Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Atlet Angkat Besi Transgender Picu Perdebatan di Olimpiade

Ilham Ananditya
01/8/2021 19:00
Atlet Angkat Besi Transgender Picu Perdebatan di Olimpiade
Atlet angkat besi, Laurel Hubbard.(AFP)

ATLET angkat besi transgender, Laurel Hubbard melakukan debut Olimpiadenya dalam cabang angkat besi di kelas +87 kilogram di Tokyo pada Senin (2/8) mendatang, hal ini menjadi salah satu penampilan bersejarah atlet asal Selandia Baru karena memicu perdebatan dalam dunia olahraga.

Hubbard awalnya lahir dan berkompetisi sebagai seorang pria hingga usianya menginjak 35 tahun, kemudian dirinya beralih menjadi transgender dan mengubah kepribadiannya menjadi seorang wanita pada 2012.

Baca juga: Indonesia Terima 3,5 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Moderna dari AS

Dirinya mengambil peran dalam cabang angkat besi setelah mengikuti aturan dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) 2015 yang mengatakan semua atlet perempuan harus memiliki tingkat testosteron di bawah 10 nanomole per liter setidaknya dalam kurun waktu 12 bulan sebelum bertanding.

Hubbard yang kemudian dapat memenuhi aturan tersebut, dinyatakan sebagai wanita transgender pertama yang berkompetisi di Olimpiade seperti dilansir dari IOC.

"Laurel Hubbard adalah seorang wanita, berkompetisi di bawah aturan federasinya dan kami menghormati keberanian dan kegigihannya dalam berkompetisi dan lolos ke Olimpiade," kata kepala medis IOC, Richard Budgett.

Namun penampilannya kini menjadi problematika ketika komunitas transgender mengangkat kompleks bioetika, hak asasi manusia, sains, keadilan, dan identitas dalam olahraga.

Bintang tenis gay, Martina Navratilova, telah menyatakan keprihatinannya bahwa memasukkan pesaing transgender dirasa tidak adil dalam ajang olahraga wanita.

"Saya senang berbicara dengan seorang wanita transgender. Tetapi sebaliknya, jika harus bersaing dengannya maka Itu tidak adil," katanya.

Caitlyn Jenner, yang memenangkan emas Olimpiade dalam cabang atletik dasalomba putra di Olimpiade 1976 yang juga menjadi transgender pada 2015, juga mengatakan hal yang sama.

Kekhawatiran bahwa memasukkan wanita transgender ke dalam olahraga dapat membahayakan keselamatan pesaing lain, seperti dalam cabang olahraga Rugby yang sudah melarang kehadiran pemain trans.

Namun IOC menjelaskan bahwa perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan aturan baru, termasuk aturan mengenai atlet transgender (AND/OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya