SUKA atau tidak, prestasi olahraga Indonesia saat ini memang sudah berada di titik nadir kalau tidak mau dibilang memprihatinkan. Selepas menjadi juara umum SEA Games Jakarta-Palembang 2011, prestasi olahraga Indonesia justru menunjukkan tren penurunan.
Kegagalan mempertahankan tradisi medali emas olimpiade di London 2012 menjadi awal keterpurukan prestasi olahraga Indonesia. Hal itu kemudian diikuti dengan lepasnya titel juara umum pada SEA Games 2013 Myanmar dan keterpurukan di Asian Games 2014 Incheon, Korea Selatan.
Prestasi Indonesia bahkan semakin anjlok di SEA Games 2015 Singapura dengan berada di peringkat kelima klasemen pengumpul medali. Bagaimana Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi memformulasikan kebijakannya untuk kebangkitan olahraga Indonesia. Berikut petikan wawancaranya dengan wartawan Media Indonesia, Ghani Nurcahyadi.
Apa konsep Anda untuk membangun olahraga Indonesia ke depan? Orientasi pembinaan olahraga ke depan harus fokus menuju olimpiade. Selama ini, pembinaan di daerah kadang orientasinya sampai Pekan Olahraga Nasional (PON) saja. Ini harus diubah. Karena itu, nanti, misalnya klub voli melakukan latihan, harus bisa menciptakan atlet untuk olimpiade. Kami akan mencoba mengubah semua paradigma latihan di daerah. Jadi, klub atau pengurus provinsi induk cabang olahraga untuk olimpiade. Jadi, latihan, kompetisi, dan turnamen itu untuk Olimpiade semuanya.
Bagaimana Anda akan mengubah paradigma itu? Kita harus memilah dengan baik. Olahraga prestasi itu ranahnya ada di Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), sedangkan olahraga yang sifatnya rekreasi dan tidak dipertandingkan di ajang internasional akan dimasukkan dalam Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (Formi).
Jadi nanti, pergelaran PON yang digagas KONI hanya akan mempertandingkan cabang olahraga yang dipertandingkan di olimpiade. Jadi, pembinaan atlet pun bisa terarah. Setelah PON, mereka akan berlaga di SEA Games, kemudian Asian Games, dan olimpiade.
Adakah cabang olahraga yang menjadi prioritas? Jika melihat cabang olahraga Olimpiade, tentu hanya ada 28 cabang olahraga yang dipertandingkan. Berdasarkan catatan yang kita miliki, ada beberapa cabang olahraga prioritas yang bisa kita andalkan. Misalnya, bulu tangkis, panahan, dayung, kano, dan angkat besi.
Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan cabang olahraga lain bisa menjadi bagian dari prioritas itu. Apalagi, di sejumlah cabang olahraga yang tidak dipertandingkan di Olimpiade, kita punya juara dunia seperti pada bridge, jet ski, dan wusyu. Setidaknya, dalam Asian Games, mereka bisa menjadi andalan kita.
Kapan target Anda untuk olahraga kita bisa berprestasi di Olimpiade? Semua hal saat ini sedang kita jalankan dan memang prosesnya bukanlah seperti membalikkan telapak tangan, tapi juga dibutuhkan keberanian dari pemangku kepentingan olahraga. Karena itu, kami coba memerhatikan semua cabang olahraga. Namun, terkadang, sekali diperhatikan, kami malah dianggap melakukan intervensi terhadap cabang olahraga. Padahal, kami bertanggung jawab atas prestasi olahraga tersebut.
Bagaimana Anda melakukan pemetaan olahraga yang jadi prioritas? Salah satu hal yang kami dorong saat ini ialah agar daerah punya satu olahraga unggulan yang punya orientasi olimpiade. Proses pemetaan bisa diserahkan kepada KONI daerah dan juga Dinas Pemuda dan Olahraga setempat. Dari situ, pemerintah pusat bisa mendorong dengan membantu dari segi anggaran, infrastruktur, dan kebijakan.
Jadi, pemusatan latihan nasional nantinya akan terjadi penyebaran. Misalnya, sepak bola pelatnasnya ada di daerah A, sedangkan bulu tangkis ada di daerah B. Dari situ, akan tumbuh semangat olahraga untuk prestasi.
Bagaimana dengan pendanaan olahraga yang masih belum maksimal? Karena itulah dibutuhkan prioritas. Kita fokus kepada cabang olahraga unggulan. Penting juga ada pembedaan yang jelas dari olahraga prestasi dan masyarakat. Agar pemerintah bisa fokus dalam pendanaan cabang olahraga prestasi, bisa dibantu penuh melalui pendanaan melalui masyarakat. Karena itu, peran badan usaha milik negara dan swasta sangatlah penting dalam pendanaan olahraga.
Bila seperti itu, kami bisa fokus dalam penyiapan atlet ke multiajang internasional seperti SEA Games, Asian Games, dan terutama olimpiade. Kita bahkan punya ide untuk menyelenggarakan Indonesia Sport Summit yang melibatkan semua pihak.(R-4)