Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
TUGAS berat diemban oleh pengusaha muda Raja Sapta Oktohari setelah akhir tahun lalu ditunjuk menjadi ketua kontingen (chef de mission) Indonesia pada Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil, 2016.
Okto, panggilannya, mengemban misi untuk mengembalikan tradisi emas Indonesia yang terputus pada Olimpiade London, Inggris 2012.
Sebelumnya, lagu Indonesia Raya selalu mampu berkumandang di arena multiajang tertinggi di dunia itu semenjak Olimpiade Barcelona, Spanyol 1992.
Meski berat, Okto mengaku tugas ini merupakan misi mulia seperti yang dijelaskannya dalam wawancara dengan wartawan Media Indonesia Gani Nurcahyadi, tengah pekan lalu.
Secara garis besar bagaimana persiapan kontingen Indonesia?
Beberapa waktu lalu saya bersama dengan Menteri Pemuda dan Olahraga (Imam Nahrawi) mengunjungi Maria Natalia Londa di tempat latihan di Bali untuk melihat persiapannya.
Dengan bantuan dari Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas, kita melihat juga peningkatan performa yang signifikan.
Saya percaya diri, atlet yang akan tampil di Olimpiade nanti akan mampu tampil maksimal karena mencapai puncak performanya.
Anda kini rajin menyambangi sejumlah cabang potensial mendapatkan tiket Olimpiade?
Meski tugas sebagai CdM itu melayani atlet saat kontingen terbentuk, saya ingin memanfaatkan momentum ini untuk menyebarkan semangat olimpian dan memberikan dukungan moral kepada atlet agar bisa tampil prima ketika di Olimpiade atau di babak kualifikasi.
Dari kunjungan tersebut, apa permasalahan yang Anda temukan?
Sebenarnya klasik ya seperti masalah infrastruktur dan pendanaan, tapi saya melihat atlet-atlet Indonesia ini berjuang di tengah keterbatasan.
Hal itu malah menjadi motivasi besar bagi mereka.
Kami juga berusaha untuk memberikan semangat kepada atlet dengan mengunjungi mereka di tengah-tengah latihan mereka agar terjalin hubungan emosional antara tim CdM dengan atlet sehingga tidak ada jeda komunikasi.
Dengan begitu, masalah yang dihadapi atlet bisa lebih dulu kita ketahui dan dicarikan pemecahan masalahnya.
Saat mengunjungi Maria, saya bahkan sudah berbicara empat mata dengan Menpora menjabarkan sejumlah permasalahan yang dihadapi atlet Indonesia dan timbal balik yang positif dari pihak kementerian.
Saat ini baru 10 kuota didapatkan Indonesia dari 22 atlet. Anda yakin jumlah tersebut bisa terlampaui?
Saya masih percaya diri kalau kontingen Indonesia bisa melebihi kuota seperti di London 2012 lalu.
Saat ini memang baru 10 atlet dari tiga cabang olahraga, yaitu panahan, angkat besi, dan atletik.
Namun, masih ada beberapa cabor dan nomor pertandingan lain yang masuk ke tahap kualifikasi sampai Juni nanti, di antaranya ada bulu tangkis yang diprediksi bisa meloloskan 10-12 atlet, lalu renang, jalan cepat, judo, taekwondo, voli pantai, dayung, dan balap sepeda.
Sebagai ketua federasi (Okto juga ketua Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia) saya juga paham, bahwa ada mekanisme wild card yang bisa dijadikan salah satu saluran meloloskan atlet ke Olimpiade.
Anda yakin target 2 emas bisa tercapai?
Mengembalikan tradisi emas merupakan tanggung jawab komprehensif.
Karena itu, kami membangun komunikasi dengan Satlak Prima, pemerintah, KONI dan KOI.
Kalau atlet tertangani dengan baik, itu akan bisa menjadi senjata utama mengembalikan tradisi emas.
Dengan pemerintah, kita juga membicarakan sarana dan prasarana agar kebutuhan atlet bisa terpenuhi saat berlatih dan bertanding nanti.
Dari pemerintah disebutkan, Anda dan KOI sudah menyerahkan rancangan anggaran menuju Olimpiade sebesar Rp46 miliar. Untuk apa saja kebutuhan itu?
Dana tersebut untuk kebutuhan atlet sebelum berangkat, ketika berlaga di Olimpiade, dan setelah berlaga di Olimpiade.
Dana itu juga untuk kebutuhan kontingen dan nonkontingen.
Nonkontingen ini merupakan pendukung utama kontingen yang tidak mendapatkan akreditasi, tapi sangat dibutuhkan oleh kontingen.
Kami usahakan mereka untuk dekat dengan atlet dan mudah aksesnya.
Kami akan buat posko dan nanti posko itu akan menjadi semacam 'rumah Indonesia' yang terbuka juga bagi suporter Indonesia.
Jadi, aura Indonesia tidak akan hilang di Brasil.
Ini sudah dilakukan negara lain peserta Olimpiade.
CdM punya kewenangan untuk mencari dana pihak ketiga. Apa sudah dilakukan?
Ya, dengan kitabisa.com, kita melakukan crowd funding, juga sebarkan proposal ke sejumlah perusahaan.
Sejauh ini, memang belum ada nominal yang kita terima, tapi responsnya positif. (R-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved