Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
MENINGGALNYA tiga orang mahasiswa yang ikut pendidikan dasar Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta membuat para penggiat pecinta alam berduka. Termasuk sesepuh Wanadri, salah satu wadah pecinta Alam tertua di Indonesia, Iwan Abdurahman atau yang biasa dipanggil Abah Iwan.
"Sebagai pecinta alam, saya turut menyatakan belasungkawa atas meninggalnya rekan atau adik kita dalam pendidikan dasar (diksar) tersebut," tutur Abah Iwan saat dihubungi Media Indonesia, Rabu (25/1).
Abah Iwan sendiri menjelaskan bahwa secara umum diksar alam terbuka di organisasi mana pun termasuk ke dalam pendidikan yang keras, secara fisik seseorang yang akan mengikuti pendidikan alam terbuka ini harus sehat jasmani dan rohani.
"Dimana pun dan apa pun nama pendidikannya, hal (diksar) ini adalah sebuah pendidikan yang sangat keras karena secara fisik dan pikiran kita diharuskan bisa beradaptasi dan menyatu dengan alam," jelasnya.
Menurut dia, alam itu merupakan sahabat jika manusia memahami dan mengetahui bagaimana cara bertahan hidup (survival) dan menyatu dengannya. Sebaliknya, alam itu akan menjadi jahat atau ganas jika manusia tidak mengerti bagaimana menyatu dan bersahabat dengannya.
Abah Iwan pun menyontohkan dalam pendidikan dasar Wanadri yang sudah lebih dari 50 tahun diselenggarakan, seseorang akan diajarkan untuk bisa bertahan hidup hanya dengan bermodalkan garam dan korek api selama berhari hari.
"Biasanya dalam camp (barak) pelatihan bersama, sang pelatih atau mentor mengajarkan cara-cara bertahan hidup seperti mengenalkan tumbuhan yang bisa dimakan, cara mendapatkan air dari dedaunan atau lumut, cara membuat bivak (rumah pelindung) untuk beristirahat," jelasnya.
Kesemua ilmu tersebut, lanjut dia, akan diberikan dalam metode pelatihan alam terbuka, sehingga biasanya seseorang yang mengikuti pendidikan dasar alam terbuka sebelum diterjunkan untuk menjalani survival harus sudah mengetahui teorinya terlebih dahulu.
"Itulah metodenya yang harus dilaksanakan oleh setiap organisasi pecinta alam yang akan melakukan pendidikan dasar," ujarnya.
Saat disinggung pendidikan dasar yang ditengarai adanya unsur kekerasan, Abah Iwan pun menjelaskan bahwa harus dibedakan antara pendidikan dasar dengan keras dan pendidikan dasar dengan kekerasan.
"Pendidikan dasar alam itu keras, Ya saya benarkan, tapi kalau dalam pendidikan dasar alam itu ada kekerasan, itu yang tidak benar," tambahnya.
Menurutnya, gemblengan secara fisik lebih diutamakan tapi tidak dalam bentuk kekerasan fisik seperti adanya tamparan apalagi pukulan.
"Di kami (Wandari), tidak ada istilah seperti itu. Itu sih pendidikan dasar preman," ujar Abah Iwan sambil tertawa.
Lebih lanjut ia pun menjelaskan bahwa poin penting dalam setiap akan melakukan pendidikan dasar alam terbuka ialah,monitoring peserta pendidikan yang harus sehat jasmani dan rohani, metode pelatihan baik dan sarana serta prasarana pendukung pendidikan dasar seperti adanya ahli dalam bidang materi pendidikan dasar yang dilatihkan, tim dokter atau tim pendukung lainnya yang menunjang sukses dan lancarnya acara pendidikan dasar tersebut. (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved