Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
PESILAT asal Belgia, Wendy Pieters, tak bisa menyembunyikan kegembiraannya setelah dinobatkan sebagai pemenang laga final kelas F putri disiplin tanding Kejuaraan Dunia Pencak Silat Ke-17 di GOR Lila Bhuana, Denpasar, Bali, Kamis (8/12).
Bersama dengan pelatihnya, Pieters membentangkan bendera Belgia ke sekeliling arena setelah dinobatkan sebagai juara dunia berkat kemenangan 3-2 atas pesilat Ummi Syazana Binti Husin asal Malaysia.
Pieters menjadi satu-satunya pesilat non-Asia Tenggara yang menjadi juara pada kejuaraan dunia kali ini.
Dari 18 kelas pertandingan yang ada, 17 kelas dikuasai pesilat asal Asia Tenggara.
Indonesia menjadi yang terbanyak dengan merebut 6 medali emas, disusul Vietnam yang merebut 5 emas, Malaysia mendapat 3 emas, Singapura 2 emas, dan Thailand 1 emas.
Kemenangan Pieters juga membuktikan pencak silat bukan hanya menyebar di sejumlah negara, melainkan mampu diadaptasi dengan baik sebagai salah satu olahraga prestasi di negara lain.
Hal itu juga dibuktikan di Festival Pencak Silat Pertama yang berlangsung pada 6-7 Desember di lantai bawah GOR Lila Bhuana.
Dalam kontes gerakan dan jurus itu, pesilat asal Korea Selatan, Jepang, Spanyol, Turki, dan Amerika Serikat turut ambil bagian.
Penghargaan penampilan terbaik pun tersebar rata di antara negara peserta, seperti Spanyol yang diganjar penghargaan penampilan terbaik berkat usaha mereka menceritakan sejarah masuknya pencak silat ke 'Negeri Matador' itu melalui jurus-jurus silat yang ditampilkan melalui siluet menggunakan media layar proyeksi.
Total, ada 40 negara yang ikut ambil bagian dalam Kejuaraan Dunia Pencak Silat Ke-17 dan Festival Pencak Silat 2016.
"Ini melebihi jumlah peserta dari kejuaraan dunia sebelumnya di Phuket, Thailand, yang hanya diikuti sekitar 30 negara. Kami bangga dengan semakin berkembangnya pencak silat," kata Ketua Panitia Pelaksana Kejuaraan Dunia Pencak Silat Ke-17, Edhy Prabowo.
Banyaknya negara peserta juga semakin menambah optimisme Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (PB IPSI) dan Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) untuk membawa olahraga bela diri tradisional Indonesia itu ke ajang Olimpiade.
Mimpi membawa pencak silat menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan dalam Olimpiade juga menjadi tujuan utama PB IPSI yang kembali dipimpin Prabowo Subianto hingga 2020 mendatang.
Setidaknya momentum Asian Games 2018 Jakarta-Palembang yang akan menampilkan pencak silat untuk kali pertama di ajang empat tahunan tersebut bisa menjadi modal PB IPSI untuk mempromosikan pencak silat kepada lebih banyak negara di dunia.
Butuh 70 negara
Untuk menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan dalam Olimpiade, pencak silat memang membutuhkan sejumlah persyaratan.
Salah satunya didukung 70 negara anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang sudah memiliki federasi pencak silat di dalam negeri mereka.
Hal itu diungkapkan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi saat membuka Kejuaraan Dunia Pencak Silat Ke-17.
"Salah satu (syaratnya) memang harus didukung setidaknya 70 negara anggota. Karena itu, pengembangan silat ke seluruh dunia tidak bisa ditawar lagi dan perlu dikawal bersama-sama. Pencak silat harus jadi bagian strategis negara-negara di dunia. Kami berharap upaya ini bisa dilakukan secara bersama-sama, bukan hanya dilakukan PB IPSI dan pemerintah," kata Imam.
Saat ini organisasi Persilat sudah diikuti 45 negara.
Namun, semua negara yang ikut dalam Persilat merupakan anggota IOC.
Dengan demikian, dibutuhkan upaya ekstra untuk menyebarkan pencak silat ke seluruh negara di dunia.
Namun, Presiden Joko Widodo saat menutup Kejuaraan Dunia Pencak Silat Ke-17 menegaskan komitmen pemerintah Indonesia untuk membantu mengembangkan pencak silat.
Sejauh ini, menurut Sekretaris Umum demisioner PB IPSI, Erizal Chaniago, perkembangan pencak silat lebih banyak dilakukan melalui pendekar Indonesia yang merantau ke luar negeri, lalu mengajarkan pencak silat di negara tersebut.
Ia mencontohkannya dengan upayanya menyebarkan pencak silat di Amerika Serikat pada 1990-an.
"Memperkenalkan pencak silat itu susah-susah gampang. Yang terpenting terdengar dahulu nama pencak silat itu seperti apa. Kemudian dibuktikan dengan melakukan banyak penampilan melalui ekshibisi, pameran, atau sebagainya. Saat ini di AS sudah berkembang di sejumlah kota, seperti Boston dan New York," kata tokoh pencak silat asal Payakumbuh, Sumatra Barat, tersebut.
Saat ini kawasan yang belum tersentuh pencak silat, menurut Erizal, ialah Amerika Latin. Pada 2017 nanti, sejumlah negara di kawasan Amerika Latin siap bergabung dalam Persilat, di antaranya Venezuela dan Kuba.
Prabowo bahkan menyebutkan, dalam kejuaraan dunia mendatang, sebanyak 80 negara telah menyatakan ketertarikan untuk ikut serta.
Meski demikian, Wakil Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Suwarno menegaskan bukan hanya soal penyebarannya yang perlu diperhatikan, melainkan penegasan pencak silat sebagai salah satu budaya Indonesia juga perlu dilakukan saat mempromosikan pencak silat ke Olimpiade.
Sama seperti saat Korea Selatan mempromosikan taekwondo hingga bisa dipertandingkan di Olimpiade.
Presiden Joko Widodo menargetkan pencak silat sudah bisa masuk sebagai salah satu cabang olahraga dalam Olimpiade pada 2024 mendatang.
"Karena itu, kita akan membantu berbicara dengan negara lain agar pencak silat bisa jadi cabang olahraga yang dipertandingkan di Olimpiade," ujarnya.
Dukungan negara lain
Upaya membawa pencak silat ke Olimpiade mendapatkan dukungan dari sejumlah negara yang ikut serta dalam Kejuaraan Dunia Pencak Silat Ke-17.
Presiden Pencak Silat Aljazair, Sekfane Lahcene, kepada Media Indonesia mengatakan dukungannya untuk menjadikan pencak silat sebagai cabang olahraga dalam Olimpiade.
Lahcene mengatakan pencak silat menjadi salah satu olahraga bela diri yang cukup populer di negaranya.
Pencak silat memang baru dua tahun berkembang di negara yang berada di utara Benua Afrika itu.
Namun, Aljazair saat ini sudah memiliki sekitar 1.000 pesilat.
"Saya justru ingin pencak silat secepatnya berada di Olimpiade," katanya.
Manajer tim silat Inggris, Adeel Akhtar, mengingatkan pencak silat harus bisa membuktikan diri terlebih dahulu sebagai bagian dari olahraga dunia sebelum menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan dalam Olimpiade.
Pada dasarnya, negara-negara di Eropa, menurut Akhtar, mendukung pencak silat tampil di Olimpiade.
"Namun, tentu perlu dibuktikan lagi sebagai salah satu olahraga prestasi di dunia sehingga ini bukan hanya dianggap sebagai olahraga milik Indonesia, Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Kami mendukung ide untuk menjadikan pencak silat sebagai salah satu cabang olahraga dalam Olimpiade," ujar Akhtar.
Manajer tim silat Turki, Sazai Erzin, mengatakan upaya membawa pencak silat ke Olimpiade tidak hanya soal menyebarkannya ke negara lain, tetapi juga dukungan dari pimpinan politik di dunia dan dukungan media yang terus mendorong pencak silat sebagai salah satu olahraga yang digemari masyarakat dunia.
"Mereka (PB IPSI dan Persilat) juga perlu terus meyakinkan kami semua bahwa masuknya pencak silat ke Olimpiade merupakan keuntungan kami semua. Namun, seperti yang saya bilang sebelumnya, dukungan politik dan media juga sangat berpengaruh membawa silat ke Olimpiade," tandasnya. (R-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved