SETELAH berkuasa selama 56 tahun, Partai Aksi Rakyat (PAP) kembali memenangi pemilihan umum (pemilu) yang dilaksanakan di Singapura, kemarin. Hasil pemilu menunjukkan bahwa partai petahana tersebut merebut 83 kursi dari 89 kursi yang ada.
PAP yang dibentuk pendiri negara Singapura, Lee Kuan Yew, tersebut meraih kemenangan hampir 70% suara. Namun, jelang kebangkitan kembali sejak 2011, PAP justru meraih suara terendah.
Dengan kemenangan suara mayoritas, Lee Hsien Loong tetap menjabat Perdana Menteri (PM) Singapura. Padahal, menjelang pemilu, putra mantan PM Lee Kuan Yew tersebut dinilai kurang berhasil dalam menjaga pertumbuhan perkonomian 'Negeri Singa'.
Sebelumnya, analis mengatakan perekonomian Singapura yang sangat bergantung pada sektor perdagangan berpotensi mengalami resesi pada kuartal ketiga. Namun, perlambatan ekonomi ternyata tidak berpengaruh besar pada dukungan terhadap Lee Hsien Loong.
"Ini adalah hasil yang baik untuk PAP, tetapi juga hasil yang sangat baik untuk Singapura," kata Lee Hsein Loong, 63. Dia menambahkan hasil pemilu kali ini melebihi harapannya.
Komisi pemilihan umum setempat mengatakan pemilu tahun ini diikuti 93,56% dari 2,46 juta pemegang hak suara. Kemenangan Lee Hsien Loong tersebut sekaligus membangkitkan rasa percaya diri Singapura.
Setelah hasil pemilu Singapura diumumkan, pemerintah Amerika Serikat (AS) langsung mengucapkan selamat kepada Lee Hsien Loong dan PAP.
"Masyarakat Singapura telah berbicara dan sekali lagi bersatu untuk menunjukkan komitmen mereka untuk pemilihan umum yang bebas dan adil," kata Duta Besar AS untuk Singapura Kirk Wagar.
Pemilu Singapura kali ini digelar enam bulan pascawafatnya Lee Kuan Yew yang meninggalkan duka bagi warga Singapura. Analis memprediksi gelombang patriotisme warga Singapura atau 'efek Lee Kuan Yew' turut mendorong kemenangan PAP.
Jika dibandingkan dengan Pemilu 2011, kemenangan PAP masih lebih baik. Saat itu, partai penguasa merebut 80 dari 87 kursi. Kemenangan yang diraih partai bentukan Lee Kuan Yew tersebut ketika itu hanya 60%.
Low Thia Khiang, pemimpin oposisi dari Partai Buruh (WP), meyakini partainya akan mendapat suara dukungan besar suatu saat. "Anda menang, Anda kalah. Jadi, saya pikir ini merupakan bagian dari kehidupan," kata Khiang.
Imigrasi, biaya hidup, dan kemiskinan telah menjadi isu yang diangkat oposisi. Namun, analis politik, Terence Chong, mengatakan warga Singapura tidak begitu memedulikan oposisi yang kuat. (AFP/Aya/I-3)