ditargetkan selesai pada Agustus 2017. Hanya, kendala krusial pembangunan tol ini ialah pembebasan lahan. Kondisi ini hampir terjadi Seluruh wilayah Indonesia. Karena itu, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait masalah ini agar ada percepatan pembebasan lahan.

Diakuinya, pengerjaan Tol Palembang-TAA ini tergolong lebih rumit jika dibandingkan dengan Tol Palindra. Selain lebih panjang, juga terdapat SUTT dan ada empat sungai, yakni Sungai Gasing 1 dan Sungai Gasing 2. Lalu Sungai Sebalik dan sungai Saluran PU. “Di titik ini akan dibangun jembatan agar kendaraan sungai tetap bisa lewat,” jelasnya. Ia menyebut pengerjaan akan dilakukan terlebih dahulu di lahan yang sudah dibebaskan. Tujuannya agar penyelesaian sesuai target. Metode yang digunakan ialah sistem vakum, sebab lahan yang berada di sana dominan rawa. (DW/OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya