Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
BUTUH waktu 2 jam dengan perahu untuk sampai di Desa Ujungalang, salah satu desa terpencil di Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, melewati laguna Segara Anakan pada Sabtu (18/3) lalu.
Dari atas perahu, yang terlihat sepanjang perahu hanyalah hutan mangrove dan daratan Pulau Nusakambangan.
Di Dermaga Motehan, Desa Ujungalang, perahu berhenti.
Rombongan dari Kantor Bank Indonesia (BI) Purwokerto turun membawa sebiuah kotak yang berisi uang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) senilai Rp200 juta.
Dengan didampingi aparat Brimob bersenjata laras panjang, mereka menelusuri jalan setapak di kampung setempat.
Lewat pengeras suara, perangkat desa menyeru ke seluruh pelosok desa agar warga segera berkumpul.
Karena belum banyak yang datang, petugas bergegas membawa satu kotak uang pecahan baru NKRI ke sebuah warung yang langsung dikerubuti kaum ibu.
Di desa terpencil itu, peredaran uang jarang ke luar dari Kampung Laut sehingga kondisi uangnya sudah lecek dan lusuh.
"Iya uangnya lusuh-lusuh, apalagi kalau yang pegang anak-anak. Makanya, saya ingin menukarkan. Saya juga ingin tukar dari recehan Rp1.000 hingga Rp20 ribu," kata Watimah, 46, pemilik warung kecil.
Ia menukarkan uang Rp150 ribu miliknya, terdiri atas uang receh Rp1.000 hingga Rp10 ribu.
Animo anak-anak SD Negeri 3 Ujungalang juga begitu tinggi.
"Baru pertama kali saya melihat sosialisasi uang NKRI. Ternyata uangnya benar-benar baru dicetak, halus. Apalagi uang sekarang gambarnya ialah pahlawan nasional, jadi bisa menambah pengetahuan. Misalnya, saya baru tahu pahlawan Frans Kaisiepo di pecahan Rp10.000 atau KH Idham Chalid di pecahan Rp5.000," ungkap Nisa, 12, siswi kelas 6 SD.
Kepala Desa Ujungalang Jarwo mengatakan warganya memang belum banyak yang tahu soal uang pecahan NKRI emisi baru.
Ia juga lega karena warga dapat penjelasan langsung dari BI soal isu adanya simbol Partai Komunis Indonesia (PKI) di pecahan uang baru pada awal kemunculannya.
"Waktu itu, kami sebagai orang desa juga bingung dan tidak tahu pasti kebenarannya. Setelah ada sosialisasi ini, saya bersama warga sungguh merasa lega karena pengaman di lembaran uang itu bukanlah lambang PKI, melainkan pengaman," ujar Jarwo.
Deputi Kepala Perwakilan BI Purwokerto Fadhil Nugroho menyatakan sosialisasi keaslian uang NKRI menjadi kewajiban BI, khususnya dalam menepis isu-isu tidak bertanggung jawab.
Kegiatan itu juga makin mendekatkan rupiah ke masyarakat terpencil. (Liliek Dharmawan/N-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved