Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Perayaan HUT RI ke-80 di Kampung Adat Tanah Bato, Kabupaten Sijunjung, tahun ini berlangsung berbeda. Di tengah gegap gempita pawai kemerdekaan, masyarakat adat menyuguhkan pesan kuat tentang kedaulatan pangan dan advokasi lingkungan.
Dengan tema 'Kampung Adat: Mendunia, Pejuang Pangan dan Lingkungan', pawai tersebut menampilkan kekayaan pangan lokal, tradisi budaya, serta kesadaran akan pentingnya menjaga hutan dan sungai dari ancaman tambang ilegal dan pembalakan liar.
“Pawai ini bukan sekadar arak-arakan, tetapi pernyataan sikap bahwa masyarakat adat Tanah Bato akan terus berdiri di garda terdepan untuk swasembada pangan dan menjaga lingkungan hidup yang sehat bagi generasi emas,” tegas Zagia, 23, orator pawai kemerdekaan.
Ia menambahkan, semangat kemerdekaan harus diwujudkan dalam keberanian menolak kejahatan lingkungan. “Sekali merdeka pantang terjajah. Merdeka!” seru Zagia yang disambut pekik peserta pawai.
Tambang Ilegal
Direktur WALHI Sumatera Barat, Wengki Purwanto, menyambut baik inisiatif masyarakat adat Tanah Bato. Menurutnya, tema pawai ini relevan dengan situasi Kabupaten Sijunjung yang tengah jadi sorotan publik akibat maraknya tambang emas tanpa izin (PETI) dan praktik ilegal logging.
“Analisis spasial WALHI menemukan 116 titik aktivitas PETI di Sijunjung. Kondisi ini menyebabkan keruhnya Batang Kuantan hingga ke Riau. Padahal sungai dan hutan adalah sumber kehidupan masyarakat,” ujarnya, Senin (18/8).
Wengki menegaskan, pemerintah dan aparat penegak hukum tidak boleh lagi membiarkan kejahatan lingkungan tersebut. Momentum kemerdekaan, katanya, seharusnya menjadi titik balik perlawanan terhadap perusakan alam.
Suara Masyarakat Adat
Ketua LPHN Sijunjung, Meci Andianas, menilai keberanian masyarakat adat mengangkat tema lingkungan dalam pawai kemerdekaan membuktikan konsistensi mereka sebagai penjaga pangan dan alam.
Namun ia mengingatkan, inisiatif ini perlu disambut baik oleh pemerintah daerah dan institusi penegak hukum. “Kalau masyarakat adat sudah turun tangan, seharusnya pemerintah lebih serius mendukung,” katanya.
Sementara itu, Kepala Jorong Tanah Bato, Defrimon Chan, berharap momentum HUT RI ke-80 bisa menjadi awal gerakan bersama seluruh elemen masyarakat dan pemerintah dalam memulihkan lingkungan hidup.
“Saat ini sebagian besar sungai, hutan, dan lahan pertanian di Sijunjung rusak akibat tambang ilegal dan pembalakan liar. Gerakan bersama ini juga akan memperbaiki citra Geopark Silokek yang menjadi kebanggaan daerah,” ujarnya.
Perayaan kemerdekaan di Tanah Bato menunjukkan bahwa kemerdekaan bukan hanya soal mengenang sejarah, tetapi juga memastikan masa depan. Dari pawai ini, masyarakat adat Sijunjung mengirim pesan jelas: menjaga lingkungan adalah bagian dari perjuangan merdeka yang sesungguhnya. (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved