Headline
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
LUAR BIASA. Itulah kata yang layak, setidaknya untuk mengomentari penampilan petinju Filipina, Manny Pacquiao.
Ia kembali merebut gelar juara dunia kelas welter versi Organisasi Tinju Dunia (WBO) setelah mengalahkan Jessie Vargas (Meksiko) dengan keunggulan angka mutlak di Thomas & Mack Center, Paradise, Nevada, AS, Minggu (6/11).
Itu menjadi keberhasilan ketiga Pacman dalam merebut gelar di kelas dan versi yang sama.
Sebelumnya, ia menjadi kampiun setelah mengalahkan Miguel Cotto (Puerto Riko) pada 14 November 2009 silam.
emudian, ia merampas gelar yang sama dari tangan Timothy Bradley pada 12 April 2014.
Dalam mencermati pertarungan tersebut, sesungguhnya itu bukan penampilan Pacquiao yang terbaik.
Pacquiao sudah tampak hemat bergerak.
Kelincahan kaki, serbuan, dan determinasinya menurun.
Mungkin, yang masih lumayan ialah jotosannya.
Sebagai gambarannya, berdasar statistik dalam duel 12 ronde tersebut, Pacquiao melepas 409 pukulan.
Dari sebanyak itu, yang mendarat tepat sasaran ialah 147 pukulan.
Ini lebih baik ketimbang Vargas yang memukul 562 kali, tapi yang mengenai sasaran 104 kali.
Kuantitas pukulan Pacquiao itu jauh di bawah pertarungan-pertarungan sebelumnya.
Rata-rata ia melepaskan pukulan di atas 500 kali.
Tentu, semua kemunduran itu disebabkan faktor usia.
Kini petinju kelahiran Kibawei itu berusia 37 tahun.
Pada 17 Desember nanti, ia akan berulang tahun ke-38.
Jika Pacquiao tampil pada masa keemasannya, sekitar 10 tahun lalu, partai melawan Vargas amat mungkin tidak akan sampai ronde kelima.
Memang, pada usia 37 tahun, pada umumnya petinju sudah gantung sarung tinju.
Pacquiao pun secara tidak langsung sebenarnya pernah menyampaikan niatnya itu seusai menang atas Bradley dalam pertemuan ketiga.
Apalagi, sejak Maret lalu ia sibuk menjadi anggota senat mewakili Provinsi Sarangani.
Namun, Pacquiao tidak pernah bisa meninggalkan panggung yang telah melambungkan namanya ke seantero jagat itu.
Karena itu, ketika peluang masih ada, ia akan muncul dan muncul kembali.
"Saya selalu berjuang ketika publik dan promotor menginginkannya."
Sampai kapan Pacquiao akan bertarung?
Tampaknya, ia masih akan hanyut dalam hukum tinju profesional.
Selama masih laku dijual, Pacquiao pasti akan naik ring lagi.
Apalagi, publik tinju dunia masih penasaran untuk melihat partai kedua Pacquiao melawan petinju tidak terkalahkan Floyd Mayweather Jr.
Terlepas dari langkah Pacquiao selanjutnya, kita, terutama para petinju di Tanah Air, mesti banyak belajar pada petinju yang memiliki nama lengkap Emmanuel Dapidran Pacquiao ini.
Sebagai petinju, dia atlet profesional sejati. Ia mampu menjaga kualitasnya.
Secara kepribadian, meski telah ia menyandang nama besar, itu tidak membuatnya jemawa.
Di luar ring, Pacquiao tetap rendah hati, ramah, dan santun. Lebih dari itu, ia sangat suka berbagi kepada kaum papa. (Ono Sarwono/R-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved