Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
LAPANGAN itu tidak berumput. Permukaan tanahnya merah semata. Belasan anak bermain bola di atasnya. Kaki-kaki telanjang mereka membuat tanah itu mengeras. Semakin kuat memantulkan bola yang jatuh dari tendangan lambung yang tidak sempat dihalau. Persis di samping lapangan, sebuah taman tertata. Di dalam taman itu ada arena bermain yang dilengkapi perosotan dan ayunan. Warnanya beragam. Beberapa anak yang lebih kecil berlarian naik turun perosotan. Sebagian yang lain berayun-ayun. Ada pula yang sekadar duduk cekikikan.
Sebagian anak-anak itu merupakan penghuni rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) Pulo Gebang. Sebagian lainnya ialah anak-anak dari rumah susun lain di Jakarta. Bagaimana mereka bisa sampai ke situ? Warga rumah susun ternyata memanfaatkan fasilitas bus Trans-Jakarta gratis yang berkeliling keluar-masuk rusun.
Akses pada fasilitas untuk membantu mobilitas warga memang membuka segala kemungkinan. Barangkali Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak menyadari bahwa warga akan menggunakan fasilitas bus gratis dengan cara itu. Bus yang awalnya mungkin dimaksudkan agar warga rusun bisa mengakses tempat-tempat kerja mereka secara lebih mudah dan gratis ternyata bisa dimanfaatkan jauh dari perkiraan semula. Bahkan tidak sedikit warga yang menggunakan fasilitas bus gratis ini untuk sekadar jalan-jalan melihat wajah kota. Sesuatu yang sebelumnya mungkin begitu mahal untuk mereka yang papa.
Social inclusion
Rusunawa Pulo Gebang terdiri dari Blok A sampai H. Dua blok pertama dibangun pada masa pemerintahan Fauzi Bowo, selebihnya dibangun pada masa pemerintah Basuki Tjahaya Purnama. Tiap-tiap blok berbentuk U. Di tengah blok ada ruang kosong. Di ruang kosong itulah dibangun taman, arena bermain, dan lapangan bola mini. Adapun celah di antara setiap blok dibangun jalan lebar lengkap dengan trotoar yang juga lapang.
Lokasi kompleks bangunan rumah susun ini tidak hanya terdiri atas bangunan, taman dan jalan. Di belakang Blok A dan B, terdapat lahan kosong yang lumayan lebar. Kegiatan pertanian dan perikanan air tawar dilakukan di situ. Kacang tanah, kacang panjang, jagung, dan tanaman jangka pendek lainnya tumbuh rindang.
Tidak semua warga mau bertani. Namum, hasil pertanian itu bisa dinikmati bersama. Pada setiap panen kacang atau jagung, warga akan berkumpul di sekitar kantor pengurus rusun. Di situ, sukarelawan kacang rebus dan jagung bakar menggelar hidangan. Siapa saja boleh mampir. Pertanian di belakang rumah susun itu ternyata memiliki fungsi perekat solidaritas antarwarga rusun.
Pengurus rumah susun juga memperkenalkan metode pertanian hidroponik. Beberapa pelatih didatangkan. Di sudut kiri bagian depan kompleks rumah susun terdapat bangunan tani hidroponik. Paralon-paralon berdiameter besar disusun memanjang. Di atas paralon itu dibuat lubang-lubang dengan jarak yang sama. Di lubang-luang itu dipasang pot-pot ukuran sedang. Di atasnya tumbuh bibit-bibit bayam dan kangkung. Sudah beberapa warga memanen sayuran hidroponik sejak mereka dilatih.
Di lantai-lantai dasar setiap blok, terdapat ruangan-ruangan yang dijadikan toko. Toko-toko itu dikelola sendiri oleh warga. Pelbagai kebutuhan ada di sana, mulai dari sembilan kebutuhan pokok sampai pakaian dan alat elektronik. Beberapa ruang juga dijadikan warung makan beragam rasa: mulai dari warung tegal sampai warung manado.
Di rumah makan manado Rusun Pulo Gebang, masakannya mengingatkan pada masakan di warung-warung makan di sepanjang Jl Boulevard atau pinggiran pantai di belakang Mega Mas Manado. Pisang gorengnya. Ah, sudahlah.
Warga lain membuka usaha galon, playstation, kue, jual-beli elektronik, salon, rias wajah, dan entah apa lagi. Seorang ibu perias wajah mengaku baru saja meningkatkan kemampuan meriasnya. Sebelumnya dia mengikuti kursus merias wajah yang difasilitasi pengurus rusun. Kemampuan ini membawanya membuka sebuah salon dengan alat-alat perias yang cukup lengkap. Warga rusun dan sekitar rusun mulai menjadi pelanggannya. Pelatihan lanjutan yang difasilitasi pengurus rusun membuatnya memiliki kemampuan baru, yakni merias karakter. Kemampuan ini membawanya memiliki akses untuk merias para artis. Dia mengaku pernah merias Mpok Ati.
Semua cerita ini saya hadirkan untuk menunjukkan kompleksitas kehidupan di salah satu rusun terbesar yang dibangun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menampung warga yang direlokasi. Kehidupan berjalan tak terprediksi di sana.
Rumah-rumah susun itu seperti ruang terbuka yang polos. Para penghuni yang datang dari pelbagai arah Ibu Kota membawa warna yang berbeda-beda. Dengan difasilitasi pemerintah Ibu Kota, warga hasil relokasi itu menjalin hubungan dengan sesama warga, membangun kehidupan baru. Sebanyak 800 keluarga di rusun itu terkoneksi satu sama lain. Saling bergantung.
Pemerintah provinsi juga perlu lebih dalam membangun solidaritas ke luar, yakni dengan masyarakat sekitar. Memanfaatkan ruang-ruang lantai dasar sebagai pusat-pusat ekonomi baru merupakan salah satu inisitif penting. Posisi rumah susun di pinggiran kota menjadikannya potensial mengisi kekosongan pusat belanja warga di pinggiran kota.
Kualitas hidup
Tentu tidak semua kehidupan lama ditinggalkan. Sebagian besar mereka masih mengandalkan penghasilan yang lama. Rumah susun yang lapang itu memberi mereka peluang untuk mencari jalan penghidupan yang baru.
Tanah lapang di rongga bangunan berbentuk U itu merupakan ruang yang kosong. Taman dan arena bermain itu juga bangunan-bangunan mati yang tak bergerak. Bus-bus Trans-Jakarta yang keluar masuk kompleks rusun itu tidak punya hasrat. Lahan di belakang kompleks Rusun itu diam. Semuanya merupakan ruang terbuka bagi para penghuni rusun. Kegembiraan-kegembiraan yang muncul di taman, lapangan, bus, kamar-kamar rumah membuka peluang bagi warga untuk memunculkan kreativitas dan inovasi untuk mempertahankan hidup.
Pelatihan, akses pada bank, dan akses pada perusahaan memaksimalkan potensi warga. Minimal mereka tidak lagi memikirkan tempat tinggal, transportasi, kesehatan, dan pendidikan. Semakin banyak warga yang memiliki AC. Beberapa warga mengaku, di tempat lama sebelum relokasi, mereka tidak mungkin memiliki AC, terutama karena rumah yang mereka punya sebelumnya tidak tertutup rapat. Sekarang gedung yang mereka miliki memungkinkan udara AC bersirkulasi dengan baik. Udara dingin di kamar-kamar warga membantu mereka tidur lebih lelap. Mengumpulkan tenaga lebih banyak untuk aktivitas mencari nafkah.
Pada dinding-dinding luar unit rumah susun itu juga tampak terpasang pelbagai antena televisi berbayar. Akses pada pendidikan, kesehatan, transportasi, ruang rumah, taman, dan lain-lain telah membawa mereka pada peningkatan kemampuan mengakses informasi. Akumulasi pada perbaikan kualitas standar hidup ini akan semakin membuka kemungkinan-kemungkinan baru bagi masa depan yang lebih cerah, terutama bagi anak-anak warga.
Seorang bocah tak berbaju menggiring bola. Cahaya matahari memantul pada titik-titik keringat di kulitnya yang cokelat. Lincah ia lewati dua lawan. Seorang lawan dari samping gesit menghadang. Tapi, sang bocah tak kalah gesit mengumpan ke kawan di sudut gawang. Gol.
Saidiman Ahmad Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting; Alimnus Carwford School of Public Policy, Australian National University
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved