Headline
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.
JEMARI Nasir, 63, menari-nari di rimbunnya dahan kopi di Renah Pemetik, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Ranting kering tersebut tidak dibuang, tetapi diletakkan pada lubang berukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan berkedalaman 40 cm, yang berada di sisi kanan batang kopi.
Lubang tersebut instrumen terpenting pola pertanian kopi organik yang dikembangkan di lembah Kerinci, Renah Pemetik.
Dengan instrumen itu, kopi bisa panen tiap 15 hari. “Sudah panen 35 kg bijih gabah 15 hari sekali. Harga saat ini, 21 ribu per kg untuk gabah,” bilang Nasir, Jumat (25/11).
Bertanam kopi sejak tiga tahun lalu dirasakan Nasir lebih menarik ketimbang tanaman yang biasa ditanamnya, kulit manis. Kulit manis baru bisa panen setelah tumbuh 10 tahun, sementara kopi dalam dua tahun sudah bisa panen.
Renah Pemetik merupakan bagian teritorium Taman Nasional Kerinci Seblat. Orang-orang dari wilayah Kemantan seperti Nasir mengklaim Renah Pemetik ialah ajun arah mereka. Kemantan sendiri berjarak 40 km dari Remah Pemetik.
Ajun arah didefenisikan sebagai wilayah sebuah masyarakat desa di luar desa adat mereka karena pernah dibuka nenek moyang mereka. Di masa lampau, lembah Remah Pemetik menjadi jalur yang selalu dilewati nenek moyang orang Kemantan ketika hendak berniaga ke Bungo atau wilayah Jambi bagian timur.
Budi daya kopi arabika di lembah Renah Pemetik sebenarnya baru dimulai pada 2013. Pembudidayaan kopi itu diinisiasi Tropical Forest Conservation Action for Sumatra ((TFCA-Sumatra) bermitra dengan AKAR (Aliansi Konservasi Alam Raya) Network.
Untuk kelola kopi di Renah Pemetik, pemberdayaan dilakukan Lembaga Tumbuh Alami (LTA) dan pasar menjadi domain PT Agro Tropik Nusantara (ATN).
Transformasi ilmu budi daya kopi organik serta kepastian pasarlah yang menarik orang Kementan datang kembali menggarap tanah Renah Pemetik. Metode organik diajarkan kepada mereka oleh Juhari, eks karyawan PTPN XII, yang dikirim PT ATN.
Jauhari menjelaskan salah satu langkah penting keberhasilan budi daya kopi organik di wilayah itu ialah pemangkasan cabang pada rentang usia kopi dua tahun, secara rutin.
“Dengan pemangkasan, bisa dibentuk 30 cabang sampai 40 cabang. Arahnya agar sinar matahari masuk, aerasi udara lancar. Kalau mau produksi banyak, harus ada keseimbangan. Kalau organik kita buatkan lubang. Kualitas tidak terganggu. kelembapan terjaga,” tuturnya.
Menata hutan
Budi daya kopi di Remah Pemetik dilakukan dengan sekaligus melestarikan dan menata hutan. Direktur PT ATN Emma Fatma menuturkan salah satu cara penataan hutan ialah dengan menanam tanaman pelindung di antara pohon kopi.
“Tiap lima batang pohon kopi diharuskan tanam satu batang kayu seperti lamtoro, avokado, surian, kayu manis, dan jeruk,” jelasnya.
Sementara itu, penjagaan hutan dilaksanakan dengan pemberdayaan anak muda lokal. Mereka ditempatkan di lapangan sehingga komunikasi dan sosialisasi dengan petani gampang berjalan di tengah kondisi Renah Pemetik yang sangat jauh dari pusat Kota Sungai Penuh dan ketiadaan jaringan komunikasi.
Keberadaan tanaman pelindung terlihat jelas di lahan Zukiyar. Pria berusia 61 tahun ini termasuk petani awal yang membuka Renah Pemetik menjadi lembah tanaman kopi.
Dia mengaku memiliki lahan seluas 1,5 hektare yang berisi 2.300 batang kopi. Dua minggu sekali dia sudah merasakan panen. “Tujuh puluh lima kilogram gabah sekali panen,” tukasnya.
Di tengah hamparan kopi miliknya, terselip tanaman lain seperti batang lantoro, dan avokado. Jaraknya seperti yang digariskan, yakni 1 pohon di antara 5 batang tanaman kopi.
Setidaknya Zukiyar mendapatkan uang sekitar Rp3,5 juta per bulan dari penjualan gabah kopi. Kisah Zukiyar memantik 25 orang untuk mengikuti jejaknya bertanam kopi di Renah Pemetik.
Kopi produksi Remah Pemetik telah diekspor ke Tiongkok, Swiss, Jerman, dan Amerika. Hasil uji cita rasa di laboratorium Puslitkoka pada September 2016, arabika kerinci itu menunjukkan nilai akhir sebesar 86,25 atau masuk kategori specialty grade.
“Untuk merek dagangnya masih dikenal kopi Kerinci. Tapi nanti akan kita kasih nama spesialnya,” tegas Emma. (YH/M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved