Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Dinkes DIY masih Selidiki Kasus Antraks di Kulonprogo

Agus Utantoro
21/1/2017 19:38
Dinkes DIY masih Selidiki Kasus Antraks di Kulonprogo
(ANTARA/Adiwinata Solihin)

MENYUSUL adanya 16 warga yang terkena antraks, Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta masih melakukan penyelidikan epidemiologi di Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo.

Penyelidikan epidemiologi ini, kata Kepala Dinkes DIY Pembayun Setyaningsih, Sabtu (21/1), masih berlangsung untuk memastikan penyebab sebenarnya. Untuk itu, ia berharap masyarakat tidak terlalu cemas dan takut datang ke wilayah Kulonprogo.

Ia pun memastikan seluruh ternak sapi di daerah itu telah disuntik vaksin dan dilakukan penyemprotan disinfektan di lingkungan kandangnya.

"Insya Allah sudah aman tidak perlu ragu datang ke Kulonprogo. Apalagi sampai sekarang juga tidak ada kasus baru dan ternak yang mati," kata dia.

Terhadap 16 pasien yang diduga terinfeksi antraks, menurut dia, masih ada perbedaan pendapat di antara para pakar untuk menentukan apakah seluruh pasien itu terinfeksi antraks atau tidak.

"Walaupun memang ada indikasi karena pasien itu diketahui memakan daging sapi yang sakit," kata dia.

Adapun terkait meninggalnya seorang pasien asal Godean, Sleman, yang diduga terinfeksi antraks, Pembayun mengatakan tim surveilans Dinkes DIY saat ini sedang melakukan penyelidikan dan evaluasi di lapangan.

Apalagi, menurut dia, selama ini di Godean tidak ada ternak yang terjangkit antraks.

"Kasus di Godean ini masih menjadi evaluasi kami, sebab selain tidak ada ternak, lingkungannya juga bersih," kata Pembayun.

Penyakit antraks, imbuhnya, tidak dapat menular antarmanusia, melainkan dari ternak ke manusia (zoonosis) melalui bakteri bacillus anthracis. Dengan demikian, harus didahului dengan keberadaan ternak yang terinfeksi bakteri bacillus anthracis.

Penularan antraks dari ternak ke manusia dapat melalui tiga cara yakni melalui kulit, oral (pencernaan), dan pernapasan. Penularan melalui kulit bisa terjadi ketika seseorang bersentuhan dengan spora bakteri antraks yang melekat pada kulit, daging, tulang, atau darah hewan ternak yang sakit.

Sedangkan penularan melalui pencernaan bisa terjadi ketika seseorang mengonsumsi daging dari hewan yang positif antraks.

"Namun masyarakat tidak perlu khawatir. Untuk sementara diusahakan membeli daging yang segar dan kalau bisa dimasak sendiri," kata dia.

Pembayun berharap masyarakat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk menghindari penyakit itu. PHBS di lingkungan keluarga antara lain dilakukan dengan membiasakan mencuci tangan dengan air bersih menggunakan sabun, jamban sehat, makan sayur, buah, dan daging yang segar, olahraga, membuang sampah pada tempatnya, serta tidak meludah sembarangan.

“Memang secara teori menyatakan bahwa spora antraks mampu bertahan dalam waktu yang lama, tetapi kita bisa mencegah perkembangbiakannya dengan PHBS serta menyemprotkan disinfektan secara intensif,” tegasnya. (AT/OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya