Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
KEPUTUSAN pemerintah mengirim 476 atlet dari 32 cabang olahraga (cabor) untuk bersaing di ajang SEA Games 2021 di Vietnam menuai polemik. Mengacu pada hasil rekomendasi tim review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPON) yang diketuai Moch Asmawi, pemerintah resmi membatalkan pengiriman atlet SEA Games dari 14 cabor.
Anggota Komisi X DPR RI Fraksi NasDem Mohammad Haerul Amri mempertanyakan kebijakan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali perihal pembatasan pengiriman atlet SEA Games Vietnam tersebut.
Ia pun mendesak Kemenpora tetap memberangkatkan para atlet untuk bisa bertanding di perhelatan SEA Games 2021 di Vietnam, yang akan dilaksanakan 12 Mei mendatang.
Baca juga: Karate Bertekad Pertahankan 3 Medali Emas SEA Games
"Kebijakan Menpora menimbulkan kekecawaan kepada para atlet dan federasi. Apalagi, para atlet itu nyatanya telah menorehkan medali emas di PON XX Papua," tutur pria yang akrab disapa Aam tersebut di Jakarta, Jumat (6/5).
Adapun atlet-atlet berprestasi yang batal berlaga di Vietnam antara lain Fajar Abdul Rohman, atlet cabang olahraga senam asal Sumsel peraih medali emas di PON XX Papua dan Sutjiati Kelanaritma Narendra peraih dua emas dan 1 perak di PON XX. Belum lagi pemangkasan kuota atlet Esports yang juga dibatalkan ikut Sea Games.
Dalam pandangannya, Aam menjelaskan polemik dalam kasus Sutjiati seharusnya tidak perlu terjadi. Sujiyati di usianya yang masih muda lebih memilih pulang dari Amerika Serikat (AS) ke Indonesia. Namun, ekspektasi berkontribusi untuk Indonesia sebagaimana panggilan Presiden Jokowi dijawab dengan pembatalan ikut even olahraga internasional seperti Sea Games di Hanoi.
"Berangkat dengan biaya mandiri pun tidak boleh. Padahal Sutjiati di PON menggondol 3 medali. Sebelum ke Indonesia, dia atlet pilihan Amerika Serikat (AS) dengan proses seleksi yang ketat. Aset bangsa seperti ini harusnya dapat ruang yang luas untuk mengharumkan bangsanya di level internasional," jelasnya.
Pembatalan keberangkatan atlet dari 14 cabor lain dikatakan Aam menutup peluang Indonesia untuk mendulang medali dalam Sea Games Vietnam.
Ia pun mengaku heran dengan argumentasi Kemenpora dan tim yang ditunjuk untuk menentukan siapa saja atlet yang akhirnya diberangkatkan.
Menurutnya, selama ini, banyak atlet yang cukup mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia internasional. Oleh sebab itu, amat disayangkan bila mereka tidak bisa bermain dalam pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara itu hanya karena konflik internal di federasinya.
"Alasan-alasan yang dimiliki Kemenpora harusnya tidak sepihak, harusnya bisa mengupayakan para atlet bertanding di ajang SEA Games 2021. Saya yakin mereka bisa membawa harum nama Indonesia di SEA Games 2021," kata Aam.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai NasDem bidang Pemuda dan Olahraga ini menyebutkan masalah organisasi yang terjadi di federasi, seperti dalam Pengurus Pusat (PP) Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI), tidak boleh mengorbankan para atlet. Imbasnya, atlet terkesan dikorbankan sehingga tidak punya kesempatan untuk memberi kontribusi positif terhadap pembangunan olahraga.
Ia berpendapat, seharusnya adanya masalah dan alasan-alasan yang disampaikan oleh Tim review perlu dibahas bersama banyak pihak, salah satunya Komisi X DPR RI.
Pria yang juga Wakil Ketua Umum PP GP Ansor ini mengatakan Indonesia dibangun atas dasar semangat gotong royong. Apalagi, dalam sejarahnya dalam keadaan terbatas, negeri ini bisa merebut kemerdekaaannya pada 17 agustus 1945 silam.
"Seluruh pihak harus menyadari bahwa alasan biaya atau anggaran tidak relevan jadi alasan pembatalan keberangkatan atlet," ujarnya.
Pria asal Karawang, Jawa Barat itupun memberikan gambaran skema terkait dengan masalah pembatalan keberangkatan atlet. Pihak Kemenpora duduk bersama dengan Komisi X DPR, federasi olahraga masing-masing dan berbagai pihak termasuk swasta yang sudah teruji dalam menopang keberlangsungan atlet nasional.
"Padahal pasti banyak yang keberatan jika atlet batal berangkat dengan alasan peluang prestasi, anggaran dan konflik federasi. Aapalagi, banyak pihak swasta, BUMN yang sudah terbiasa menopang penuh kemajuan prestasi olahraga nasional," demikian argumentasi Aam.
Ia berharap, berbagai alasan dan masalah pembatalan keberangkatan atlet bisa diselesaikan sebelum ajang Sea Games 2021 dimulai.
"Saya harap Kemenpora segera melakukan upaya agar para atlet tenis meja bisa bertanding di SEA Games 2021," katanya.
Ketua tim review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPON) Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Prof Moch. Asmawi, menjelaskan dua hal terkait cabang olahraga (cabor) yang diberangkatkan dan tidak ke SEA Games 2021.
Seperti diketahui, ada 14 cabor yang tidak diberangkatkan ke SEA Games 2021. Hal itu diputuskan berdasarkan penilaiaan (review) dari tim bentukan Kemenpora.
Ke-14 cabor tersebut yakni Bola Tangan Indoor, Bola Tangan Pantai, Dansa, Petanque, Kurash, Futsal, Biliar, Tenis Meja, Muaythai, Xiangqi, Loncat Indah, Senam Ritmik, Senam Aerobik, Binaraga dan Sepak Bola Putri.
"Kita tidak berangkatkan karena tidak mempunyai jejak prestasi dan tidak berpeluang meraih medali di SEA Games 2021 yang akan datang. Itu adalah pesan dari pemerintah yang tidak bisa ditawar, kenapa karena hulunya adalah olimpiade," kata Asmawi menjelaskan. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved