Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Tangis Taufik Hidayat untuk Iie Sumirat, Sang Legenda Bulu Tangkis yang Meninggal Dunia

Khoerun Nadif Rahmat
22/7/2025 23:34
Tangis Taufik Hidayat untuk Iie Sumirat, Sang Legenda Bulu Tangkis yang Meninggal Dunia
Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga Taufik Hidayat(MI/Nadif)

KABAR duka menyelimuti dunia bulu tangkis Indonesia. Salah satu legenda besar Tanah Air, Iie Sumirat, berpulang pada Selasa (22/7). Sosok yang dikenal sebagai pemain nyentrik penuh karisma ini wafat di usia 74 tahun.

Mantan atlet sekaligus Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga, Taufik Hidayat, tak kuasa menahan tangis saat mengenang mendiang pelatih sekaligus mentornya itu.

"Banyak, dari kecil sama dia," ujar Taufik sambil menahan tangisnya, Selasa (22/7). 

"Enggak tergantikan," imbuhnya.

Taufik mengaku akan segera menuju rumah duka di kawasan Bandung, Jawa Barat. "Habis ini langsung ke Bandung," singkatnya.

Profil Iie Sumirat

Dikenal dengan permainan nyentrik, penuh humor, dan karakter kuat, Iie merupakan bagian dari generasi emas bulu tangkis Tanah Air pada era 1970-an.

Lahir 15 November 1950, Iie tercatat sebagai anggota skuad legendaris 'The Magnificent Seven', tim yang membawa nama Indonesia harum di pentas dunia.

Hingga akhir hayat, Iie tetap aktif mengabdi sebagai pengurus bidang pembinaan dan prestasi di PBSI Kota Bandung. Sosoknya dikenang bukan hanya sebagai pemain berprestasi, tetapi juga pelatih serta pembina generasi muda bulu tangkis.

Namanya sejajar dengan legenda seperti Rudy Hartono, Liem Swie King, Tjun Tjun, Johan Wahyudi, dan Christian Hadinata. Ia sering kali menjadi tumpuan tim Indonesia dalam laga-laga krusial, termasuk di kejuaraan beregu dunia.

Di sepanjang kariernya, Iie menyumbangkan medali emas Asian Games 1966 dan 1970 untuk Merah Putih. Ia juga menjadi bagian dari tim yang menjuarai Kejuaraan Dunia 1976 di Bangkok, Thailand.

Salah satu momen ikoniknya terjadi pada final Piala Thomas 1979, saat menghadapi Denmark. Berhadapan dengan tunggal andalan lawan, Svend Pri, Iie tampil memukau dan bahkan sempat memperagakan gerakan tari Sunda, ciri khasnya yang masih dikenang hingga kini.

Usai gantung raket pada 1982, Iie tak lepas dari dunia bulu tangkis. Ia mendirikan PB Sarana Muda, yang kemudian berkembang menjadi SGS Elektrik — klub yang melahirkan juara dunia Taufik Hidayat.

Hingga akhir hayatnya, Iie Sumirat menjadi sosok panutan di komunitas bulu tangkis, khususnya di Jawa Barat. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besar olahraga Indonesia. (P-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akmal
Berita Lainnya