Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Punya Mobil Klasik,Siapa Takut?

Iqbal Musyaffa
24/11/2016 04:10
Punya Mobil Klasik,Siapa Takut?
(MI/Iqbal Musyaffa)

BAGI sebagian orang, mobil bukan sekadar alat transportasi untuk mendukung mobilitas harian. Lebih dari itu, mobil merupakan identitas dan jati diri, khususnya bagi para kolektor dan pecinta mobil tertentu seperti mobil klasik nan antik. Mobil menjadi alat pemuas hobi untuk bersosialisasi bersama rekan-rekan dengan minat yang sama di dalam suatu komunitas.

Hal itu dirasakan Ahmad Fakhrizal, wiraswasta, 28, yang mengoleksi dua jenis mobil Mercedes-Benz klasik, W123 200E keluaran 1985, dan Mercedes-Benz W124 230E keluaran 1992. "Dalam perkumpulan biasanya kita membahas event seperti touring, baksos, sharing seputar mobil dan perawatannya, serta yang pasti adalah menjalin silaturahim," ujar Ahmad kepada Media Indonesia, Rabu (23/11). Ahmad, yang juga ketua dari komunitas Mercedes-Benz Club Sukabumi yang beranggotakan 48 orang itu rutin berkumpul setiap satu bulan sekali.

Hal serupa juga dilakukan pehobi mobil klasik lainnya seperti Tatyana Utami Briandin yang memiliki VW Combi T2 Panel Van keluaran 1972 dan VW Dakota T1 Double Cabin keluaran 1964. Selain touring, aktivitas Tatyana yang tergabung dalam Volkswagen Ban Club Jakarta itu salah satunya menggelar kegiatan sosial. "Kita juga mengadakan dan mengikuti kontes dan pameran yang diselenggarakan VW Club, serta berpartisipasi dalam acara drag race," ujar Tatyana yang mengaku cinta terhadap VW Combi menurun dari ayahnya yang kolektor mobil klasik Jerman itu.

Dari anggota kelompok itulah, lanjut Ahmad dan Tatyana, mereka bersama kelompok masing-masing dapat bertukar informasi tentang berbagai hal seputar mobil lawas mereka, mulai dari perawatan mobil, pengadaan sparepart, dan bengkel. "Untuk tipe W124 yang harus diperhatikan ialah bagian fuel dist karena memang penyakitnya di membran yang ada di dalam fuel dist. Tapi, sudah bisa direparasi dengan biaya yang terjangkau," terang Ahmad.

Sebagai pecinta mobil klasik, lanjutnya, ia tidak sembarangan dalam merawat mobil kesayangannya. "Perawatan khusus harus di bengkel spesialis Eropa yang sudah cukup banyak tersebar. Kalau saya biasanya di Bandung. Biaya perawatan secara umum di kisaran Rp750 ribu hingga Rp1,5 juta." Sementara itu, untuk perawatan VW Combi, jelas Tatyana, tidak terlalu susah asalkan rajin memonitor kondisi kendaraan, terutama pada pendingin udara dan pendingin air.

Untuk pendingin udara yang harus diperhatikan ialah pada sistem pembakaran terutama selang bensin jangan sampai terbelah karena bisa menyebabkan VW terbakar dan perhatikan juga oli mesinnya karena dapat membantu mendinginkan mesin VW. "Untuk pendingin airnya yang harus diperhatikan ialah radiator karena kalau tidak diperhatikan akan mengakibatkan temperatur mesin menjadi sangat panas," papar Tatyana.

Untuk perawatannya apabila tidak ada masalah serius bisa dilakukan sendiri ataupun bisa langsung dibawa ke bengkel dan bisa juga memanggil mekanik pribadi. "Untuk kisaran biaya perawatan rutin seperti pengecekan karburator, selang bensin, dan rem kopling sekitar Rp400 ribu hingga tak terhingga kalau ada masalah serius."

Junjung orisinalitas
Sementara itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan saat membeli mobil lawas ialah periksa kondisi mobil mulai dari eksterior seperti fisik kendaraan, mesin, kaki-kaki, hingga interior mobil. "Cek interiornya mulai dari jok, kelengkapan dashboard, trimming, atap, dan dek lantai mobil untuk memastikan ada atau tidaknya lubang dan karat," ungkap Tatyana.

Selain itu, cek surat-surat kendaraan dan usahakan nomor chassis dan nomor mesin harus sama. Pasalnya, banyak mobil klasik yang nomor mesin dan nomor chassis-nya berbeda. Di sisi lain, untuk bodypart pada umumnya penggemar mobil lawas ini menjunjung tinggi orisinalitas karena di situlah nilai kendaraan itu sesungguhnya. Makin banyak komponen asli yang digunakan, semakin tinggi nilainya.

"Berburu mobil tua yang paling penting ialah memperhatikan kelengkapannya, terutama kelengkapan komponen bodi dan interior. Sebisa mungkin dapat mobil yang komplet segala-galanya," ujar Aldi Prihaditama, pemilik Mercedes-Benz 280S (W108) keluaran 1971 itu. Hal senada diungkapkan Zaldy T Moechtar, pemilik Peugeot 505 GR 80-an. "Di era 80-an ke bawah orang mencari mobil melihat kondisi mesinnya dahulu. Namun, sekarang utamanya pada tampilan bodi karena paling sulit untuk direstorasi," ujar Zaldy yang sebelumnya memiliki koleksi VW Variant 1968 itu.

Untuk itu, Aldi dan Zaldy menyarankan bagi pemula yang ingin memburu mobil-mobil lawas sebaiknya mencari kendaraan yang onderdilnya mudah didapat dan yang penggunanya masih banyak. Namun, lanjutnya, mencari informasi dan berburu komponen mobil tua juga kini jauh lebih mudah jika dibandingkan dahulu. "Ada internet lewat forum diskusi, komunitas, ebay, bahkan kampakan. Berburu spare part langka tidak perlu lagi ke luar negeri. Tinggal pesan via online," paparnya.
(Cdx/S-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya