Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Menteri Wihaji Minta Gencarkan Distribusi MBG bagi Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Balita Non-PAUD

Heryadi
12/8/2025 22:18
Menteri Wihaji Minta Gencarkan Distribusi MBG bagi Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Balita Non-PAUD
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Wihaji.(Dok.Istimewa)

 

MENTERI Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Wihaji mengajak seluruh kader dan Penyuluh KB untuk menggencarkan pendistribusian Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi ibu hamil, ibu menyusui dan balita non-PAUD (3B).

Ajakan itu disampaikan Menteri Wihaji saat berdialog dengan para pejuang KB pada acara Temu Kader dan Penyuluh KB, berlangsung di Mini Block Office Pemkot Malang, Selasa (12/08). “Ibu ada tugas baru di TPK (Tim Pendamping Keluarga). Namanya MBG, makan bergizi gratis. Kementerian kita mendapat tugas untuk mendistribusikan MBG khusus bagi ibu hamil, ibu menyusui dan balita non-PAUD," ujar Menteri Wihaji. 

Saat ini, terdapat empat SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) di Kota Malang. Sebanyak 300 Keluarga Risiko Stunting (KRS) sudah mendapatkan MBG 3B. “Tugas kita mendistribusikan, diambil dari SPPG, lalu dibawa ke ibu hamil, ibu menyusui dan balita non-PAUD di rumahnya. Sebab, tidak mungkin mereka ada di posyandu setiap hari,” ujar Menteri Wihaji.

Ia juga menyampaikan bahwa pendistribusian MBG 3B oleh para kader akan ada uang pengganti transportasi, dengan rata-rata Rp1 juta per orang.

MBG DAN GENTING 
Di Indonesia diketahui terdapat 19,8% kasus stunting (SSGI 2024). Artinya, kalau ada 10 balita, berarti ada dua stunting. Untuk itu, pemerintah telah dan akan terus melanjutkan intervensi berupa  distribusi makanan bergizi, penyediaan air bersih,  hingga perbaikan sanitasi di antaranya pengadaan  jamban. Intervensi ini dilakukan melalui program Genting (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting).

“Calon pengantin (Catin) juga  kita urus. Jangan sampai yang mau nikah  umurnya di bawah 19 tahun. Rekomendasi kita 21 tahun, karena dipastikan kata dokter  di bawah 19 tahun nikah, pasti (melahirkan anak) stunting. Sedangkan stunting  hanya bisa disembuhkan 20% dalam periode  seribu hari pertama kehidupan. Maka, prioritaskan seribu hari pertama kehidupan di mana usia bayi  hingga berumur dua tahun,” ujar Menteri Wihaji. 

Menteri Wihaji juga mengemukakan tentang fenomena perempuan pekerja yang enggan memiliki anak karena khawatir keluar dari pekerjaan. “Sekarang ada sekitar 71.000 perempuan Indonesia ingin menikah tapi tidak ingin punya anak,” ungkap Menteri Wihaji. 

Karena itu, pemerintah menghadirkan Tamasya (Taman Asuh Sayang Anak). Program ini memastikan di setiap perkantoran ada penitipan anak. Kemudian ada AI SuperApps tentang Keluarga. Ada juga Lansia Berdaya (Sidaya), sebuah program pemberdayaan bagi lansia, di antaranya melalui sekolah lansia.

Keseluruhan program itu merupakan  program unggulan atau quick wins yang diinisasi Kementerian Kependudukan dan Pembamgunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN. “Program-program itu penting. Semuanya dalam rangka siklus kehidupan, biar kita semua bahagia,” ujarnya.

TANTANGAN PENGASUHAN
Setidaknya 80% anak-anak diasuh oleh ibu. Sedangkan, menurut Menteri Wihaji, kepemimpinan seorang anak salah satunya terbentuk karena ayah terlibat dalam pengasuhan. “Leadership-nya (anak) sangat dipengaruhi oleh ayah. Petarungnya sangat dipengaruhi oleh ayah,” imbuhnya.

Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), juga diungkit Menteri Wihaji dalam pertemuan itu.  GATI menjadi sebuah  gerakan yang melihat   keterlibatan  ayah dalam pengasuhan anak sangat penting. “Bukan ayah secara fisik, tetapi sosok. Sekarang ada sekitar 16 juta kepala rumah tangga perempuan,” ungkap Menteri Wihaji.

Ia juga menggaungkan gerakan ngobrol untuk mencegah pemakaian gawai (handphone) yang berlebihan di tengah keluarga masa kini. (RO/E-2)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya