Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
EKO Yuli Irawan dielu-elukan suporter Jawa Timur di Gymnasium Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, arena cabang angkat besi PON 2016 Jawa Barat, pada Selasa (20/9). Empat tahun lalu di PON XVIII Riau, lifter peraih medali perak Olimpiade 2016 Rio de Janeiro itu mendapat dukungan dari suporter Kalimantan Timur (Kaltim).
Eko bukan satu-satunya atlet yang 'pindah' rumah dari perhelatan PON sebelumnya. Di PON 2016, beberapa atlet yang tampil di PON 2012 juga pindah membela daerah lain.
Kepindahan atlet itu ada yang berlangsung mulus seperti yang dialami Eko. Namun, ada juga yang harus melewati jalan berliku sampai harus berurusan dengan Badan Arbitrase Olahraga Republik Indonesia (BAORI) seperti yang dialami karateka Imam Tauhid Ragananda.
Di kalangan olahraga, momen kepindahan atlet kerap disebut sebagai 'bursa transfer'. Setiap daerah menyiapkan dana besar untuk bisa 'membajak' atlet papan atas demi merebut sekeping medali emas. Nilai transfer yang harus dikeluarkan berbeda-beda bergantung pada prestasi atlet di ajang internasional.
Atlet Sumatra Utara, Jintar Simanjuntak, misalnya. Karateka yang sudah malang melintang di ajang internasional itu mengungkapkan selepas meraih emas PON Riau 2012, sejumlah daerah menawarinya untuk pindah. Bahkan, ada yang berani menawarnya hingga kisaran Rp300 juta.
"Tapi saya menolak meski istri saya orang yang berasal dari daerah yang menawari saya untuk pindah itu. Bagi saya membela tanah kelahiran merupakan kebanggaan. Setelah saya menolak tawaran itu, Pemerintah Provinsi Sumut mengangkat saya menjadi pegawai negeri sipil. Hal itu membuat saya makin termotivasi untuk membela Sumut," kata Jintar.
Maraknya aksi 'bajak-membajak' atlet itu membuat sejumlah daerah memproteksi atlet-atlet andalan mereka. Jawa Timur salah satunya.
Provinsi yang banyak melahirkan atlet panahan jempolan itu membatasi kontak atletnya dengan daerah lain. Untuk urusan panahan, atlet hanya berurusan dengan pelatih dan manajer dari Jawa Timur.
"Sebagai kiblat panahan Indonesia, Jawa Timur telah lengkap fasilitas latihannya. Ada yang menawari pindah, tapi saya tidak kepikiran karena di sini ibaratnya sudah provinsi nomor satu di cabang panahan," kata pemanah Jatim yang tampil di Olimpiade Rio 2016, Riau Ega Agatha.(Gnr/R-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved