Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

NFT, Era Pasar Seni Digital dan Potensi Investasi Baru

Freddy Firmansyah, Departemen Regional
27/9/2021 08:00
NFT, Era Pasar Seni Digital dan Potensi Investasi Baru
(Dok. Pribadi)

Everydays: the First 5000 Days, NFT termahal di dunia

Sumber: Balai Lelang Christies, 2021

KARYA intelektual mungkin masih belum dihargai di negeri ini, di mana pembajakan dan penyalahgunaan hak Cipta masih sering terjadi. Saat ini dengan mudahnya seseorang menggunakan hasil karya cipta orang lain baik melalui potongan lagu maupun visual. Bahkan sebuah studi dari Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI) mencatat setiap tahunnya industri film domestik mengalami kerugian mencapai 5 trilyun rupiah.

Namun sebuah fenomena sedang terjadi di belahan dunia lain, saat ini karya seni digital sedang marak diperdagangkan dengan nilai fantastis. The Forever Rose, sebuah gambar mawah merah digital berhasil dijual senilai satu juta dollar Amerika Serikat pada malam Valentine 2018. Jumlah yang kemudian disumbangkan kepada lembaga pendidikan komputer di Amerika Serikat tersebut menunjukkan adanya tren baru di pasar seni global. Berbagai nilai fantastis lainnya juga berhasil dicapai seperti lelang gambar digital berjudul Everydays – The First 5000 Days milik Beeple berhasil dilelang senilai 69 juta dollar Amerika Serikat di balai lelang Christie pada Maret 2021.

Dahulu karya seni yang bernilai tinggi identik dengan karya Leonardo Da Vinci seperti Mona Lisa atau Salvator Mundi. Kini, sejalan dengan bertumbuhnya era digital, karya digital pun mulai dilirik. Para pekerja seni, atlit bahkan klub sepakbola menerbitkan karya digitalnya menggunakan platform NFT. Menggunakan teknologi blockchain, NFT atau Non-Fungible Token berhasil menjadi fenomena baru tidak hanya di dunia seni melainkan juga menjadi pembicaran para pakar finansial. Hal tersebut dapat terjadi karena teknologi yang mendasari NFT sendiri adalah blockchain. Teknologi tersebut tidak asing ditelinga mengingat mata uang crypto currency seperti Bitcoin dan Etherium juga menggunakan platform yang sama.

Nilai transaksi NFT dalam sepekan saat ini telah mencapai 8,2 milyar dollar Amerika Serikat dengan penjualan total 30 juta karya seni digital. Sebuah nilai fantastis yang tentunya menarik berbagai investor maupun trader untuk mendalami pasar NFT ini. Namun demikian, seperti halnya investasi lainnya semua hadir bukan tanpa risiko.

Mengingat platform dari NFT ini sendiri menggunakan teknologi blockchain maka potensi risiko fluktuasi harga juga tinggi. Aset kripto sendiri dapat berfluktuasi lebih dari 50% dalam sehari, hal tersebut sangat berisiko untuk dijadikan sebuah aset finansial. Demikian halnya dengan NFT, sebagai gambaran dimana salah satu NFT Bernama CryptoPunks dapat naik lebih 20% dalam sehari hanya untuk turun 30% pada hari berikutnya. Oleh karenanya masyarakat disini perlu melihat lebih jeli dan tidak hanya terjebak pada tren semata untuk menginvestasikan uangnya pada NFT. Selain itu regulator juga perlu terlibat untuk melihat potensi risiko yang ada tidak digunakan market maker untuk memanipulasi harga yang kemudian merugikan calon investor.

Berbagi regulasi perlu diterbitkan untuk mengurangi potensi risiko yang ada seperti perlu diaturnya pihak yang berhak melakukan settlement transaksi, kewajiban Know Your Customer bagi investor, serta adanya kebijakan pembatasan transaksi tergantung dari volume transaksi harian untuk menghindari permainan market maker.

Bank Indonesia sendiri juga dapat mengambil peran tentang mata uang yang diperbolehkan dalam betransaksi NFT di Indonesia. Saat ini transaksi NFT global didominasi oleh mata uang kripto, hal tersebut tentunya bertentangan dengan kewajiban penggunaan rupiah di Indonesia. Oleh karenanya apabila market NFT kemudian mulai tumbuh dan menjadi legal di Indonesia seluruh transaksi diwajibkan menggunakan rupiah.

NFT memang sebuah peluang yang menarik, namun demikian kita sebagai masyarakat harus lebih jeli Ketika menggunakannya sebagai instrumen investasi. Potensi risiko yang ada cukup besar sehingga kita harus terus meningkatkan literasi yang ada. Selain itu kita juga harus memahami makna dari seni itu sendiri, Edgar Degas pernah berkata “ Seni bukanlah apa yang kamu lihat, tetapi apa yang membuat orang lain melihatnya”.  

CATATAN:
Ini merupakan salah satu dari 11 karya peserta terpilih dari 76 karya peserta Workshop Penulisan Artikel Populer yang masuk. Workshop ini merupakan sesi ke tiga dari rangkaian pelatihan yang dipercayakan Departemen Komunikasi Bank Indonesia kepada Sekolah Jurnalistik Media Indonesia (SJMI).

Pada pelatihan yang dilaksanakan secara daring, 23-24 September 2021 lalu, diikuti oleh 100 peserta dari Kantor Perwakilan Wilayah se-Indonesia serta Luar Negeri selain peserta perwakilan dari Kantor Pusat.

Workshop hari pertama diisi narasumber dari Media Indonesia (Teguh Nirwahyudi) serta dua narasumber dari Bank Indonesia (Kristianus Pramudito dan Puji Astuti). Pada hari kedua berisi kegiatan evaluasi tulisan dari para peserta.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya