MESKIPUN berasal dari pemerintahan hasil penggulingan, tak menyurutkan niat Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi untuk belajar demokrasi ke Indonesia. Selain itu, ada pula komitmen peningkatan perdagangan kedua negara. Pintu kerja sama pun semakin terbuka lewat pembebasan visa.
Keinginan belajar demokrasi itu diungkapkannya secara langsung ke Presiden Joko Widodo dalam pertemuan bilateral di Istana Merdeka, Jakarta, kemarin.
"Presiden dalam diskusi tadi menceritakan bagaimana Indonesia mengembangkan demokrasi di Indonesia, dan Presiden Mesir juga menyampaikan ingin belajar dari Indonesia mengenai bagaimana cara mengembangkan demokrasi," ungkap Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, seusai pernyataan bersama kedua pimpinan.
Ia pun menganggap wajar jika di negara demokrasi seperti Indonesia terjadi aksi unjuk rasa penentangan kedatangan Al-Sisi sebagai wujud solidaritas demokrasi. "Di negara demokrasi seperti Indonesia tentunya kita mendengarkan hal-hal seperti itu, teman-teman menyampaikan pandangan, dan sebagainya," ucap dia.
Keinginan Al-Sisi itu sejalan pula dengan salah satu butir kesepakatan kedua negara, bahwa ada komitmen kerja sama mengembangkan demokrasi serta dalam mengedepankan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil'alamin.
"Karena Indonesia ialah negara berpenduduk muslim terbesar pada saat yang sama Indonesia juga demokrasi terbesar ketiga di dunia," kata Menlu. Dalam kunjungan kenegaraan Al-Sisi itu beberapa komitmen kerja sama lainnya juga tercapai termasuk peningkatan perdagangan dan investasi.
Al-Sisi, dalam pernyataan bersama Jokowi, menyatakan komitmen peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi dan antiterorisme kedua negara. "Kami juga sepakat mengambil pelajaran sangat baik dari sejarah yang dilalui bersama-sama," kata dia. Ia juga menyatakan siap melindungi WNI di Mesir. (Kim/X-7)