Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
KETIDAKPUASAN sejumlah kontingen pada penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional Jawa Barat XIX/2016 kembali terjadi. Kemarin, giliran kontingen Papua yang menyatakan kekecewaan mereka.
Saking kecewanya, provinsi paling timur Indonesia itu bahkan mengancam tidak akan mempertandingkan cabang tinju pada PON Papua XX/2020 mendatang. Ancaman itu merupakan bentuk kekecewaan mereka terhadap dewan hakim dan juri yang dinilai bersikap tidak fair selama berlangsungnya cabang tinju pada PON XIX/2016.
"Kami mungkin akan bubarkan PB Pertina Papua dan tak akan mempertandingkan tinju pada PON 2020 di Papua. Ini karena ulah mengecewakan dari para dewan hakim dan juri yang bertugas. Kami sangat prihatin dan kecewa," tegas Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi KONI Provinsi Papua, Nicko Dimo, kepada wartawan, kemarin.
Papua hanya meloloskan dua petinju di final, yakni di kelas bantam (54 kg) putri, Norbertha Tajum, dan kelas light welter (64 kg), Salomina Yerisiteouw. Namun, keduanya kalah di partai puncak.
"Kita lihat pada partai Salomina. Wasit beberapa kali menghentikan pertandingan hanya karena head guard lawan. Itu memakan waktu cukup lama. Padahal, lawannya dalam penguasaan kami," bebernya.
Jika bentuk indikasi-indikasi kecurangan itu tak diperbaiki, Nicko khawatir hasil pembinaan atlet tidak akan maksimal. Karena itu, Nicko akan meminta PB Pertina pusat agar membubarkan PB Pertina Provinsi Papua.
"Kami minta maaf kepada para pecinta tinju, baik di Papua maupun di Indonesia, pada PON XX/2020 nanti di Papua, kami tak akan mempertandingkan tinju. Kalau cabang yang lainnya silakan," tegasnya.
Di sisi lain, Ketua Umum PB Pertina Jhony Asadoma menilai wajar ada ketidakpuasan salah satu pihak. Hal itu juga bisa terjadi di kejuaraan sekelas Olimpiade.
"Saat pertandingan berlangsung, seorang ofisial, baik pelatih maupun manajer, biasanya hanya melihat pukulan masuk petinjunya, tanpa melihat pukulan lawan yang masuk. Ini yang bisa jadi pemicu adanya ketidakpuasan. Lalu faktor lainnya, yaitu sistem penilaian yang memang belum dipahami sepenuhnya oleh ofisial. Terjadi beda interpretasi," jelasnya.
Namun, Jhony sangat menyayangkan seandainya Papua mengancam tak mempertandingkan tinju pada PON 2020. "Yang harus dipahami, PON bukan segala-galanya. Ancaman itu tentunya akan mematikan karier tinju potensial," ucapnya.
Dari cabang atletik, meski masih ada dua pertandingan tersisa, posisi juara umum sudah pasti menjadi milik DKI Jakarta. Saat ini, DKI mengoleksi 14 emas, sedangkan posisi kedua sementara ditempati Jabar.
Dominasi velodrom
Tim balap sepeda Daerah Istimewa Yogyakarta berjaya di hari kedua perlombaan disiplin trek cabang olahraga balap sepeda Pekan Olahraga Nasional Jawa Barat 2016, kemarin. Tim balap sepeda DIY merebut dua medali emas dari tiga medali emas yang diperebutkan di velodrom Munaip Saleh, Cimahi, Jabar.
Medali emas pertama DIY disumbangkan pasangan Dian Sofiatun/Riska Agustin di nomor team sprint. Adapun emas kedua disumbangkan Odei Purnomo Setiawan di nomor individual pursuit putra 4.000 meter. (DD/Gnr/R-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved