Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
MELALUI pendidikan suatu bangsa akan menjadi bangkit dan maju seperti bangsa Jepang. Dengan memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan pascapemboman Kota Hirosima dan Kota Nagasaki, Jepang menjadi bangsa yang maju dan membahagiakan warganya seperti yang dapat kita lihat saat ini. Pendidikan sudah semestinya membawa manusia dapat merefleksikan kebermaknaan hidup, kemerdekaan dan keutuhan manusia sebagai makhluk bertuhan dan bermasyarakat sebagai fokus dalam pendidikan dan mengisi spektrum kemanusiaan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengusung jargon merdeka belajar. Menurut hemat penulis, hakikat merdeka dalam belajar itu semestinya melahirkan kebahagiaan bagi semua. Nel Noddings dari Cambridge University dalam bukunya Happiness and Education menuturkan pendidikan bisa menjadi sumber kebahagiaan dan sumber ketidakbahagiaan. Ia mengatakan, "Happiness and education are properly intimately related. Happiness should be an aim of education, and a good education should contribute significantly to personal and collective happiness."
Pernyataan ini muncul dari kegelisahaan Noddings ketika membaca biografi orang-orang terkenal yang mengisahkan ketidakbahagiaan selama melewati masa-masa sekolah. Menurutnya, bahwa kebahagiaan dan pendidikan itu sangat berkorelasi. Kebahagiaan seharusnya menjadi tujuan pendidikan, dan pendidikan yang baik itu seharusnya berkontribusi secara signifikan terhadap kebahagiaan individu dan kolektif.
Siswa yang bahagia akan lebih unggul dalam belajar dibandingkan dengan siswa yang tidak bahagia. Di sinilah pentingnya memperlakukan siswa dengan lemah lembut dan kasih sayang agar kebahagiaan itu selalu hadir dalam diri siswa. Bagi siswa, kelembutan dan kasih sayang guru itu menjadi sumber kekuatan yang dapat menggugah perasaan siswa. Kehangatan yang diberikan melahirkan ketenangan, kepercayaan, dan hubungan batin antara siswa dan guru.
Islam hadir menekankan pola pendidikan lemah lembut dan kasih sayang. Dalam urusan dakwah, seorang dai (juru dakwah) diperintahkan menyeru manusia dengan cara yang lembut, bijaksana, dan memberikan nasihat yang baik (QS An-Nahl [16]: 125). Seorang guru itu sejatinya sebagai dai bagi siswa. Jika diperlakukan dengan keras dan kasar, siswa akan menjauh dan enggan dinasihati dan diluruskan.
Melalui lemah lembut dapat membentuk jiwa siswa yang siap untuk menerima, merespons, dan melaksanakan panggilan kebaikan dengan kesadaran, bukan keterpaksaan. Pendekatan pendidikan dengan lemah lembut dan kasih sayang ini telah ditegaskan dalam Alquran surat Ali Imran [3] ayat 159. Pahami dan praktikanlah.
Doa keburukan
Selain itu, guru hendaknya selalu mendoakan untuk kebaikan dan kesuksesan siswa, terutama di waktu malam menyertai shalat tahajud. Melalui doa, rasa cinta dan kasih sayang bertambah mekar dalam hati. Maka itu, jangan pernah mendoakan keburukan, karena hal itu dapat mengakibatkan kehancuran dan masa depan siswa. Perlu disadari bahwa gelar yang disandang guru bukan suatu jaminan keberhasilan dalam pendidikan. Sangat mungkin gelar yang dimiliki dapat menjadi bumerang menuju kegagalan. Hal itu bisa terjadi ketika guru terlalu yakin dengan kemampuan yang dimilikinya.
Kadang guru sering lupa, sebagai manusia, kita hanya mampu berusaha. Selebihnya, keputusan akhir tentang hasil usaha tetap bergantung kepada Allah SWT. Sikap terlalu yakin dengan kemampuan diri hingga mengabaikan Allah akan membuat kehilangan kekuatan jiwa. Ilmu yang dimiliki hanya bisa digunakan sebagai pedoman, sementara itu, berhasil tidaknya proses pendidikan tetap harus diserahkan kepada-Nya. Doa yang selalu dipanjatkan bakal turut menentukan keberhasilan lebih lanjut. Intinya, seorang guru harus selalu melibatkan Allah dalam mendidik. Sebab Sang Pencipta yang maha mengetahui seluk beluk ciptaan-Nya.
Doa termasuk hal penting yang harus selalu dipegang teguh. Melalui doa, rasa cinta dan kasih sayang kepada anak didik akan bertambah mekar di dalam hati. Dan, hendaknya guru senantiasa memohon kepada Allah agar Dia meluruskan anak didiknya dan masa depannya. “Ada tiga macam doa yang tidak diragukan lagi, pasti diterima, yaitu doa orang yang teraniaya, doa seorang musafir, dan doa orang tua (guru) kepada anaknya.” (HR Tirmidzi)
Guru adalah orang tua bagi siswa. Rasulullah melarang para orang tua (guru) mendoakan keburukan bagi anak didiknya. Mendoakan keburukan kepada anak merupakan hal yang berbahaya. Dapat mengakibatkan kehancuran anak dan masa depannya. ”Janganlah kalian mendoakan keburukan kepada diri kalian, janganlah kalian mendoakan keburukan kepada anak-anak kalian, janganlah kalian mendoakan keburukan kepada pelayan-pelayan kalian, dan janganlah kalian mendoakan keburukan kepada harta kalian. Janganlah kalian mendoakan keburukan sebab jika waktu doa kalian bertepatan dengan saat-saat dikabulkannya doa maka Allah mengabulkan doa kalian (yang buruk itu).” (HR Abu Dawud)
Imam Al-Ghazali menyebutkan, ada seseorang datang kepada Abdullah bin Al-Mubarak seraya mengadukan perihal kedurhakaan anaknya. Ibnu Mubarak berkata, ”Pernahkah kamu mendoakan keburukan baginya?” Ia menjawab, “Ya, pernah”. Ibnu Mubarak mengatakan, “Engkau telah menghancurkannya”. Seharusnya, daripada engkau penyebab kehancurannya dengan mendoakan keburukan baginya lebih baik engkau menjadi penyebab kesalehannya dengan mendoakan kebaikan untuknya.
Dengan kemerdekaan dalam belajar, tidak hanya melahirkan kebahagiakan bagi siswa, juga bagi guru karena tenaga, pikiran, dan ilmu yang diajarkan menjadi jariyah yang pahalanya akan terus mengalir meskipun sang guru sudah tiada. Itulah kebahagiaan yang sebenarnya. Fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah. Wallahu a’lam.
Tumbuhkan adab Islami di sekolah! Pelajari cara efektif membentuk karakter siswa berakhlak mulia. Tips praktis & inspiratif untuk guru & orang tua. Klik sekarang!
Cegah perkelahian pelajar! Tips ampuh mengatasi bullying, meningkatkan toleransi, dan menciptakan lingkungan sekolah aman & harmonis. Baca selengkapnya!
Kegiatan tersebut sebagai implementasi dari pendidikan karakter yang tertuang dalam program 7 poe atikan di lingkungan Dinas Pendidikan Purwakarta.
Mereka melakukan aktivitas kesehariannya, seperti bersekolah dan berkumpul bersama keluarga.
Kegiatan penguatan pendidikan karakter bagi 30 siswa itu berlangsung sejak 5 Mei 2025. Selama dua pekan mereka digembleng berbagai materi.
Wamendikdasmen Fajar Riza Ul Haq mengajak semua pihak untuk menguatkan pendidikan karakter mulia di tengah tantangan dan permasalahan anak dan kaum remaja dewasa ini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved