Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
DEBAT keempat calon presiden yang berlangsung di Hotel Shangrila, Sabtu (30/3), menampilkan akhir yang menarik (Media Indonesia, Minggu, 31/3). Kedua kandidat yang semula sempat berbeda pendapat dan bahkan diwarnai sedikit ketegangan karena sikap salah satu kandidat menegur undangan yang tertawa mendengar pernyataannya, di ujung debat justru melontarkan pernyataan yang sama-sama menyejukkan.
Kedua kandidat yang berdebat sepakat menyatakan bahwa mereka sesungguhnya ialah teman baik yang bersikap saling menghormati dan terpaksa harus tampak berhadapan serta berbeda pandangan karena diwajibkan tampil dalam forum debat antarkandidat presiden. Menurut kedua kandidat, debat tampaknya merupakan sebuah dramaturgi yang terpaksa harus dijalani dan menjadi bagian dari proses menuju Pilpres 17 April 2019.
Berbeda dengan kekhawatiran sebagian pihak yang memprediksi debat akan berlangsung sengit dan saling serang, ternyata keduanya bersikap sangat dewasa dan bersedia saling menghormati. Gestur kedua belah pihak tampak akrab, tersenyum lepas, saling rangkul, dan jauh dari kesan tengah bermusuhan. Kedewasaan sikap dalam berpolitik telah ditampakkan dan diharapkan menjadi muatan yang memengaruhi para pendukungnya untuk meniru pemimpinnya masing-masing.
Kemesraan
Kemesraan dan semangat saling menghargai yang diperlihatkan kedua calon presiden ialah siraman air yang benar-benar menyejukkan. Di tengah meningkatnya suhu politik dan eskalasi potensi pergesekan di antara para pendukung kandidat yang berkontestasi, menyaksikan para jagoan mereka berangkulan dan dewasa menyikapi perbedaan, tentu menjadi momen yang sangat berarti.
Di tingkat arus bawah, kita tahu bahwa para pendukung tiap-tiap calon sering justru memperlihatkan sikap yang berbeda. Mengambil jarak yang lebih tegas dan bahkan dalam beberapa kasus kecil berpotensi meletup menjadi konflik yang terbuka. Ini jauh berbeda dengan sikap yang diperlihatkan kedua kandidat presiden yang kemarin tampil dalam forum debat.
Sejumlah video viral yang beredar di media massa memperlihatkan ada kasus emak-emak pendukung kedua kubu yang berselisih paham, ulah para pendukung yang saling ancam, dan juru kampanye yang saling ledek ketika tampil di siaran televisi. Berbagai ulah konfrontatif yang diperlihatkan para pendukung di level bawah ini, tentu mengkhawatirkan jika tidak segera ditangani dengan baik.
Dalam perhelatan pesta demokrasi, munculnya ketegangan dan riak-riak perselisihan ialah hal yang wajar. Selama musim kampanye, sudah lazim terjadi kalau antarpendukung kandidat yang berbeda akan terdorong menampilkan komentar, sikap, dan perilaku yang menyerang reputasi lawan. Bahkan, seorang tokoh politik senior yang mendukung kandidat tertentu baru-baru ini melontarkan ancaman yang cukup meresahkan, yakni akan menggelar people power jika ia merasa pemilihan presiden yang berlangsung nanti berjalan curang.
Jika dibandingkan dengan calon presiden yang didukung, pernyataan dan ulah yang ditampilkan para pendukung, dalam banyak kasus memang cenderung lebih keras. Dalam perdebatan di media massa maupun di media sosial, kita bisa melihat diksi yang dipakai, kalimat yang dilontarkan, dan pernyataan yang dibuat tiap-tiap pendukung sering sangat keras.
Bumerang
Di tingkat individu, para calon presiden dan wakil presiden yang bersaing umumnya telah memperlihatkan sikap yang elegan dan saling menghormati. Akan tetapi, di tingkat kelompok para pendukungnya yang terjadi sepertinya berbeda.
Sikap santun dan kemesraan yang diperlihatkan pemimpin mereka dalam forum debat calon presiden maupun debat calon wakil presiden seolah terlepas dan sama sekali tidak mencerminkan sikap para pendukungnya. Fanatisme para pendukung yang berlebihan dan juga kedewasaan sikap dalam berpolitik yang belum sepenuhnya matang menyebabkan ancaman gangguan pesta demokrasi di 2019 ini justru kemungkinan besar muncul di arus bawah.
Di jajaran tim sukses, tiap-tiap kandidat yang bersaing meraih kursi presiden dan wakil presiden, diakui atau tidak, pernyataan yang sifatnya konfrontatif justru sebagian besar muncul di lapisan elite yang kedua. Di jajaran elite level dua ini, mereka umumnya tanpa sungkan akan membela kandidatnya masing-masing hingga tak segan mengeluarkan pernyataan yang nonetis maupun pernyataan yang dapat berpotensi menimbulkan disintegrasi bangsa.
Sepintas, pernyataan yang keras dari jajaran tim sukses memang dilakukan untuk membela kandidatnya masing-masing. Namun yang dilupakan, di tengah meningkatnya sikap kritis dan kemampuan evaluatif massa, sikap tim sukses yang mengumbar pernyataan-pernyataan kontroversional, bukan tidak mungkin justru menjadi bumerang.
Bagi bangsa Indonesia, pilpres telah disadari ialah sebuah pesta demokrasi yang seharusnya dilakukan dengan penuh kegembiraan dan jauh dari semangat yang sifatnya destruktif. Ulah sejumlah tokoh politik yang memperkeruh situasi dengan pernyataan-pernyataan yang kontroversional, niscaya tidak akan disambut simpatik oleh masyarakat.
Di kalangan para pemilih yang makin kritis dan matang, yang mereka harapkan dewasa ini sesungguhnya ialah sikap bijaksana, yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan golongan apalagi kepentingan individu.
Semoga kemesraaan yang diperlihatkan calon presiden dan calon wakil presiden di forum debat dapat menjadi ilham dan kiblat bagi para pendukung masing-masing pihak untuk menurunkan tensi politik yang cenderung memanas. Tugas bagi calon pemimpin yang sejati untuk memperlihatkan sikap kesatria, yakni bersedia memanggul amanah jika terpilih dan bersedia bersikap legawa jika kalah dalam kontestasi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved