Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Perkuat Sistem Sosial untuk Melawan Covid-19

Anggi Afriansyah Peneliti Sosiologi Pendidikan LIPI
15/1/2021 05:05
Perkuat Sistem Sosial untuk Melawan Covid-19
(Dok.LIPI)

BELAKANGAN ini, covid-19 semakin terasa dekat, seolah bersiap mengetuk di depan pintu rumah. Semua tinggal menunggu giliran. Kabar sanak keluarga, teman dekat, atau tetangga yang terinfeksi covid-19 semakin menghiasi pesan di Whatsapp Group (WAG). Ada yang pulih dan dapat beraktivitas seperti sedia kala, ada yang masih berjuang melawan covid-19, atau yang harus berpulang. Kesedihan hadir di mana-mana.

Hingga kini, peningkatan laju covid-19 semakin sulit dikendalikan. Data dari covid19.go.id menunjukkan terdapat 836.718 orang positif, 688.739 orang yang sembuh, dan 24.343 orang yang meninggal (11/1/2021). Peningkatan kasus harian pun tembus di angka 10 ribu. Pemerintah pun membuat kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali, yang berlaku mulai hari Senin (11/1/2021).

Dalam kondisi seperti ini, tetap menjaga diri dengan melakukan pola hidup sehat, memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan ialah hal yang perlu secara konsisten dilaksanakan. Meskipun, ketika kita sudah disiplin melakukan hal tersebut, peluang terinfeksi covid-19 masih terbuka lebar.

 

Pengalaman terinfeksi

 

Hingga kini, saya dan istri masih dalam proses isolasi mandiri di rumah. Minggu lalu, saya dan istri melakukan swab PCR karena merasakan gejala covid-19. Saya dan istri merasakan demam, kelelahan, sakit tenggorokan, dan kehilangan indra penciuman.

 

Merasakan indikasi tersebut, kami memutuskan melakukan swab antigen untuk deteksi awal dan hasilnya positif. Kami pun melanjutkan dengan swab PCR dan hasilnya positif. Sementara itu, anak semata wayang kami hasilnya negatif. Kondisinya pun sangat sehat, tidak seperti kami yang sempat mengalami berbagai gejala covid-19.

Setelah mengetahui hasil itu, kami melakukan isolasi mandiri di rumah, sedangkan si kecil bersama orangtua yang tinggal tidak jauh dari rumah kami. Ketika terkonfirmasi positif, kami langsung melapor ke pengurus paguyuban perumahan dan diteruskan pihak RT/RW. Pihak RT/RW langsung melapor ke Puskesmas Cimuning tempat kami tinggal. Di hari yang sama, istri saya langsung dikontak salah satu bidan di Puskesmas Cimuning. Ia bertanya berbagai gejala yang kami rasakan.

Besoknya ibu bidan dan tim puskesmas mendatangi rumah kami. Petugas melakukan penyemprotan disinfektan, sedangkan kami berkonsultasi mengenai gejala yang dirasakan. Ia memberi obat dan vitamin serta berbagai aktivitas yang perlu dilakukan selama isolasi mandiri. Ia pun meminta kami melaporkan ketika kami merasa sesak. Pelayanan dari pihak puskesmas sangatlah prima.

Saran-saran dan perhatian dari pihak puskesmas membuat kami merasa tenang. Kami beruntung pihak puskesmas cepat merespons karena kami juga mendapat informasi dari beberapa teman yang kebetulan terkonfirmasi positif covid-19, tetapi tidak mendapatkan respons cepat dari puskesmas di lingkungan mereka tinggal. Dengan adanya peningkatan kasus, sepertinya banyak puskesmas yang sudah kewalahan merespons masyarakat yang terkonfirmasi covid-19.

 

Pentingnya dukungan sistem sosial

 

Bisa dibilang, kami tidak merasakan gejala berat karena tidak memiliki penyakit penyerta. Meski demikian, kami merasakan berbagai gejala, seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, kehilangan indra penciuman, sakit sendi, dan kelelahan. Selain sakit secara fisik, kami juga merasa terserang secara mental dan psikologis. Apalagi, ketika memikirkan anak semata wayang kami yang harus terpisah selama kami melakukan isolasi mandiri.

Kami beruntung memiliki keluarga yang tinggal tidak jauh dari rumah. Kami membayangkan, jika keluarga yang terinfeksi covid-19 tidak memiliki kerabat di dekat rumah, sedangkan harus melakukan isolasi, lalu siapa yang akan menjaga anak-anak mereka? Apalagi jika sistem sosial di perumahan tidak mendukung.

Selama isolasi mandiri, selain aspek fisik, menjaga mental agar tetap bersemangat juga bukan perkara mudah. Seorang teman yang berbarengan terinfeksi covid-19 menyebutnya mood swing, kondisi situasi mental bisa berubah-ubah. Perubahan suasana hati mendadak. Ada situasi kami merasa sedih dan gelisah tiba-tiba atau kadang bersemangat dan tiba-tiba-tiba merasa lelah dan hanya ingin rebahan.

Selama isolasi mandiri, kami merasakan dukungan penuh kasih juga perhatian dari teman, saudara, dan tetangga sangat membantu proses pemulihan. Kami merasa beruntung lingkungan tempat tinggal kami ialah tetangga-tetangga yang penuh kasih dan perhatian. Kami tidak merasakan stigma negatif atau dikucilkan karena positif covid-19. Ketika kami terkonfirmasi positif, dukungan dari lingkungan rumah mengalir deras. Bahkan, mereka biasa saja ketika ambulans dari puskesmas datang dengan APD lengkap.

Kami merasa terharu ketika tanpa henti tetangga dan kerabat memberikan bantuan baik secara individu maupun kolektif. Di depan pagar rumah ada yang menaruh makanan atau bahan makanan, bahan pokok yang bahkan dapat dimanfaatkan beberapa bulan, buah-buahan, vitamin, susu, obat herbal, dan bantuan lainnya. Para tetangga aktif mengirim WA, bertanya apa yang kami butuhkan. Semua siaga untuk membantu, menawarkan apa pun yang dapat dilakukan.

Selain dari para tetangga, kasih dan kepedulian kami rasakan dari keluarga dan lingkungan kantor tempat kami bekerja. Baik pimpinan kantor saya maupun istri setiap hari bertanya kondisi kami. Para teman-teman di tempat kerja pun rutin memberi semangat agar kami lekas pulih. Dukungan dan kasih melimpah tersebut membuat kami bersemangat untuk segera pulih.

Perasaan syukur karena memiliki lingkungan yang sangat suportif membuat kami merasa mendapatkan berkah yang luar biasa. Kasih menyeluruh yang kami raksakan menjadi salah satu bukti solidaritas dan gotong royong di masyarakat Indonesia bukanlah fiktif.

Masyarakat kita masih memiliki hati nurani dan bersemangat untuk menolong saudaranya yang kesulitan. Meski di beberapa tempat masih saja ada yang menolak petugas kesehatan atau merasa covid-19 hanya konspirasi atau suara sumbang dan perlakuan minor tidak menyenangkan bagi keluarga yang terkonfirmasi covid-19.

Dukungan teman-teman, sanak saudara, maupun lingkungan tetangga ialah penyemangat terbaik. Berdasarkan pengalaman pribadi, kuatnya sistem sosial sangat penting dalam melawan covid-19. Kita berharap pandemi segera berlalu agar kita kembali menikmati situasi normal dengan perjumpaan hangat penuh kasih dan gelak tawa.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya