Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Di Masa Kepemimpinan Almarhum Soerjadi, PBSI Banyak Ukir Prestasi

Antara
07/12/2016 22:23
Di Masa Kepemimpinan Almarhum Soerjadi, PBSI Banyak Ukir Prestasi
(FOTO ANTARA/Sigid Kurniawan)

KETUA Umum Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) periode 1993-1997 Letnan Jenderal TNI (Purn) Soerjadi meninggal dunia pada Rabu (7/12) sekitar pukul 12.30 WIB akibat sakit jantung.

Tokoh bulu tangkis yang lahir di Tuban, Jawa Timur, itu, wafat dalam usia 74 tahun dan meninggalkan seorang istri Endang Waluyati Soerjadi, tiga anak dan tujuh cucu.

Menurut menantunya Rahmat Wibowo, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu, Soerjadi sebelumnya sempat menjalani operasi pemasangan cincin (ring) pembuluh darah jantung di RS Abdi Waluyo, Jakarta Timur.

Jenazah sosok yang terakhir menjabat sebagai Wakil Presiden Komisaris PT Apac Inti Corpora dan PT Asia Pacific Investama Tbk ini rencananya dimakamkan pada Kamis (8/12) besok di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta.

PB PBSI pun menyatakan rasa duka cita mendalam atas berpulangnya Soerjadi.

Kabid Humas PB PBSI Ricky Soebagdja menyatakan semasa menjabat Ketua Umum PB PBSI, Soerjadi memiliki kepedulian yang tinggi terhadap atlet dan prestasi pebulu tangkis.

"Dulu, kalau Pak Soerjadi tidak datang ke Pelatnas Cipayung, para pemain kerap diundang makan di rumahnya. Ketika dipimpin Pak Soerjadi, prestasi bulu tangkis Indonesia berada di titik tertinggi. Semoga arwahnya diterima di sisi Tuhan Yang Masa Esa. Pengabdian dan jasanya, begitu besar bagi perbulutangkisan Indonesia," ujar Ricky.

Masa kepemimpinan Soerjadi di PBSI memang penuh dengan torehan tinta emas. Di era baktinya, Indonesia berhasil mendapatkan emas Olimpiade Atlanta 1996 melalui pasangan ganda putra Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky, satu perak dari tunggal putri Mia Audina dan dua perunggu, masing-masing dari tunggal putri Susy Susanti serta ganda putra Denny Kantono/Antonius Budi Ariantho.

Soerjadi pula yang memimpin PBSI ketika Indonesia menorehkan sejarah mampu mengawinkan Piala Thomas dan Uber sebanyak dua kali, yaitu dalam perebutan di Jakarta 1994 dan Hong Kong 1996.

Belum selesai, Indonesia juga bergelimang juara dalam Kejuaraan Dunia di Birmingham, Inggris, pada 1993 di mana gelar sebagai yang terbaik dipersembahkan oleh Joko Suprianto, Susy Susanti, dan Ricky Soebagdja/Gunawan.

Dua tahun berikutnya di Lausanne, Swiss, pada 1995, tunggal putra Hariyanto Arbi dan ganda putra Ricky/Rexy Mainaky tampil podium sebagai juara dunia.

Di ajang bergengsi lainnya, All England, atlet-atlet bulu tangkis Indonesia begitu mendominasi gelar. Susy Susanti berhasil menjadi juara All England 1993 dan 1994. Hariyanto Arbi juara pada 1993 dan 1994, serta
Ricky/Rexy juara 1995 dan 1996.

PBSI di masa Soerjadi pun menghasilkan tujuh tunggal putra andalan yaitu Joko Suprianto, Ardy B Wiranata, Bambang Supriyanto, Hermawan Susanto, Hariyanto Arbi, Alan Budikusuma, dan Fung Permadi. Prestasi ini masih sulit disamai oleh kepengurusan PB PBSI di masa kini.

Kedekatan Soerjadi dengan atlet pun disampaikan oleh salah satu jagoan bulu tangkis era 1990-an Hariyanto Arbi. Soerjadi dianggap Haryanto dapat berkomunikasi dan memotivasi atlet dengan baik.

Bahkan tidak jarang para atlet mengadakan acara makan bersama dengan sang Ketua Umum PBSI sembari duduk lesehan di pinggir lapangan usai latihan.

"Kami merasa kehilangan dengan meninggalnya Pak Soerjadi. Beliau tokoh bulu tangkis yang sangat dekat dan mampu memberikan motivasi kepada semua pemain untuk mengukir prestasi setinggi mungkin," kata Haryanto Arbi. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya