Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
KONTINGEN Olimpiade Rusia tampaknya bisa sedikit bernapas lega karena lima perenang mereka yang terkena kasus doping dan mendapat larangan berpartisipasi di ajang Olimpiade kini dapat kembali mewakili negara mereka di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro, Brasil, yang berlangsung pada 5-21 Agustus.
Sebelumnya, tujuh perenang Rusia dilarang tampil di Olimpiade 2016 karena terkena kasus doping. Perenang itu ialah juara dunia empat kali gaya dada Yulia Efimova, Mikhail Dovgalyuk, Natalia Lovcoba, Anastasia Krapivina, Nikita Lobintsev, Vladimir Morozov, dan Daria Ustinova.
Namun, tujuh perenang Rusia itu mengajukan banding atas larangan yang dikeluarkan Federasi Renang Internasional (FINA) yang mewakili Komite Olimpiade Internasional (IOC).
Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) yang memproses banding sejak dua pekan lalu, kemarin, mengabulkan permintaan lima perenang untuk tampil di Rio 2016. Salah satu yang lolos dari sanksi larangan tampil ialah Efimova. Peraih medali perunggu di Olimpiade 2012 London, Inggris, itu mengaku senang dapat kembali mewakili negaranya di ajang empat tahunan itu.
“Saya akan ke Olimpiade. Saya tidak bisa lebih bangga dan lega atas semua ini,” ujar perenang berusia 24 tahun itu melalui akun Instagram.
Dengan lolosnya kelima atlet itu ke Olimpiade, Kontingen Rusia pun bertambah menjadi 276. Jumlah itu masih yang terkecil bagi Rusia dalam sejarah Olimpiade sejak mereka melakoni ajang Olimpiade Stockholm, Swedia, 1912 silam. Kala itu Rusia diwakili 159 atlet.
Rusia pun memboyong 436 atlet mereka dalam ajang Olimpiade London, empat tahun lalu. Dengan skuat atlet terbanyak sepanjang sejarah Rusia, mereka pun membawa pulang total 82 medali, termasuk 24 medali emas.
Sebanyak 110 dari total 389 atlet Rusia yang terbukti menggunakan doping pun telah dilarang mengikuti Olimpiade 2016 oleh federasi olahraga internasional tiap-tiap cabor.
Sebanyak 110 atlet itu di antaranya berasal dari 67 dari 68 atlet cabang atletik, 22 pedayung, 8 lifter, 6 pembalap sepeda, 4 atlet kano, dan atlet individu lainnya.
Mereka dilarang bertanding setelah adanya pengaduan dari penyidik independen Badan Antidoping Dunia (WADA), Richard McLaren, yang menemukan bukti penggunaan doping oleh atlet ‘Negeri Beruang Merah’ itu.
Mendapat kecaman
Di bagian lain, Presiden IOC Thomas Bach justru mengkritik penanganan WADA terhadap krisis doping yang terjadi di tubuh para atlet Rusia. Ia mengatakan sistem antidoping dunia membutuhkan perombakan total.
Namun, sikap Bach mendapat kecaman dari negara-negara anggota IOC yang menganggapnya terlalu lunak terhadap negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin itu.
Kritikan juga datang dari negara asalnya, Jerman. Bach, juara anggar pada Olimpiade 1976, bahkan disarankan mundur. “Kami ingin memberi tahu Bach permainan telah selesai. Anda silakan pergi,” ujar Ines Gaipel, mantan sprinter yang kini memimpin upaya membantu ribuan mantan atlet yang terlibat dalam program doping bekas negara Jerman Timur. (AFP/R-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved