Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Operasi Pasar Cabai tidak Mempan

Palce Amalo
23/1/2017 05:45
Operasi Pasar Cabai tidak Mempan
(ANTARA)

HARGA cabai masih selangit.

Operasi pasar cabai yang digelontorkan di sejumlah daerah belum mampu menurunkan harga cabai agar berada di bawah angka Rp100 ribu per kg.

Dinas Pertanian Nusa Tenggara Timur (NTT) mengaku telah menggelontorkan 400 kg cabai selama sepekan terakhir ke sejumlah pasar untuk menekan harga.

Namun, sampai kemarin, harga cabai masih belum bergeser dari Rp100 per kg.

"Antusiasme warga membeli cabai di operasi pasar sangat tinggi, tetapi harga cabai di pasar juga masih tinggi," aku Kadinas Pertanian NTT Yohanes Tay.

Cabai seharga Rp60 ribu didatangkan dari petani di Sumba Timur, Lembata, dan Alor, serta dijual Rp60 ribu per kg.

Meski OP belum mempan, Yohanes berkukuh akan menggelar OP cabai sampai harga turun.

Yulianus, penjual cabang di pasar setempat, mengatakan harga cabai bergeming karena cabai ditebus dari distributor sudah dengan harga tinggi.

"Harga cabai bisa turun jika harga di distributor juga turun," tukasnya.

Sebenarnya, ungkap Yulianus, distributor membeli cabai dari petani dengan harga cukup murah, yakni Rp50 ribu per kg.

Mereka mengaku melepasnya ke pedagang dengan harga tinggi karena cabai cepat busuk akibat curah hujan yang sangat tinggi.

Demikian juga di Bangka Belitung dan Bali.

Harga cabai masih berkisar Rp100 ribu-Rp120 ribu per kg meski sudah OP dilakukan di hampir semua wilayah.

Kadisperindag Bali, Ni Wayan Kusumawathi, mengatakan penyebab utama masih tingginya harga cabai ialah distribusi yang belum merata, stok yang tidak seimbang di seluruh wilayah, dan kondisi cuaca yang tidak menentu.

Pedagang Pasar Badung Ni Ketut Murci mengatakan cabai saat ini berkualitas sangat buruk. Dari cabai yang dibelinya sebanyak 30 kg, terdapat cabai busuk hingga 3 kg dan ia pun harus merugi hingga Rp300 ribu.

Karena tingginya harga dari distributor, pedagang di Kota Sukabumi, Jabar, bahkan memilih berhenti menjual cabai rawit merah.

"Bandarnya nawarin Rp115 ribu per kg. Kita mau jual berapa kalau dari bandar saja harganya segitu?. Ya, lebih baik enggak jualan dulu," terang Zulfikar, pedagang di Jalan Yulius Usman.

Selain cabai rawit merah, harga cabai rawit hijau ikut naik menjadi Rp75 ribu per kg.

Diserbu tengkulak

Petani di Kabupaten Tasikmalaya, Jabar, mengakui para bandarlah yang meraup laba dari pedasnya harga cabai.

"Petani hanya bisa menjual kepada pengepul dan tidak pernah menjual ke pasar," kata Tatang, 44, petani di Kampung Ginimukti, Kecamatan Cisayong.

Cabai dijual ke para tengkulak dengan harga yang murah mulai, yakni Rp15 ribu per kg.

Ketua Gapoktan Cabai Raksatani Kecamatan Taraju, Ahmad Yani, mengatakan cabai merah besar dijual seharga Rp25 ribu/kg kepada bandar, sedangkan cabai kriting dijual Rp40 ribu/kg dan cabai hijau Rp15 ribu/kg.

Di Banyumas, Jateng, cabai yang nyaris busuk masih dapat dijual dengan harga Rp40 ribu per kg.

Sementara itu, Artha Graha Peduli kembali menggelar pasar murah cabai dan sembako lainnya di halaman Banjarsari, Surakarta, Jateng, pekan lalu.

Cabai rawit dijual seharga Rp75 ribu/kg saat cabai rawit merah bertahan di harga Rp100 ribu, sedangkan cabai merah besar dijual Rp50 ribu/kg. (BB/LD/OL/AD/RF/WJ/N-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya