Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
SUNGGUH miris melihat kondisi Feri Hendiana, 23. Anak sulung dari dua bersaudara warga Kampung Citamiang, RT 01 RW 02, Desa Pasirmukti, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, terpaksa harus dipasung oleh kedua orangtuanya di salah satu ruangan terbuat dari bambu persis kandang ayam berada di atas kolam.
Pasalnya, orangtua sudah tidak mampu membiayai lagi untuk menyembuhkan anaknya yang telah mengidap penyakit jiwa hingga putus sekolah dari bangku kelas V Sekolah Dasar Negeri Cineam.
"Kami secara paksa mengurungnya, karena sudah meresahkan banyak warga terutama sering berteriak-teriak tidak karuan, mengamuk merusak rumah tetangga, sering membongkar kolam ikan hingga ikannya ludes terbawa arus, dan mematikan meteran jaringan listrik tetangga. Kelakuannya cuma bisa dikendalikan saat mematikan meteran listrik," tutur Aan, 54, ayah kandungnya, saat ditemui, Kamis (26/1).
Aan memang hanya bisa pasrah menghadapi cobaan yang menimpa keluarganya, karena semua kebutuhan keluarga telah habis terjual untuk biaya pengobatan mulai dari lahan persawahan, peternakan, dan juga kolam ikan miliknya untuk biaya pengobatan sang anak.
Bermacam-macam pengobatan telah dijalani Feri, dari puskesmas, rumah sakit, hingga ke pengobatan alternatif yang berada di kampungnya. Namun, penyakit sang anak tak kunjung sembuh sejak dialami semasih duduk di bangku kelas V SD.
"Kami sudah berupaya menggunakan berbagai cara untuk menyembuhkan anak saya sejak kelas V SD, karena sudah mengalami kelainan seperti tingkah laku yang aneh, sering melamun, berteriak-teriak, dan melempari rumah hingga merusaknya. Padahal, sebelumnya dari kelas 2 sampai kelas 4, dia selalu mendapat ranking di kelas. Dia juga tidak pernah sakit keras, tetapi setelah berada di kelas V baru ada perubahan drastis dari perilakunya," lanjut Aan.
Sejak itu, Aan pun membawa anaknya yang saat berusia 12 tahun ke puskesmas dan kemudian dirujuk ke salah satu rumah sakit di Kota Tasikmalaya. Namun, sampai saat ini, pihak keluarga pun belum mendapatkan informasi yang pasti tentang penyakit sang anak.
Malah setelah diperiksa ke dokter, perilaku Feri semakin aneh hingga keluarganya pun kebingungan karena sang anak sering diejek teman-temannya di sekolah. Hingga akhirnya Feri pun keluar dari sekolah dan sering mengurung diri di kamar.
"Sejak di kelas V, anak itu tidak mau sekolah dan berteriak-teriak tidak karuan hingga keluar dari sekolah. Menginjak remaja, anak tersebut semakin sulit ikendalikan oleh keluarga. Dia sering mengamuk dan merusak rumah. Pernah juga membongkar kolam milik warga hingga ikan yang ditanam habis terbawa arus," papar Aan.
Kini, usaha keluarga yang ingin anaknya sembuh dari penyakit tersebut tidak bisa terwujud setelah harta benda yang dimiliki terkuras habis dijual demi pengobatan, termasuk pergi ke dukun. Untuk mencegah perilaku sang anak yang mengancam warga, mereka pun terpaksa memasungnya.
Kedua orangtua hanya berharap adanya bantuan untuk penyembuhan karena selama berada di pemasungan itu tubuh Feri tampak memprihatinkan. Kondisi tubuhnya terlihat kurus hingga mengalami kelumpuhan.
"Kami sangat sedih, biasanya pada waktu kecil anak-anak selalu berkumpul bersama saya dan keluarga lainnya, tapi sekarang merasakan kehilangan karena harus berada di kerangkeng. Setiap hari saya yang memberi makan seadanya dari hasil berkebun di tetangga," tutur Kaenah, 50, ibu kandung Feri.
Kaenah mengungkapkan, sang anak masih sering berteriak-teriak terutama menjelang malam, apalagi jika sedang turun hujan. Ia pun merasa berdosa dan tidak tega, tetapi terpaksa melakukannya demi keamanan lingkungan sekitar mereka.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Cineam, Wawan Rudiawan, mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan upaya membantu keluarga Aan dengan memberikan bantuan obat-obatan bagi Feri yang selalu dikontrol setiap pekan. Namun, hal itu tidak membawa perubahan berarti bagi kondisi jiwa Feri.
Kondisi penyakit Feri yang aneh pun mengundang perhatian sejumlah pihak. Menurut Wawan, ada seorang dermawan yang rela membantu keluarga Aan meringankan biaya pengobatan.
"Alhamdulilah ada orang dermawan dari Yayasan Fadal Nursyabaniah di Kampung Pamegatan, Kecamatan Gunung Tanjung, Kabupaten Tasikmalaya, akan membiayai hingga sembuh agar keluarga terbantu dengan pengobatan yang dilakukannya secara alternatif," paparnya. (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved