Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Isu FPI dan Rizieq Berpengaruh pada Elektabilitas Anies-Sandi

Intan Fauzi
15/4/2017 18:33
Isu FPI dan Rizieq Berpengaruh pada Elektabilitas Anies-Sandi
(MI/Galih Pradipta)

TREN elektabilitas pasangan calon gubernur nomor urut 3 Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahudin Uno cenderung stagnan. Jika dibandingkan dengan lawannya pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat, elektabilitas Ahok-Djarot terus menanjak.

Survei yang dilakukan Charta Politika menunjukkan, pada November 2016, elektabilitas Anies-Sandi 40,7%, Januari 2017 sempat naik jadi 45,2%, tapi Februari 2017 menurun jadi 44,5%, dan April hanya meningkat tipis 44,8%. Sedangkan Ahok-Djarot November 2016 tingkat elektabilitasnya 31,1%, Januari 2017 menanjak jadi 34,7%, Februari 2017 41%, dan sampai April 2017 ini menyalip Anies-Sandi dengan 47,3%.

Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menilai, pada putaran pertama Anies-Sandi mampu menumbuhkan sentimen positif melalui kunjungan Sandi ke markas Front Pembela Islam (FPI) di Petamburan, Jakarta Barat.

Keduanya memakai peci, dan keduanya selalu memosisikan diri kuat di kalangan pemilih Islam. Strategi ini malah cukup menggerus suara pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni.

"Captive market terbangun dan hal ini tidak didapatkan kembali di putaran kedua," ujar Yunarto di Kantor Charta Politika, Jalan Cisanggiri III, Jakarta Selatan, Sabtu (15/4).

Malah, lanjut Yunarto, sentimen negatif muncul di putaran kedua ini. Salah satu hal yang memunculkan sentimen negatif pada Anies-Sandi ialah peristiwa penolakan Djarot di Masjid At-Tin TMII saat acara haul Soeharto.

"Kemudian apa yang terjadi pada kasus FPI dan Habib Rizieq berkorelasi linier pada persepsi publik terhadap Anies-Sandi. Ini jadi beban di putaran kedua," ungkap Yunarto.

Faktor berikutnya, yakni soal memperebutkan dukungan partai politik yang di putaran pertama mendukung Agus-Sylvi. Yunarto menilai, Ahok-Djarot memenangkan dukungan partai tersebut dengan mengambil dukungan dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Terlebih, partai yang mendukung Agus-Sylvi didominasi partai Islam.

"Praktis hanya PAN (Partai Amanat Nasional-yang mendukung Anies-Sandi) yang suaranya lebih kecil dari gabungan PPP dan PKB," sebut pengamat politik itu.

Melihat kondisi seperti ini, Yunarto menilai, jika tak ada strategi berarti dari Anies-Sandi, maka Ahok-Djarot berpeluang menang.

"Kalau tidak ada strategi politik yang signifikan Ahok-Djarot sulit ditahan kalau melihat stagnansi Anies-Sandi," jelas Yunarto. (MTVN/OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya