Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
SIAPA pun, di mana pun, semestinya memiliki akses terhadap obat esensial (obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan). Akses terhadap obat merupakan faktor teramat penting untuk kesehatan dan jiwa manusia, serta meningkatkan mutu hidup. Obat-obatan tersedia, hanya kerap tak dapat diakses karena berbagai alasan. Bisa jadi karena obat terlalu mahal sehingga membelinya memengaruhi keadaan ekonomi seseorang, membuat keluarga berutang, atau jatuh miskin. Mungkin persediaannya terbatas karena masalah distribusi sehingga tak bisa konsumsi obat.
Mungkin obat tersedia, tetapi mutunya kurang baik karena dipalsukan atau diproduksi tanpa pengawasan mutu sehingga tidak ampuh atau malah berbahaya. Perubahan mikroba disertai peningkatan frekuensi dan jangkauan mobilitas manusia menyajikan tantangan lebih besar bagi negara dalam melaksanakan peran sebagai penyedia akses terhadap obat. Makin meningkatnya jumlah penderita penyakit tak menular yang memerlukan pengobatan berkelanjutan sepanjang hidup membuat akses terhadap obat teramat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.
Memastikan semua orang di mana pun berada agar bisa memiliki akses terhadap obat-obatan esensial ialah salah satu prioritas WHO di kawasan Asia Tenggara. Ketersediaan akses obat merupakan suatu perangkat utama untuk mencapai kemaslahatan masyarakat, juga tentunya agenda kesehatan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak negara telah mencapai kemajuan besar. Obat-obatan prioritas tersedia dengan harga terjangkau dan ketersediaannya lebih berkesinambungan. Fleksibilitas kesepakatan perdagangan global mendorong penurunan harga di beberapa negara. Negara-negara anggota WHO di kawasan ini telah memperbarui daftar obat-obatan esensialnya, didukung dengan peningkatan rantai pengelolaan ketersediaan (supply change management) sehingga lebih efektif dan dapat diandalkan.
Upaya-upaya peningkatan mutu obat telah mengalami percepatan. Banyak negara telah menetapkan kesehatan sebagai prioritas nasional. Selain hal-hal di atas, tentu masih banyak ruang untuk perbaikan. Biaya kesehatan yang dibayarkan langsung oleh pengguna jasa (out of pocket spending) masih tinggi. Rantai pengadaan masih memiliki bagian lemah. Negara-negara yang tak memiliki fasilitas produksi kerap tak berhasil memperoleh harga terjangkau dari pemasok. Meskipun di satu sisi tantangan masih besar, perbaikan status ekonomi Asia Tenggara memberi sinyal pengurangan dukungan pembiayaan eksternal bagi ketersediaan obat dan vaksin.
Dalam menyikapi keadaan ini, negara-negara di Asia Tenggara perlu berupaya mandiri dan bekerja sama. Negara-negara anggota WHO Asia Tenggara, didukung WHO, meluncurkan South-East Asia Regulatory Network (SEARN, Jejaring Peraturan Asia Tenggara) untuk berbagi informasi, bekerja sama, dan menyelaraskan peraturan produk medis di seluruh kawasan untuk memastikan tersedianya akses ke produk bermutu bagi rakyat. Berikut ialah tiga upaya utama untuk meningkatkan akses terhadap obat-obatan esensial dan mempercepat pencapaian kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Pertama, memastikan kebijakan dan daftar obat esensial (DOE) selalu diperbarui setiap ada perkembangan. Penyusunan sistem akuntabilitas bagi pemilihan dan pembelian obat memungkinkan pemerintah mengambil kesempatan untuk menyediakan obat berharga terjangkau. Meski kekebalan antimikroba meningkat, pembelian dan penyediaan antibiotik kerap tak sesuai dengan kebutuhan. Pada revisi bagian antibiotik dalam 40 tahun sejarah daftar obat esensial (DOE), pakar WHO telah mengelompokan obat ke dalam golongan akses, pantau, dan simpan - sesuai dengan ketepatan penggunaannya.
Ini merupakan tolok ukur penggunaan antibiotik. Selain itu, banyak pemerintah belum memanfaatkan besarnya penurunan harga sejumlah obat yang membawa perubahan besar terhadap kesehatan, seperti untuk hepatitis C. Kedua, memastikan mutu dan keterjangkauan harga obat. Hukum nasional harus mengatur mutu produksi, disertai dukungan teknis yang cukup dan panduan untuk mencapai mutu yang baik. Pemerintah harus terus berupaya mencapai target pengendalian mutu serta pemeriksaan obat yang tidak sesuai dengan standar atau palsu.
Dari pabrik ke penjualan, obat lokal juga harus memenuhi standar internasional. Untuk keterjangkauan harga, penting untuk meningkatkan kompetisi antarprodusen, menerapkan perangkat pengendalian harga, mendorong dokter untuk meresepkan obat generik demi mencegah pelambungan harga. Mengembangkan strategi pengaturan harga yang selaras dengan program asuransi kesehatan, terutama program nasional, juga langkah strategis. Lebih jauh, pemerintah dapat aktif memanfaatkan fleksibilitas kesepakatan global untuk bernegosiasi dengan produsen obat, tawar-menawar untuk meningkatkan daya beli pasar.
SEARN dapat membantu pembentukan regulasi yang lebih efisien dengan mengembangkan kapasitas dan kekuatan regional. Ketiga, menyediakan informasi mengenai akses terhadap obat esensial di kawasan internal negara sebagai acuan untuk mengatasi masalah akses. Mengetahui di mana dan mengapa orang mengalami kekurangan, di mana obat yang tak aman dan tak ampuh dijual, bisa mendasari terciptanya solusi. Dari aplikasi telepon pintar hingga survei rumah tangga, tersedia banyak pilihan cara. Dengan memanfaatkannya setepat mungkin, pemerintah dapat menggunakan informasi untuk menciptakan intervensi yang berdampak besar.
Obat-obatan esensial harus bisa diakses semua orang, untuk mendapai cakupan kesehatan menyeluruh. Dengan didukung visi yang jelas, cita-cita terciptanya pemerataan kesehatan dan tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) kesehatan dapat tercapai.
Asia Tenggara yang lebih sehat, lebih setara, dan lebih berkelanjutan dapat menjadi milik kita.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved