Full Day School dan Beban Masyarakat

13/8/2016 08:35
Full Day School dan Beban Masyarakat
(MI/Pata Areadi)

Ferdiansyah, Ketua Bidang Pendidikan dan Cendekiawan DPP Partai Golkar, Wakil Ketua Komisi X DPR RI

MENURUT istilah, full day school ialah sebuah sekolah yang memberlakukan jam belajar sehari penuh pukul 07.00-17.00. Itu merupakan program sekolah di saat proses pembelajaran dilaksanakan sehari penuh di sekolah. Dengan kebijakan seperti itu, waktu dan kesibukan anak-anak lebih banyak dihabiskan di lingkungan sekolah ketimbang di rumah.

Ketika akhirnya full day school yang dilontarkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mencuat, yang muncul ialah tanggapan beragam dari banyak pihak, baik yang pro maupun kontra.

Yang pasti Mendikbud harus berpikir berulang kali untuk menetapkannya sebagai sebuah kebijakan resmi. Tidak lantas memboyong masalah tersebut sebagai keputusan tanpa dasar dan parameter yang kuat.

Kajian menyeluruh
Memang tak bisa dimungkiri, dalam sejumlah sudut pandang, full day school lumayan bagus. Hanya, jangan lupa, ada beberapa hal perlu dilakukan.

Pertama, kajian terhadap seluruh aspek sebelum diterapkan termasuk melakukan perenungan. Sampai di mana kesiapan guru dalam menyampaikan pelajaran hingga ke substansinya dalam rentang waktu dari pagi hingga petang.

Kedua, pertimbangan kondisi fisik guru atau murid. Mengajar dan belajar dari pagi hingga pukul 17.00 membutuhkan tenaga dan pikiran yang juga harus full. Energi ekstra diperlukan karena tidak seluruh siswa mendapat asupan gizi yang baik.

Anak yang memperoleh gizi cukup biasanya lebih tinggi tubuhnya dan relatif lebih cepat mencapai masa puber jika dibandingkan dengan anak yang bergizi kurang. Anak yang sehat dan jarang sakit biasanya mempunyai tubuh sehat dan lebih berat jika dibandingkan dengan anak yang sering sakit.

Yang tak kalah penting ialah kondisi guru yang perlu menjadi perhatian bersama. Kita lihat saja bagaimana hasil uji kompetensi guru (UKG) berdasarkan data Kemendikbud. Jumlah yang mengikuti UKG sebanyak 2.699.516 guru dengan komposisi nilai sesuai dengan jenjang TK 32% kurang dari 55, 67% antara 55 dan 80, dan 1% di atas 80. SD 53% nilainya kurang dari 55, 44% antara 55 dan 80, dan hanya 3% yang di atas 80. Untuk SMP 42% kurang dari 55, 51% antara 55 dan 80, dan 7% di atas 80. Da­ta tersebut menunjukkan kompetensi guru masih perlu ditingkatkan.

Ketiga, sebagian siswa memiliki kegiatan lain di luar sekolah. Tidak seluruhnya sibuk di organisasi sekolah, seperti Paskibra, PMR, dan Pramuka. Beberapa ada yang terbiasa membantu meringankan kesibukan orangtua di rumah, membantu ekonomi keluarga, berdagang, dan semacamnya. Belum lagi jarak tempuh siswa tidak semua tinggal dekat dengan sekolah, bahkan banyak siswa yang harus menempuh medan yang berat untuk mencapai sekolahnya. Begitu pula dengan siswa yang tinggal di pesantren, kegiatannya begitu padat dan melelahkan.

Keempat, kondisi dan kelengkapan sarana dan prasarana setiap sekolah berbeda, banyak yang belum memadai. Bahkan merujuk data pada Raker Komisi X DPR RI dengan Mendikbud 21 Juli 2016, dari 1.833.323 ruang kelas, hanya 466.180 yang dalam kondisi baik, sisanya masih terdapat 1.367.143 ruang kelas rusak dengan rincian 930.501 (51%) ru­sak ringan, 283.232 (15%) ru­sak sedang, 78.974 (4%) ru­sak berat, dan 74.436 (4%) rusak total.

Pola pikir
Dengan kondisi ruang kelas di SD, SMP, dan SMA, jika ingin tetap diberlakukan program itu, harus dicari sekolah yang sudah siap. Dari 217.781 sekolah, terdapat 104.081 yang belum memiliki peralatan pendidikan.

Di jenjang SD, dari 151.586 sekolah, baru 86.058 yang sudah memiliki alat pendidikan, sisanya 65.528 sekolah belum memiliki. Di SMP, dari total 39.787 sekolah, baru 25.559 yang sudah memiliki, tetapi 14.228 belum memiliki alat pendidikan.

Kelima, bila full day school ingin dipaksakan, adakah jaminan pola pikir dan perilaku siswa dapat berubah menjadi lebih baik, hijrah dari kebiasaan lama? Misalnya siswa yang memiliki kebiasaan merokok secara sembunyi-sembunyi, bolos sekolah, berboncengan yang tidak sesuai peraturan lalu lintas, menonton konser hingga larut malam, dan sebagainya.

Misi ini harus bisa dikomunikasikan dengan baik ke orangtua siswa agar muncul jaminan pola pikir anak akan berubah. Perkembangan anak manusia merupakan sesuatu yang kompleks. Artinya banyak faktor yang turut berpe­ngaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan sama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju perkembangan anak tersebut.

Guru, terutama guru SD, diharapkan mempunyai pemahaman konseptual tentang perkembangan dan cara belajar anak di sekolah dasar.
Pemahaman konseptual tersebut meliputi gambaran tentang siapa anak SD dan bagaimana mereka berkembang, yang mencakup tentang karakteristik perkembangan anak usia SD dalam berbagai aspek fisik biologis, kognitif, bahasa, dan psikososial.

Selain itu, diperlukan pemahaman tentang prinsip-prinsip belajar anak, proses-proses psi­kologis yang terjadi dalam belajar anak, serta peran motivasi dalam belajar anak.

Dengan bekal pemahaman konstektual tersebut, guru diharapkan dapat mengaplikasikan pemahaman itu dalam menyelenggarakan proses pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan anak SD.

Bila melihat data kompetensi guru dan kondisi sekolah, bagaimana mau mendidik karakter anak didik bila tidak didukung fasilitas memadai? Fenomena belakangan ini se­per­ti tindak kekerasan yang dilakukan sejumlah pihak kepada pendidik, rasanya jauh lebih penting untuk dicermati dan diatasi.

Mendikbud harus bisa membaca konsekuensi logisnya, memperhitungkan dengan matang dan dipikir ulang. Jika ingin melakukan secara bertahap, butuh waktu 10 sampai 20 tahun lebih untuk bisa mereali­sasikannya.

Ketika parameter ini belum ada, akan sulit dilaksanakan. Mendikbud harus melakukan kajian komprehensif dan mendalam atas banyak aspek yang ikut memengaruhi pelaksanaan full day school. Jangan sampai program itu dipaksakan dan menimbulkan ekses negatif, membebani dan merugikan masyarakat.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya