BUKAN tanpa sebab jika olahraga Indonesia saat ini terpuruk. Kesalahan dalam pembinaan dan kurangnya perhatian dari pemerintah di masa lalu menjadi salah satu penyebab ketertinggalan olahraga Indonesia dari negara-negara tetangga di kawasan.
Masih ada banyak faktor lainnya. Untuk itu, dibutuhkan waktu panjang dan kemauan keras guna mengurai benang kusut tersebut. Keseriusan dan pengorbanan juga sangat diperlukan untuk mewujudkan kembali kejayaan olahraga Indonesia.
Dengan jumlah penduduk yang sekitar 241 juta jiwa, sejatinya Indonesia punya potensi besar untuk menjadi salah satu raksasa olahraga regional dan bahkan dunia. Namun, sekali lagi, itu perlu waktu, dana, dan pemikiran cerdas untuk menghapus potret buram tersebut.
Kondisi itu pun tidak dimungkiri Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi. "Membangun kembali olahraga Indonesia tidak semudah membalikkan telapak tangan," cetus Menpora kepada Media Indonesia, pekan lalu.
Karena itu, menurut Menpora, pihaknya sudah menyiapkan roadmap olahraga nasional. Salah satunya ialah dengan lebih mengutamakan cabang-cabang olahraga olimpik dalam setiap kegiatan multiajang, entah itu skala nasional ataupun internasional. Selain itu, dia ingin setiap daerah punya olahraga unggulan.
"Saya bermimpi suatu hari nanti ada daerah yang masyarakatnya hanya menggeluti cabang olahraga tertentu saja. Seperti Tulehu di Maluku Tengah yang identik dengan sepak bola," paparnya.
Menurutnya, penentuan atlet elite yang masuk pemusatan latihan nasional (pelatnas) Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas harus dimulai dari program pembinaan di daerah. Karena itu, penting bagi daerah untuk punya cabang olahraga unggulan masing-masing.
Pembinaan awal di daerah dapat menentukan cabang olahraga unggulan Indonesia dalam perhelatan multiajang internasional. Satlak Prima pun akan dimudahkan dalam berkoordinasi dengan induk cabang olahraga dalam menentukan atlet elite di pelatnas.
"Ketika menentukan program unggulan untuk Satlak Prima dan penentuan atlet elite, harus didasarkan pada niat baik para pemangku kepentingan olahraga mulai dari tingkat daerah. Karena itu, penting pembinaan awal di daerah," kata Menpora lagi.
Setelah daerah menentukan cabang olahraga unggulan, lanjut Menpora, pihaknya akan membantu dalam pembangunan infrastruktur, program latihan, serta kompetisi dari cabang olahraga tersebut.
Program cabang olahraga unggulan di daerah bahkan tidak menutup kemungkinan menjadi sentra pelatihan nasional bagi cabang olahraga bersangkutan.
Ia mencontohkan beberapa daerah saat ini sudah mengembangkan cabang olahraga unggulan, salah satunya ialah anggar di Kalimantan Barat. "Di sana ada potensi yang luar biasa. Nantinya KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) daerah dan dinas pemuda dan olahraga di daerah tersebut." Perlu sinkronisasi Proses pemetaan cabang olahraga unggulan, diakui Ketua KONI Pusat Tono Suratman, sudah diinisiasi pihaknya melalui Rapat Anggota Tahunan (RAT) 2015. Tono pun menyambut baik dukungan pemerintah untuk memperluas program cabang olahraga unggulan di daerah.
Meski demikian, Tono menegaskan, di tingkat pusat, perlu ada sinkronisasi dan koordinasi yang baik dari para pemangku kepentingan olahraga. Menurutnya, hal itu masih diwarnai ego sektoral saat ini yang tecermin dalam pengiriman atlet ke multiajang olahraga internasional.
"Untuk bangun olahraga prestasi, perlu kesamaan visi-misi yang nantinya akan berpengaruh pada kebijakan dan anggaran. Saat ini sinkronisasi dan koordinasi belum maksimal. Kalau mau berprestasi harus menjadi satu kekuatan besar," kata Tono.(R-4)