Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
DENTING kayu, tarikan benang, dan desah napas perempuan-perempuan tua menyambut siang terik di Swembak. Tak ada panggung megah, tetapi di lantai batu yang memantulkan panas, warisan budaya dipertontonkan.
Dentingan alat penenun bersahut-sahutan. Lima puluh penenun tradisional, yang sebagian besar ialah kaum ibu, duduk merentangkan kaki, menyelip di celah alat tenun, tengah bercengkerama dengan alat tenun mereka yang dirangkai dari kayu dan bambu.
Beberapa kelompok ibu-ibu lain tampak serius memintal benang dan meramu aneka tanaman sebagai bahan pewarna alami. Sementara itu, di sudut-sudut, terpajang aneka kain bermotif khas tenunan serta aksesori turunan tenun, seperti saksi bisu dari ketekunan yang sudah diwariskan lintas generasi.
Sabtu siang (12/7), Festival Sandalwood resmi dibuka di area Kolam Swembak, Kota Waingapu, Sumba Timur. Jumlah 50 penenun menjadi angka simbolis mengenang 50 tahun silam ketika Tenun Ikat Sumba pertama kali menghiasi Art Shop di Bali dan mulai menembus pasar dunia. Namun di balik riuh tepuk tangan dan gemercing alat tenun, terselip kegelisahan yang tak terdengar.
Mama Diana Dy Dupa, perempuan paruh baya yang ikut menenun di acara itu, menyimpan kecemasan di hatinya. Sesekali, dia memerhatikan para pejabat daerah yang bergantian memberikan sambutan yang begitu bangga dengan tenun Sumba sebagai karya budaya khas.
Di kanan dan kirinya, para penenun lain ada yang seumuran, bahkan lebih tua darinya. Pengunjung datang dan pergi, tetapi nyaris tak terlihat remaja-remaja putri pewaris Tenun Ikat Sumba.
"Saya dulu mulai belajar tenun itu waktu SMP. Nenek yang ajar dan kakak-kakak," ujarnya kepada Media Indonesia. Mama Diana mengenang masa di mana anak-anak remaja putri begitu penasaran dan bangga belajar menenun.
Selain sebagai penunjang hidup atau sumber mata pencaharian, katanya, ada sesuatu kebanggaan dan kepuasan tersendiri jika bisa menghasilkan karya tenun. "Dan kami bisa pakai (tenunan) untuk mempercantik diri," ujarnya.
Ia bilang, keahlian menenun pada masanya merupakan warisan turun-temurun. Seorang perempuan biasanya sudah mahir menenun sebelum menikah. Hal itu seolah menjadi keharusan, meski bukan aturan baku.
"Sedikit ada kekhawatiran tentang tenun ikat, anak-anak sekarang lebih suka kerja di kantor-kantor, mau jadi PNS," ujarnya. Menenun seolah menjadi pekerjaan kelas dua, yang biasanya dilakoni anak-anak perempuan yang putus sekolah atau tidak bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Selain pertunjukan tenun ikat, Festival Sandalwood juga menampilkan pertunjukan kain tenun sepanjang 50 meter di Bukit Palindi Piarakuku pada sore hari. Ada pula parade kuda sebanyak 50 ekor. Kuda-kuda bersama penunggangnya menghiasi bukit-bukit kecil. Para penunggang tampak dibaluti kain tenun, menciptakan siluet elegan di antara savana dan langit Sumba yang luas.
Di area pertunjukan, pengunjung juga disuguhkan penampilan kuda menari yang diiringi musik tradisional. Lanskap alam yang memukau menambah kekaguman. Rangkaian acara Festival Sandalwood tahun ini begitu kental dengan tenunan Sumba, baik dalam bentuk karya, pakaian, hingga pertunjukan.
Namun, semegah apa pun festival ini, kekhawatiran Mama Diana masih patut didengar, siapa yang akan mewarisi benang-benang panjang sejarah itu kelak. Jangan sampai, kain-kain indah ini suatu hari hanya tinggal di jari-jari keriput para penenun tua. (I-2)
Jelajahi fakta menarik tentang Sumba, dari budaya unik, alam indah, hingga kain tenun khas. Temukan pesona pulau ini!
Yayasan Kembara Nusa kembali memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut gratis bagi masyarakat Pulau Sumba, NTT, untuk menjembatani kesenjangan tenaga medis di Indonesia Timur.
Rasio desa berlistrik di Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur sudah mencapai 100% sejak Juli 2024 berkas sinergi yang kuat antara PLN, pemerintah daerah, serta masyarakat setempat.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Binus School Simprug bersama Happy Hearts Indonesia bekerja sama membangun pendidikan sejak kanak-kanak di NTT melalui kelompok Bersama Untuk Bangsa.
Di antara ribuan pulau yang ada, Sumba dan Sumbawa menjadi dua destinasi yang semakin populer di kalangan wisatawan lokal maupun internasional.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved