Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
SUARA dentuman yang berasal dari alat berat terdengar cukup kencang. Ribuan orang tetap bekerja di tengah bisingnya suara alat berat. Suara bising itu masih ditambah dengan ratusan truk yang mengangkut tanah hilir mudik dari lokasi pengeprasan bukit setinggi 26 meter di sisi utara, menuju lahan di lokasi lebih rendah di sisi selatan. Itulah suasana sehari-hari di lokasi tapak Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang berkapasitas 2x1.000 megawatt. Tiang-tiang pancang mulai dipancangkan di lokasi tapak.
“Saat ini pembangunan PLTU Batang di lahan seluas 226 hektare dengan investasi US$4,2 miliar, sudah mencapai 23%. Akhir tahun ini diperkirakan telah mencapai 40% dan pada 2020 mendatang PLTU Batang sudah bisa beroperasi,” kata Presiden Direktur PT Bhimasena Power Indonesia, Takashi Irine saat meninjau pembangunan tapak PLTU Batang, Jumat (10/3).
PLTU Batang merupakan pembangkit listrik terbesar di ASEAN, dan bagian dari program listrik nasional 35 ribu megawatt (Mw). Dengan kapasitas mencapai 2x1.000 Mw, PLTU Batang diharapkan bisa menopang kebutuhan energi listrik Jawa-Bali yang terus meningkat kebutuhannya. “Sebelum proyek PLTU Batang ada, kami hidup dari buruh tani di lahan persawahan di Desa Karanggeneng, Kecamatan Tulis. Sekarang tanah itu jadi PLTU,” ungkap Sumini, 60 buruh tani di desa itu.
Hal serupa juga diungkapkan Martinah, 50. Ia dan suaminya selama ini bekerja sebagai buruh tani untuk menghidupi keempat anaknya. Adanya pembangunan PLTU Batang, mereka harus memikirkan pekerjaan lain. Ratusan buruh lainnya dari Desa Ujungnegoro, Kenconorejo, Panowareng, Simbangjati, Karanggeneng, dan Beji juga kebingungan mencari mata pencaharian baru.
Kegelisahan para buruh tani ini mendapat perhatian dari PT Bhimasena Power Indonesia. Perusahaan tersebut mencari lahan pengganti dan diperoleh lahan seluas 32 hektare yang berjarak sekitar 6 kilometer dari lokasi pembangunan PLTU. Lahan itu dibagikan kepada 218 buruh tani. Setiap buruh mendapatkan lahan 1.200 meter persegi. “Kami tidak hanya menyediakan lahan. Kami juga bekerja sama dengan perguruan tinggi dan Dinas Pertanian dan Perkebunan untuk menyiapkan seluruh kebutuhan. Mulai dari pencetakan sawah baru, saluran irigasi, penyediaan benih dan pupuk, serta bantuan jatah hidup selama setahun,” terang Takashi Irine. Bantuan tersebut membuat lega para buruh petani yang kini naik status menjadi petani. Apabila selama ini rata-rata pendapatan mereka Rp30 ribu per hari, kini dengan memiliki lahan sendiri penghasilan petani meningkat. (Akhmad Safuan/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved