Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Wushu Menatap SEA Games

Ghani Nurcahyadi
22/11/2016 02:45
Wushu Menatap SEA Games
(ANTARA)

TIM wushu Indonesia semakin siap menghadapi perhelatan SEA Games Kuala Lumpur 2017 dan Asian Games Jakarta-Palembang 2018.

Kesiapan itu ditunjukkan lima atlet wushu disiplin taolu (seni) yang memboyong empat medali emas pada pergelaran Piala Dunia Taolu I/2016 di Fuzhou, Tiongkok, 19-20 November.

Dua atlet wushu Indonesia, Juwita Niza Wasni dan Achmad Hulaefi, menjadi bagian dari kesuksesan Indonesia.

Keduanya sama-sama menyumbang dua medali emas.

Di klasemen akhir, Indonesia meraih 4 emas, 1 perak, dan 2 perunggu.

Kontingen 'Merah Putih' berada pada peringkat ketiga klasemen akhir pengumpul medali di bawah Tiongkok dan Hong Kong.

Ketua Umum Pengurus Besar Wushu Indonesia (PB WI) Supandi Kusuma pun mengungkapkan kepuasannya dengan penampilan atlet wushu Indonesia.

"Selain itu, melalui ajang itu kita mendapatkan bibit-bibit berbakat untuk menghadapi SEA Games dan Asian Games ke depan," kata Supandi.

Pada multiajang SEA Games Malaysia 2017, 19-31 Agustus tahun depan, PB WI menargetkan bisa kembali menjadi juara umum, dan pada Asian Games 2018, mereka menargetkan bisa mempertahankan medali emas yang direbut Juwita pada Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan.

Medali itu merupakan medali emas pertama wushu bagi Indonesia di Asian Games.

Meski demikian, PB WI meminta Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) untuk menambah kuota atlet wushu dalam pemusatan latihan nasional.

Surat keputusan (SK) pelatnas terbaru menyebutkan hanya delapan atlet wushu yang bisa masuk pelatnas. Supandi pun berharap Satlak Prima bisa meninjau ulang SK tersebut.

"Kita tentu berharap kuota wushu di pelatnas ditambah karena dengan begitu peluang untuk merebut medali semakin terbuka di SEA Games dan Asian Games. Akan tetapi, itu tergantung pemerintah, dalam hal ini Satlak Prima," kata Supandi lagi.


Susun program

Di lain pihak, Satlak Prima bersama dengan enam cabang olahraga bela diri, yaitu wushu, tinju, judo, taekwondo, karate, dan pencak silat, sepakat untuk menyusun program latihan bersama-sama guna meningkatkan kondisi fisik para atlet.

Hal itu didasarkan pada adanya temuan bahwa kondisi fisik para atlet belum mencapai target yang diinginkan Satlak Prima.

Direktur Performa Tingkat Tinggi Satlak Prima Bidang Bela Diri, Djafar Djantang, mengatakan kondisi fisik yang dimaksud ialah skala VO2Max (kapasitas oksigen saat melakukan kegiatan intens) yang belum mencapai kriteria yang ditentukan Satlak Prima.

Dari hasil tes fisik, menurut Djafar, rata-rata VO2Max para atlet berada di angka 65 ml/kg/menit.

Padahal Satlak Prima menghendaki para atlet berada di angka 75 ml/kg/menit.

Hal itu karena dengan angka tersebut mereka bisa bersaing dengan para atlet dari negara-negara lain, terutama pada multiajang sekelas Asian Games.

"Satlak Prima mengapresiasi PB PJSI, PB TI, PB IPSI, PB WI, PP Pertina, dan PB Forki yang mau bekerja sama dengan Satlak Prima dalam membuat program latihan dengan melihat hasil tes yang dilakukan bahwa ditemukan kondisi fisik atlet belum memenuhi standar yang diinginkan," kata Djafar. (R-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya