Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Meretas Jalan Menuju Pentas Dunia

Ghani Nurcahyadi
09/9/2015 00:00
Meretas Jalan Menuju Pentas Dunia
(Dok. Pertamina)
TAMPIL di ajang Formula Satu (F1) memang menjadi impian bagi semua pembalap, tidak terkecuali bagi pembalap muda Indonesia Rio Haryanto. Boleh dibilang F1 merupakan puncak teratas dari mata rantai balapan roda empat.

Persoalannya ialah dengan jumlah tim yang terbatas, kuota bagi pembalap pun sangat sedikit. Itu artinya peluang bagi mereka untuk ambil bagian pada gelaran jet darat itu juga sangat kecil.

Boleh dibilang hanya pembalap yang punya skill bagus yang bisa mendapat kesempatan tersebut. Masalah lain ialah, selain skill, seorang yang ingin tampi di F1 harus ditunjang dengan kemampuan finansial.

Sudah bukan rahasia lagi jika olahraga balapan seperti F1 itu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Tidak mengherankan jika sedikit saja negara yang pernah menempatkan pembalap mereka di ajang tersebut.

Bahkan sejak kali pertama digelar pada 1950 di Silverstone, Inggris, tercatat baru empat negara Asia yang sukses menempatkan pembalap mereka di ajang tersebut. Itu pun baru sebatas peserta, belum ada yang mampu menjadi juara.

Namun, ketimbang negara-negara Asia Tenggara, Malaysia layak menepuk dada karena mereka pernah menempatkan pembalapnya di ajang tersebut meski tidak lama, yakni Alex Young.

Kini Indonesia berpeluang mengikuti negeri jiran tersebut. Kesuksesan Rio memenangi tiga sprint race di ajang GP2 Series 2015, yang merupakan ajang balap mobil single seater di bawah Formula 1, membuat pembalap Campos Racing tersebut berpeluang membuat sejarah menjadi pembalap Indonesia yang tampil di balapan paling bergengsi tersebut.

Apalagi, menurut Rio, sudah ada tiga tim F1 yang menawarinya bergabung untuk musim depan. Namun, jalan Rio memang masih terjal. Itu sebabnya dia sangat membutuhkan dukungan semua pihak agar bisa mengusung bendera Merah Putih di ajang Formula Satu (F1), terutama para sponsor.

"Ada tiga faktor yang diperlukan seorang pembalap untuk bisa menembus F1. Pertama ialah prestasi dan kedua finansial. Dan yang ketiga, kesempatan. Saya melihat musim depan ada peluang masuk F1 karena akan ada pembalap yang keluar," kata Rio yang saat ini didukung Pertamina.

"Kebutuhannya sekitar 15 juta-20 juta euro. Tentunya itu untuk kontrak dengan salah satu tim F1 papan tengah, papan atas," kata Rio.


Rio Haryanto berpose setelahmemenangi Race GP2 Series Austria 2015
Foto: Dok. Pertamina

Diakui Rio, sebagai pembalap dia pun sangat ingin membela tim-tim papan atas seperti Ferrari ataupun McLaren. Namun, dia juga sadar itu tidak akan mudah. Sebagai pembalap yang tengah merintis karier, dia harus memulai dari bawah.

"Siapa yang tidak mau membela tim-tim seperti Ferrari atau McLaren? Tapi kan kesempatan itu sangat terbatas. Jadi saya harus merintis dari bawah dulu."

Tahun ini ialah musim keempat Rio turun di GP2 Series. Dari enam seri (12 balapan) yang sudah digelar, Rio berhasil memenangi tiga sprint race, di Bahrain, Austria, dan Inggris. Dia kini berada di peringkat kedua klasemen sementara, di bawah Stoffel Vandoorne (Belgia).

Butuh dukungan
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengungkapkan pihaknya akan tetap mensponsori Rio. Namun, lanjut Dwi, pihaknya tidak bisa sendirian.

Untuk itu, Presiden Joko Widodo telah mengarahkan Menteri BUMN Rini Soemarno untuk mengajak perusahaan lain, utamanya BUMN, untuk membantu Rio.

"Presiden sudah mengarahkan agar Menteri BUMN yang punya networking cukup banyak dengan para pengusaha bisa memberi dukungan. Selama ini Pertamina sudah banyak memberi support. Mudah-mudahan ke depan tidak hanya Pertamina yang membantu Rio," cetus Dwi.

Saat ini, Pertamina sudah menganggarkan dana sebesar 1,7 juta euro (sekitar Rp26 miliar) untuk mendukung pembalap muda Indonesia tersebut. Namun, jumlah tersebut masih kurang. Karena itu, dibutuhkan sponsor lainnya.

Hal itu pun dikatakan mantan pembalap yang kini menjadi anggota DPR RI Moreno Soeprapto. Menurut putra mantan pembalap nasional Tinton Soeprapto itu, butuh dukungan dari semua pihak jika ingin melihat Rio membawa panji-panji Indonesia di F1.

"Setidaknya butuh US$20 juta (sekitar Rp270 miliar) bagi Rio untuk berlaga di F1. Jadi memang mustahil jika dia akan mencapai titik itu bila tidak ada dukungan. Tapi jika pemerintah mau patungan dengan sejumlah pihak, pasti itu bisa," tukas Moreno.

Rio didukung langsung oleh 10 fannya yang memenangi program Pertamax Fastron Go To Europe. Mereka
menyaksikan langsung Rio berlaga di Monza demi mengharumkan nama bangsa di kancah dunia. Meski pada
dua seri balapan Rio belum berkesempatan naik podium. Pada sesi feature race Sabtu, 5 September 2015, dia hanya menduduki posisi 13. Dan hari berikutnya di sesi sprint race menduduki posisi 12.

Para pendukung Rio yang datang dari Tanah Air tersebut tetap berharap pembalap muda kebanggaan bangsa itu, kelak bisa mencatatkan sejarah sebagai pembalap Indonesia yang terjun pertama kali di F1.

Dukungan para pemenang program Pertamax Fastron Go To Europe itu, telah memberikan tambahan semangat bagi Rio. “Kami berharap dukungan dan doa agar pembalap muda kebanggaan Indonesia, Rio Haryanto mampu berprestasi di ajang yang lebih tinggi dan mengharumkan nama Indonesia, yaitu Formula 1,” ujar Wianda Pusponegoro, VP Corporate Communication Pertamina. (Gnr/R-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya